CHAPTER 4

1445 Words
Happy Reading guys ^_^ *** Penerbangan Amerika-Indonesia memang melelahkan, tapi semua itu tak membuat Chrystal lelah dan langsung beristirahat sesampainya dia di tanah kelahirannya. Justru sebaliknya, dia langsung ke salon untuk mengubah warna rambutnya menjadi hitam-kecoklatan setelah sebelum dia warnai untuk festival Coachella. Ayolah, segila-gilanya Chrystal tapi dia tidak mungkin muncul dengan tampilan rambut seperti itu. Nenek Christopher bisa syok kalau melihat Chrystal dalam keadaan itu. Selain rambutnya, Chrystal pun meminta orang salon untuk meriasnya secantik mungkin. Kesan elegan dan perempuan mandiri harus terpancar meski faktanya hatinya cukup hancur lebur saat sendirian di negara orang. Tidak ada yang boleh melihatnya. Dia harus menunjukkan sisi seorang Keluarga Tan yang luar biasa. Setelah merapikan sedikit rambutnya, Chrystal hendak memegang gagang pintu. Dia siap masuk untuk menemui Nenek Christopher yang sudah menantinya dengan harap-harap cemas. Tapi sentuhan lembut tangan Christopher pada lengannya membuat aksi perempuan itu terhenti. Dia menatap pria yang katanya adalah suaminya dengan dingin. Dalam hatinya Chrystal bertanya-tanya jenis perdebatan apa lagi yang akan dilontarkan oleh pria itu. “Tolong, jaga perasaan Nenek...” Dan tatapan Chrystal melunak saat mendengar itu. Christopher memang selalu seperti itu kalau berhubungan dengan Neneknya. Dia sangat menyayangi Neneknya terlepas berapa banyak aset yang akan dialihkan padanya saat sang Nenek meninggal kelak. Karena rasa itu juga dia setuju menikahi Chrystalline Tan. Kalau bukan karena sang Nenek yang meminta, pernikahan ini jelas tidak akan pernah terjadi. “Apa kau pernah melihat aku mengecewakan Nenek, Christ? Bukankah sebaliknya, kau sebagai cucu-lah yang sering mengecewakan Nenek.” tuding Chrystal dengan kalimatnya yang super tajam. Di hari pernikahan mereka, Nenek berpesan agar Christopher selalu menjaga dan mencintai Chrystal hingga akhir hayat. Tapi sayangnya tidak ada satu pun dari permintaan itu yang dilakukan cucunya. Christopher tidak bisa mencintai Chrystal. Bahkan Chrystal pergi ke Amerika untuk waktu yang lama tanpa penjagaan pria itu. Dan sekarang permintaan Nenek perihal cucu pun tidak akan pernah terwujud. Dan semua itu karena Christopher yang tetap tidak bisa mencintai Chrystal meski mereka sudah menikah lumayan lama. Menyedihkan. Tak ingin berdebat, Chrystal melepaskan tangan Christopher yang ada di pergelangan tangannya. Dia memalingkan wajahnya dan mengembuskan napasnya secara perlahan. Dia siap masuk. Chrystal mengetok pintu tiga kali. Ada sahutan pelan dari dalam yang membuat Chrystal yakin kalau dirinya sudah dipersilakan masuk. Kemudian dia masuk dan menutup pintu dengan tenang. Lalu terlihatlah sosok Nenek Christopher yang semakin menua namun senyum tulusnya masih sama persis kala Chrystal berpamitan akan ke Amerika. Sontak saja sudut mata Chrystal langsung berair. “Nenek...” cicitnya. “Chrys, mendekatlah, sayang. Biarkan Nenek melihat wajahmu secara jelas.” Tanpa diperintah dua kali, Chrystal langsung mendekat. Tangan sang Nenek langsung terulur untuk mengelus pipinya dengan lembut. “Ah, Chrystal-ku sudah kembali. Dan kamu masih sama cantiknya dengan dulu, sayang.” Pujian itu terlontar dan membuat Chrystal tersenyum penuh haru. “Bagaimana kabarmu, nak?” Chrystal tersenyum. Tentu saja kabarnya tidak jelas, tapi dia tidak mungkin mengatakan itu pada Nenek. Dengan lembut dia menggenggam tangan sang Nenek yang ada di pipinya seraya berujar, “aku baik-baik saja, Nek. Nenek bagaimana keadaannya?” “Keadaan Nenek selalu seperti ini, sayang. Dikatakan baik-baik saja pun tidak, tapi dikatakan buruk pun tidak juga. Yah, hanya seperti ini saja. Tapi, sayang, melihat kau ada di depan Nenek, Nenek jadi merasa sangat bersemangat. Terima kasih karena sudah mau kembali dan bertemu perempuan tua ini, Chrys.” “Aku selalu ingin bertemu Nenek, tapi keadaan-lah yang tidak mendukungnya. Maafkan aku karena baru datang setelah sekian lama, Nek...” “Karena keadaan atau karena Christopher, hm?” Dan pertanyaan itu langsung membuat sosok Chrystalline Tan bungkam. Senyumnya perlahan-lahan pudar dan menampilkan raut masam yang memperjelas jawaban tak tersiratnya. Tentu saja semua itu karena Christopher. Indonesia-Amerika bukan hal yang sulit kalau seorang Chrystalline Tan sudah berkehendak. “Tak perlu dijawab. Semuanya sudah jelas.” Sela sang Nenek agar tak membebani cucu menantunya dengan sebuah jawaban yang bisa saja sangat menyakitkan. Chrystal menunduk malu. Sang Nenek menggenggam lembut tangan kanannya. “Chrys...” panggil Nenek Christopher pelan. Chrystal mendongak dengan mata yang terlihat amat terluka dan ini menyakiti hati tua sang Nenek. “Maafkan Nenek karena membuat kamu berakhir pada keadaan ini. Tidak seharusnya Neneknya mencetuskan ide pernikahan kalian. Kau menjadi korbannya di sini.” Mendengar itu, Chrystal langsung menggeleng cepat. Dia tidak bisa membiarkan Nenek menjadi merasa bersalah di sini. “Nenek jangan merasa bersalah seperti ini. Pernikahan kami yang kacau bukan karena ide perjodohan yang Nenek cetuskan. Semua ini murni karena aku dan Christopher yang tidak becus dalam menjalin hubungan. Ada banyak kok pernikahan dari perjodohan yang bertahan hingga akhir hayat.” kata Chrystal untuk menyelamatkan sang Nenek dari rasa bersalah. Demi Tuhan, orang tua yang berjasa seperti Nenek seharusnya tidak perlu menanggung rasa bersalah semacam ini. Ini murni kesalahan Christopher Wang yang tidak bisa mencintainya. Nenek Christopher menggeleng. “Memang ada, tapi itu untuk orang-orang yang mau berkomitmen. Sedangkan Christopher –sudah jelas kalau dia tidak mau berkomitmen. Dia mencintai perempuan lain. Kami semua mengetahuinya, termasuk kamu. Tapi kita semua tetap memaksakan keadaan.” “Kalau begitu seharusnya bukan hanya Nenek yang merasa bersalah, tapi aku juga. Aku-lah yang sudah menjerumuskan diriku sendiri pada keadaan ini. Aku tetap keras kepala ingin mencoba meski aku tahu kalau semuanya akan sulit seperti sekarang.” “Chrys...” “Nek...” Chrystal menatap Nenek Christopher dengan ekspresi yang sulit dijabarkan. “Semuanya sudah berlalu. Takdir kami memang seperti ini, jadi mau bagaimana lagi? Tidak perlu ada yang disesali.” tambahnya dengan suara tegas. Keduanya berpandangan lekat-lekat. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar, tapi keduanya mampu merasakan kepedihan masing-masing. Bahkan sang Nenek mampu melihat kalau detik ini Chrystal sudah frustrasi dengan pernikahannya. Cucu menantunya itu sebentar lagi pasti akan menyerah. “Aku tidak suka Karina...” kata Nenek Christopher untuk memecah keheningan yang menyiksa ini. “Bukan karena asetnya yang lebih sedikit darimu atau kedua orang tuanya yang berantakan, melainkan karena dia bukan wanita yang baik untuk Christopher. Meski Karina selalu mendengungkan kalau dia mencintai Christopher, tapi Karina tidak cocok untuk Christopher.” “....” “Dia memang anak yang baik, tapi hanya sebatas itu saja. Dia tidak pantas untuk Christopher. Kamulah yang pantas bersama dan menua dengan cucu Nenek, Chrys.” Chrystal tidak tahu apakah dirinya harus berbangga hati atau miris karena disanjung seperti ini oleh orang paling berpengaruh dalam keluarga Christopher. Tapi kemudian dia sadar kalau sanjungan itu tetap tidak berarti apa pun selama hati Christopher masih sekeras batu padanya. “Dan atas dasar apa Nenek menilai pantas atau tidak pantasnya Karina? Faktanya, Christopher mencintai perempuan itu lebih dari apa pun.” kata Chrystal dengan hati terluka. Mengakui kalau suaminya mencintai perempuan lain memang bukan hal yang mudah. “Dia tidak memperjuangkan Christopher sebesar kau memperjuangkannya, Chrys. Kalau dia benar-benar memperjuangkan cucu Nenek, yang ada di depan Nenek sekarang pasti bukan kau, tapi Karina. Meski mulutnya terus mendengungkan cinta, tapi kalau tidak ada aksi untuk memperjuangkannya, apakah itu pantas disebut cinta?” “....” “Nenek merasa kalau Christopher berjuang sendirian. Jadi daripada dia memperjuangkan perempuan yang salah, Nenek mengaturnya dengan dirimu. Kau anak yang baik, mencintai Christopher dengan sungguh-sungguh, dan tentunya kau memperjuangkannya juga. Kalian adalah pasangan yang sempurna kalau seandainya perjodohan ini berhasil.” “Dan perjodohan ini tidak berhasil, Nek. Pada akhirnya hanya aku yang berjuang sendirian di sini.” Chrystal menyela dengan cepat. Senyumnya terbit walau itu bukan jenis senyum yang menyiratkan kebahagiaan. Dia terluka. “Lalu apa kamu ingin menyerah sekarang?” sela sang Nenek dengan cepat. “Nyatanya aku sudah menyerah sejak lama, Nenek...” jawab Chrystal dengan senyum penuh ironi. “Christopher bodoh karena terus memperjuangkan perempuan itu! Dia adalah pria paling bodoh karena tidak menyadari perempuan sebaik dirimu!” maki sang Nenek karena frustrasi. Kedua tangannya terkepal dan dia pukulkan pada selimut yang menutupi kakinya. Dia marah, tapi hanya inilah yang bisa dilakukan oleh perempuan tua seperti dirinya. Melihat itu, Chrystal langsung menggenggam tangan sang Nenek dengan lembut. Ditatapnya sang Nenek dengan keyakinan bahwa semuanya bukanlah masalah. Ya, ini bukan bentuk penguatan dirinya karena sejujurnya dia pun bersyukur sudah memiliki kesempatan menikahi seorang Christopher Wang meski pada akhirnya semuanya kacau. Seperti dirinya yang tidak mempermasalahkannya, maka seharusnya ini juga bukan beban yang harus ditanggung oleh Nenek Christopher. “Nek, berhenti memaki. Kami tidak akan tertolong. Sudah waktunya untuk berdamai dengan keadaan...” Sang Nenek menggeleng. Dia melepaskan genggaman tangan Chrystal, lalu berubah menjadi dirinya yang menggenggam tangan perempuan muda itu. Dia menatap Chrystalline Tan dengan tatapan penuh permohonan. “Chrys... kalau Nenek meminta untuk yang terakhir kalinya, bisakah kau tidak menyerah terhadap Christopher dulu? Nenek mohon, sayang...” Dia tidak pernah bisa menolak permintaan Nenek, tapi semua ini... sangat berat. Apa jawaban yang harus dia lontarkan sekarang? TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD