CHAPTER 5

1159 Words
Happy Reading ^_^ *** “Chrys... kalau Nenek meminta untuk yang terakhir kalinya, bisakah kau tidak menyerah terhadap Christopher dulu? Nenek mohon, sayang...” Chrystal tersenyum penuh ironi. “Di hari ketika aku meninggalkan Indonesia dan Christopher masih tidak peduli padaku –di hari itu juga aku sudah menyerah terhadap cucu Nenek. Aku sudah lelah. Semua ini tidak akan berhasil, jadi lebih baik aku berhenti daripada menyakiti diriku sendiri.” Nenek Christopher tertegun selama beberapa saat. “Maafkan Nenek, Chrys. Nenek tidak ingin Christopher berjuang sendirian, tapi Nenek malah membuatmu berjuang sendiri. Nenek benar-benar egois kan?” “....” “... Nenek bodoh karena sudah membuat kau terjebak dalam pernikahan ini. Dan dengan bodohnya lagi Nenek masih ingin menahanmu dalam pernikahan ini. Maafkan Nenek, Chrys...” Chrystalline Tan termenung di depan pusara Saralee Maria Wang –Nenek Christopher- seraya memikirkan percakapan terakhir mereka waktu itu. Ya, Nenek Christopher meninggal beberapa hari kemudian. Sejak percakapan intens mereka beberapa waktu lalu keadaan Nenek semakin memburuk. Lalu tibalah hari ini. Awalnya Chrystal sempat mengira apakah penolakannya yang membuat keadaan Nenek jadi memburuk dan akhirnya meninggal. Penyesalan melingkupinya. Lagi-lagi Chrystal kehilangan orang yang begitu berharga untuknya. Dia ingat sekali bagaimana sang nenek terus mendengungkan kalimat permintaan maaf karena sudah membuat Chrystal dan Christopher menikah padahal keduanya tidak punya harapan. Chrystal sudah meyakinkan kalau semuanya bukanlah masalah, tapi Chrystal tetap yakin kalau sang nenek meninggal dalam keadaan penuh penyesalan. Chrystal menghela napas. Dia mendongak sedikit untuk melihat cerahnya matahari hari ini. Angin berhembus pelan menerbangkan helai demi helai rambut Chrystal. Dalam keheningan lokasi pemakaman Nenek Christopher, benak Chrystal bertanya-tanya: kenapa semua ini harus terjadi padanya? Dan kenapa pula sang nenek ikut terseret dalam kepedihan rumah tangganya? Bahkan sang nenek yang begitu dihormatinya meninggal dalam penyesalan yang tak bertepi. Ini benar-benar menyedihkan. Apakah keputusannya untuk berhenti memperjuangkan rumah tangganya dengan Christopher sudah benar? Atau... haruskah dia memperjuangkan rumah tangganya sekali lagi demi memenuhi permintaan terakhir wanita yang begitu dihormatinya itu? Bisakah dia bertahan dalam rumah tangga yang kacau sekali lagi? “Chrystal, sudah waktunya untuk kembali ke rumah. Orang-orang sudah pergi, hanya tinggal kita berdua saja.” Suara itu membuyarkan renungan Chrystal. Secara cepat dia langsung merilekskan tubuhnya yang tanpa sengaja menegang karena pikiran yang berkecamuk. Bahkan tanpa disadarinya pun kedua tangannya yang ada di samping tubuhnya menjadi terkepal. Setelah menetralkan ekspresi wajah dan suara hatinya, Chrystal memutuskan untuk berbalik. Dan benar, Christopher tepat ada di belakangnya. Dia tidak tahu sejak kapan suaminya itu ada di belakangnya. Kembali memunggungi Christopher, Chrystal memilih meletakkan bunga mawar putih kesukaan Nenek Christopher di atas pusaranya. Setelah itu dia langsung berbalik dan memimpin jalan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari lokasi pemakaman ini. “Orang yang memaksamu menikahiku sudah meninggal, jadi kupikir kau sudah berlari meninggalkan aku. Tapi siapa sangka kau masih di sini, Mr. Wang.” kata Chrystal dengan nada dingin yang sudah menjadi ciri khasnya. “Kita memang dijodohkan, tapi aku menikahimu secara baik-baik. Jadi kalaupun aku akan meninggalkan dirimu, aku akan melakukannya dengan cara yang baik pula.” Chrystal terkekeh mengejek mendengar jawaban Christopher. Entah Christopher yang tidak peka atau bagaimana... tapi apa pria itu lupa bagaimana bajingannya dia selama ini? Terus mendengungkan kalau dia mencintai perempuan lain, tidak peduli dengan Chrystal selama di Amerika, dan kembali pada Chrystal hanya untuk meminta seorang anak selayaknya Chrystal adalah mesin pembuat anak –apakah semua itu yang disebut Christopher sebagai cara yang baik? Terlalu mencintai Karina sepertinya sudah membuat Christopher kehilangan kewarasannya. “Benarkah? Bukankah kau melakukan ini hanya agar dirimu terlihat pantas dengan saham Nenek yang akan diwariskan padamu?” Chrystal berhenti dan memiringkan sedikit tubuhnya. Dia menatap suaminya dengan tatapan dinginnya. “Chrystal...” jawab Christopher lemah. “apakah di matamu aku adalah pria yang seperti itu?” “Memangnya bukan?” Kesabaran Christopher mulai berada di ambang batas. Dia benar-benar tidak ingin berdebat, apalagi di area pemakaman seperti ini. Tapi sepertinya Chrystal selalu senang berdebat dengannya di manapun itu. “Aku melakukannya karena aku peduli padamu. Kalau aku bilang begitu, apa kau akan mempercayainya?” potong Christopher cepat. “....” “Walau Nenek bukan Nenek kandungmu, tapi aku tahu bagaimana kau menghargainya. Dia adalah salah satu orang yang berharga bagimu. Dan lagi-lagi kau kehilangan orang yang berharga, jadi aku tak ingin kau terlalu larut dalam kesedihan seorang diri, seperti saat Frederick meninggal dahulu.” “Kalau kau peduli padaku, kau seharusnya mencintaiku. Kau seharusnya tidak membiarkan Nenek meninggal dengan penuh penyesalan karena pejodohannya gagal. Nyatanya yang kau pedulikan di sini bukanlah aku atau pun Nenek, melainkan dirimu sendiri. Kau selalu egois!” kata Chrystal sambil menunjuk Christopher tepat di wajahnya. Pria itu melengos sejenak. “Ini hidupku Chrystal, apa aku bahkan tidak boleh hidup sesuai dengan kemauanku? Aku menerima kau sebagai istriku, tapi apa aku bahkan tidak boleh menyisakan sedikit ruang di hatiku untuk orang yang aku cintai? Kau bebas untuk hidup sesuai dengan keinginanmu, tapi kenapa aku tidak boleh?” Chrystal langsung memalingkan wajahnya dengan kesal. Lagi-lagi dia tersulut emosinya sendiri dan mengucapkan kalimat yang t***l. Semua manusia tentu saja bebas menentukan akan seperti apa hidupnya. Bahkan kepada siapa hatinya akan diberikan, itu juga haknya. Sekaya apa pun Chrystal, tentu saja dia tidak punya hak untuk mengatur masalah itu. Tapi lebih dari apa pun, dia benci kalah karena termakan ucapannya sendiri. “Bukannya tidak boleh, Christ, tapi apakah aku seburuk itu sampai kau tidak bisa melihat aku walau sedetik saja? Dua tahun, Christ. Kita punya waktu selama dua tahun. Dan dalam kurun waktu selama itu, cinta bisa bertumbuh kalau kita terbiasa bersama. Tapi kau bahkan tidak sudi berdekatan dengan aku sampai aku merasa bingung dengan kekuranganku sendiri.” “....” “Sekarang katakan apa kurangnya aku, Christ. Apa aku kurang cantik jika disandingkan dengan Karina? Apa keluargaku kurang berpengaruh jika dibandingkan dengan keluarga Karina yang berantakan? Dari segala aspek, aku jauh lebih baik jika dibandingkan dengan Karina, tapi kenapa kau tidak pernah mencintaiku, Christ?” Christopher terdiam. Chrystal sudah emosi dan akan sulit baginya untuk menjelaskan apa pun. Jelas sekali kalau Chrystal tidak akan mendengarkan penjelasannya. “Bagimu, Nenek adalah orang yang berharga. Tapi apakah begini caramu memberikan pernghormatan terakhir pada orang yang berharga bagimu? Kau berdebat tak jauh dari pusaranya, apakah sikap ini dianggap pantas?” “Kau mengalihkan pembicaraan kita!” seru Chrystal dengan jengkel. “Aku tidak—” Christopher ingin membela diri, tapi fokus Chrystal yang tidak tertuju padanya membuatnya ikut mengalihkan perhatiannya. Matanya melihat ke arah yang sama dengan yang dilihat oleh Chrystal dan batinnya bergemuruh. Kenapa Karina datang di saat yang tidak tepat, pikir Christopher dengan masam. “Sekarang aku tahu kenapa kau repot-repot menunggu aku padahal biasanya kau tidak seperti itu. Kau memang bukan melakukannya untuk terlihat pantas atas semua saham Nenek yang akan diberikan padamu nantinya. Nyatanya, kau datang kemari untuk menunjukkan pada Nenek kalau kau sudah siap untuk berpisah denganku di depan pusara orang yang menjodohkan kita. Calon istri barumu sudah datang, Mr. Wang.” kata Chrystal dengan sinis. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD