CHAPTER 7

1123 Words
Happy Reading & Enjoy All *** “Menurutmu aku harus beli yang mana?” tanya Chrystal sambil menyesap tehnya. Tapi meskipun begitu tatapan matanya tertuju pada perhiasan yang ditata berderet di atas meja yang ada di depannya. Semuanya berkilau dan begitu menggoda. Sementara itu orang yang diajak bicara oleh Chrystal –Roseanne Wong, temannya- terlihat mengamati satu persatu perhiasan dengan jeli. Dari sisi ini Roseanne atau yang kerap disapa Rossy terlihat seperti orang yang akan membeli daripada Chrystal. Semua perhiasan ini menawan, tapi Chrystal terlihat tidak b*******h sedikit pun. Wajar saja, pikir Roseanne, karena gairah Chrystal hanya tertuju pada tas dan bukannya perhiasan. “Dari semua ini, menurutmu mana yang paling bagus? Yang sesuai dengan seleramu.” Rossy memberi arahan yang semoga saja bisa membantu. Tapi melihat gelagat Chrystal yang hanya melirik singkat melalui pinggir cangkirnya lalu mengangkat bahu dengan cueknya –dia pasrah. Ini tidak akan mudah, yakinnya dalam hati. “Kalau tidak ada yang menarik perhatianmu, lalu kenapa kita kemari, Chrys? Pertama, kita hanya membuang-buang waktu. Dan kedua, aku agak malu kalau kita pergi dengan tangan kosong. Ah, jangan lupakan juga kalau kau sudah menghabiskan secangkir teh yang mereka sajikan.” kata Rossy dengan gelak tawa kering. Chrystal menyeringai. “Kau tidak perlu merasa khawatir, Rossy. Mamaku sering membeli perhiasan di sini, jadi mereka tidak akan berani menyinggungku sekalipun aku pergi dengan tangan kosong. Ini adalah kesalahan mereka karena tidak memiliki perhiasan yang menarik minatku.” ujar Chrystal dengan nada santai. “Baiklah kalau aku tidak perlu mengkhawatirkannya, tapi yang jadi pertanyaan adalah: kenapa kau kemari, Chrys? Kalau kau mengajak aku berbelanja tas layaknya orang gila –aku tidak akan kaget. Tapi ini perhiasan! Terakhir kali kau melingkupi seluruh tubuhmu dengan perhiasan mewah adalah saat pernikahanmu. Setelahnya aku tidak pernah melihatnya lagi. Bukankah ini aneh?” “Apa mengubah hobi adalah hal yang aneh?” potong Chrystal dengan cepat namun santai. “Saat aku muda, aku merasa bahwa tas adalah segalanya. Tapi setelah aku menikah, aku merasa bahwa perhiasan adalah segala hal yang aku butuhkan. Di momen tertentu aku bisa memakainya dan terlihat glamour, tapi di momen lain perhiasan-perhiasan ini bisa aku jadikan sebagai investasi. Aku mempelajari ini dari ibuku, Rossy.” “Tapi kita berdua tahu kalau pernikahanmu tidak sama dengan pernikahan kedua orang tuamu, Chrystalline Tan.” Roseanne memperingatkan. Kemudian mata Rossy terbeliak saat menyadari sesuatu. “Tunggu –kenapa kau membahas tentang pernikahanmu yang kacau, Chrys? Apa yang sebenarnya kau rencanakan?” Roseanne menebak-nebak, tapi tidak ada satu pun pikirannya yang meyakini kalau tebakannya benar. Hanya Chrystal-lah yang tahu jawabannya. Dan rasa penasarannya semakin menjadi-jadi saat dirinya melihat Chrystal menyeringai dengan tatapan yang menerawang jauh. Sebagai seseorang yang menyaksikan betapa menderitanya Chrystal selama pernikahan ini –dia jelas tidak ingin Chrystal mengulangi kesalahan yang sama dengan dalih apa pun. “Chrystalline Tan...” Roseanne memperingatkan lagi. Dia tidak ingin sahabatnya melakukan sesuatu yang bodoh lagi. “Aku akan memperjuangkan Christopher sekali lagi.” Mendengar itu, Rossy tercengang. Dia sampai tidak bisa berkata-kata lagi. “Apa kau lupa seperti apa luka yang ditorehkan Christopher selama ini, Chrys? Apa kau sudah melupakannya sampai ingin memperjuangkannya lagi? Betapa murah hatinya kau karena bisa memaafkan orang-orang seperti Christopher dengan mudah.” sindir Roseanne Wong dengan ringan tapi menusuk. Chrystal mengangkat bahunya dengan santai. “Aku ingat, Rossy. Aku benar-benar masih mengingatnya dengan jelas. Tapi melepaskan Christopher untuk berbahagia dengan Karina juga tidak mudah. Aku tidak bisa membiarkan mereka berdua berbahagia di atas penderitaanku.” “Tapi memperjuangkan Christopher juga bukan hal yang mudah. Kau menyakiti dirimu sendiri.” “Aku tahu. Tapi bagaimana bisa aku menyerah di saat aku punya waktu sampai beberapa bulan sebelum kami benar-benar bercerai? Ini kesempatan terakhirku. Jelas sekali kalau aku tidak bisa menyia-nyiakannya. Aku akan melakukan apa pun –sampai titik darah penghabisan- untuk bisa mendapatkan Christopher.” Roseanne ikut menyesap teh yang disajikan dengan frustrasi. Saat sudah berkehendak, Chrystal bisa sangat keras kepala. Tidak akan ada yang bisa mengubah keputusannya kecuali dia berkehendak sendiri. Dan kalau sudah seperti ini, sahabatnya ini pasti akan menderita lagi. Mau sampai kapan Chrystal memperjuangkan orang yang tidak bisa melihat ketulusannya? “Kau sudah menyerah sejak lama, lalu kenapa kau berubah pikiran lagi, Chrys? Bukannya aku senang kalau kau menjadi janda, tapi bercerai jelas pilihan yang sempurna. Kau tidak akan bahagia dengan pria itu.” “...” “Kau sudah menyerah sejak lama. Sekarang katakan padaku siapa yang sebenarnya memprovokasimu sampai kau berubah pikiran lagi, hah?” tuntut Rossy dengan mimik serius. “Kau pikir siapa lagi yang bisa memprovokasi aku kalau bukan dua orang sialan itu, hah?” Mata Rossy membulat tidak percaya. “Kau bertemu dengan Karina?” dan anggukan Chrystal semakin membuat Rossy geleng-geleng. “betapa tidak tahu malunya Karina sampai berani muncul di depan wajahmu, hah?” “Dia datang ke pemakaman Nenek. Dalihnya tentu saja untuk berbela sungkawa, tapi lebih dari siapa pun, aku tahu kalau tujuannya datang ke pemakaman itu adalah untuk mengambil Christopher. Dia ingin mengklaim Christopher sebagai miliknya di depan orang yang menjodohkan kami. Betapa liciknya dia.” Chrystal berujar dengan mata menerawang yang penuh dendam. Tentu saja dia marah karena dibayangannya sosok Christopher dan Karina akan bahagia sedangkan dirinya akan tersingkirkan. Dia tidak akan membiarkan itu, tekad Chrystal. “Dari situ aku tahu kalau aku tidak bisa melepaskan kesempatanku yang masih tersisa, Rossy. Aku tidak ingin Karina dan Christopher bersatu di atas kehancuranku. Aku tidak bisa.” “Aku sarankan sebaiknya kau kembali ke Amerika detik ini juga. Kau tidak seharusnya bertemu dengan Christopher dan Karina. Kau hanya akan melakukan hal bodoh karena membiarkan dirimu terprovokasi seperti ini.” “Aku tidak bisa.” “Kau bisa. Kau selalu punya pilihan untuk pergi sesukamu, Chrys, aku tahu itu. Pergilah. Ralat, larilah. Lari sejauh mungkin. Ini tidak baik untuk hatimu dan juga mentalmu. Kau akan terluka lagi.” Roseanne Wong terlihat gemas karena kekeraskepalaan Chrystal yang luar biasa. “Aku tidak akan pergi atau pun lari. Aku akan tetap di sini untuk memisahkan dua orang itu. Karina dan Christopher tidak boleh bersama-sama.” Roseanne Wong memejamkan matanya dengan pasrah. Chrystal sudah mantap dan tidak akan ada yang bisa menyelamatkannya lagi dari luka lama yang dibukanya lagi. Dan feeling Roseanne meyakini kalau semua ini akan lebih sulit dari sebelumnya. “Maaf karena mengatakan ini terus, tapi kau seharusnya tidak bertemu dengan Christopher atau pun Karina. Kau mengubah keputusan terbaikmu menjadi keputusan paling tolol.” “Aku bisa mengubah apa pun untuk mendapatkan Christopher.” Rossy terkekeh sinis. Chrystal benar-benar sudah dibutakan oleh cintanya. “Maaf mengatakan ini, tapi apa kewarasanmu sudah hilang? Kau gila?” Kali ini Chrystal-lah yang menunjukkan seringaiannya. “Kau benar, aku memang sudah gila. Aku tergila-gila pada Christopher sampai rela melakukan apa pun, Rossy.” TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD