3

1609 Words
Saat Colin terbangun hari sudah siang dan kepalanya terasa begitu menyakitkan hingga dia merasa akan meledak. Dengan pelan dia mengangkat telepon. "Minta Ms. Monica membawakan aspirin untukku!" perintah Colin dan menutup telepon. Setelah menunggu selama lima belas menit akhirnya bel berbunyi. "Masuk!" teriak Colin dan kepalanya langsung kesakitan hingga dirinya mengerang. "Mr. Donovan, apakah Anda baik-baik saja?" tanya Lexa cemas. "Berikan obat itu!" Dengan cepat Lexa memberikan obat yang dibawanya kepada Colin dan mengambilkan minuman untuknya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, semalam ia melihat Colin yang tergesa-gesa naik bersama model itu dan kemudian ia juga melihat model itu dengan ketakutan keluar dari lift bahkan berlari keluar dari hotel ini tapi kenapa saat ini Colin malah sakit kepala. "Apa Anda baik-baik saja?" "Ya, aku hanya sakit kepala karena terlalu banyak minum semalam. Kamu bisa kembali bekerja dan hari ini aku tidak akan turun, jadi bawakan makanan untukku nanti sore." "Aku membawa makan siang untuk Anda. Apa Anda mau makan?" "Tidak! Bawa saja kembali." "Tapi nanti Anda sakit." "Pergi!" bentak Colin dingin dan merasa begitu kesal. "Tangan Anda terluka," ujar Lexa cemas dan dengan refleks meraih tangan Colin. Kemudian ia meninggalkan Colin di sana dan mengambil peralatan mengobati dan setelah itu dengan lembut ia mengobati tangan Colin. Ia membuka sedikit bagian bawah maskernya dan meniup tangan Colin, tanpa sadar ia melakukan apa yang dulu selalu dilakukannya jika mengobati Colin. Lexa kemudian menatap Colin dan menemukan Colin sedang menatapnya dengan tajam, sontak dirinya sadar apa yang tanpa sengaja sudah ia lakukan. Dirinya hampir membuka kedoknya sendiri di hadapan Colin. "Keluar!" bentak Colin dan dengan cepat menarik tangannya yang berada digenggaman Lexa. "Baik," ucap Lexa gugup dan bergegas keluar dari sana. Ia sangat bersyukur karena Colin tidak menyadari jika ini dirinya. Lexa menghembuskan napas lelah saat berada di luar kamar Colin. Sepertinya hari ini aku tidak perlu memakai masker karena Colin tidak akan turun. Lexa kembali bekerja dan kembali mengatur semuanya. *** Satu jam setelah beristirahat rasa sakit di kepala Colin sudah hilang, jadi dia memutuskan untuk turun makan karena dirinya juga mulai merasa lapar. "Sienna." "Mr. Donovan, saya kira Anda sakit." "Kenapa?! Apa kalian bermalas-malasan karena mengira aku tidak akan turun?!" tanya Colin dingin. "Ti_dak, bukan seperti itu. Aku hanya takut Anda terlalu memaksakan diri. Selama ada Ms. Monica di tempat ini, semua akan baik-baik saja." "Di mana wanita itu." "Itu," tunjuk Sienna pada seorang wanita yang membelakangi Colin dan bagaimana rambut panjangnya tergerai begitu indah di punggungnya tapi Colin tetap tidak bisa melihat wajahnya. "Syukurlah dia sudah sehat," ujar Sienna. "Anda membutuhkan apa, Mr. Donovan?" tanya Sienna tapi Colin masih terpaku menatap Lexa yang masih tidak bisa dia lihat wajahnya. "Aku ingin mencari makanan," ucap Colin mengalihkan tatapannya pada Sienna kembali. "Oh...Anda tunggulah di dalam restoran, aku akan meminta koki menyiapkan sesuatu untuk Anda." "Ya, tentu," timpal Colin. Saat Sienna meninggalkannya sendirian di sana, Colin kembali mengalihkan tatapannya pada Lexa dan dengan pelan dia ingin menghampiri Lexa hingga kemudian Lexa berbalik ke arahnya dan seketika Colin membeku. Rasa marah dan benci muncul kembali di dalam hatinya saat melihat jika manajernya ternyata adalah wanita yang sudah mengkhianatinya. Aku akan membalasnya dan sepertinya Tuhan memberikanku kesempatan itu sekarang, ternyata apa yang aku rasakan tadi benar adanya jika dia bersikap seperti Lexandre saat mengobatiku ternyata itu memang dirinya, aku akan membuatmu hancur sehancur-hancurnya, Lexa! Seperti kamu yang sudah menghancurkan hatiku, batin Colin kejam dan dingin di dalam hatinya. Dia mengurungkan niatnya untuk makan dan kembali mencari Sienna. "Sienna," panggil Colin dingin. "Ya, Mr. Donovan." "Antar saja makananku ke kamar dan minta Ms. Monica menghadap padaku nanti malam." "Baik, Mr. Donovan." Setelah menginstruksikan semuanya, Colin bergegas naik kembali ke kamarnya sebelum Lexa tahu jika dirinya sudah mengetahui tentangnya. Senyum kejam tersungging di wajah Colin. Dirinya sungguh tidak sabar lagi untuk memulai pembalasannya. *** Saat ini Lexa dengan tergesa-gesa segera mandi dan merapikan dirinya. Kemudian ia segera menuju suite Colin untuk menghadap. Tadi saat makan siang Sienna mengatakan jika Colin memintanya datang. Ting...tong...ting...tong... "Masuk." "Anda memanggil saya, Sir." "Ya," ujar Colin dingin. "Anda butuh sesuatu?" "Apa kamu masih sakit?" tanya Colin dengan nada tajam. "I_ya," jawab Lexa gugup. Pembohong! "Ganti sprei di kamarku!" perintah Colin dingin. "Ba_ik, Sir," jawab Lexa. Dirinya sungguh tidak tahu kenapa tapi ia bisa merasakan Colin terasa begitu dingin kali ini. Apakah aku sudah melakukan kesalahan hingga laki-laki itu marah padaku? Lexa tidak sempat memikirkannya karena kemudian ia mulai sibuk mengganti sprei dan merapikan kamar itu. Tiba-tiba Lexa mendengar suara pintu yang di tutup dan di kunci, dirinya segera berbalik melihat ke arah pintu. "Apa yang Anda lakukan, Sir?" tanya Lexa ketakutan sewaktu berbalik dan melihat Colin mulai membuka kancing bajunya satu persatu. "Apa kamu sudah dibuang laki-laki kaya itu, Lexandre?" Lexa terkesiap kaget saat mendengar nama lengkapnya disebut oleh Colin. "A_ku tidak mengerti maksud Anda." "Benarkah?" Senyum mencemooh tampak di wajah Colin dan kemejanya sudah berhasil dilepaskannya yang memperlihatkan kaosnya. "Aku tidak tahu jika tubuhmu memiliki harga tertentu Lexa. Jika tahu aku akan memberikan harga khusus untukmu agar kamu memberikan tubuhmu untuk aku nikmati dulu," ujar Colin dan sudah melepaskan kaosnya hingga tampak d**a bidangnya. "Jangan!" pinta Lexa mulai ketakutan saat Colin semakin mendekat padanya. "Aku akan membayarmu jika kamu mau melayaniku sekarang." "Tidak!" tolak Lexa. "Kamu masih sok jual mahal, Lexa? Padahal kita tahu seberapa murahannya dirimu." "Aku mohon jangan!" pinta Lexa sambil berusaha menghindari Colin dan berlari ke arah pintu tapi Colin menangkap tubuh Lexa dan melemparkannya di atas ranjang dan dia menindih tubuh Lexa dengan tubuhnya. Dengan kasar Colin membuka masker wajah Lexa dan dirinya menatap wajah wanita yang begitu dibencinya walaupun tidak dengan tubuhnya. Tubuhnya sangat menginginkan wanita ini dan dia akan mengambil apa yang seharusnya sejak dulu dia ambil. Dia akan memuaskan gairahnya akan Lexa hingga dia bosan dan benar-benar bisa melanjutkan hidupnya, mungkin akhirnya dirinya bisa melupakan Lexa setelah membalaskan dendam dan rasa sakitnya. "Kamu ingin membuka sendiri pakaianmu atau aku yang membukakannya untukmu?" "Tidak, Colin. Aku mohon jangan." "Baiklah, sepertinya aku yang harus membukanya." "Tidak!" jerit Lexa dan berusaha berontak dari bawah tubuh Colin hingga Lexa mendengar suara baju yang sobek. "Tidak!" jerit Lexa kembali dan memberontak membabi buta hingga Colin melepaskannya. Dengan cepat Lexa bangun dan berlari kembali ke pintu dan berusaha membuka pintu tapi pintu itu terkunci. "Kamu tidak akan bisa ke mana-mana, Lexa." Lexa berbalik menghadap kembali kepada Colin. "Aku mohon lepaskan aku, Colin." "Kenapa? Apa karena aku belum mengatakan bayaran untuk pelayananmu padaku?" tanya Colin sinis. "Baiklah karena kamu sudah bekas pakai bagaimana jika dua ratus ribu untuk pertama kali?" Air mata mengalir di kedua mata Lexa. "Masih kurang ya?" tanya Colin dan duduk dengan santai di atas ranjang sambil menatap pada Lexa yang merasa jika dirinya mirip rusa yang terjebak di dalam kandang singa. "Satu juta?" Lexa menggelengkan kepala mendengarkan hinaan-hinaan yang Colin lontarkan kepadanya. "Masih kurang juga, Lexa? Kamu harus sadar diri Lexa, kamu sudah bekas pakai dan sesuatu yang bekas pakai harusnya dibuang ke tempat sampah," ucap Colin masih dengan kejam. "Baiklah, untuk mengenang hubungan kita dulu dan betapa hebat sandiwaramu saat itu. Bagaimana jika 2 juta? Dan itu nilai tertinggi dariku. Mungkin jika dulu kamu menyerahkan keperawananmu padaku aku akan membayar lebih mahal dari ini." "Aku mohon lepaskan aku, Colin." "Tidak semudah itu," ucap Colin dan bangun dari duduknya menghampiri Lexa kembali. "Tidak!" jerit Lexa dan berusaha lari dari Colin hingga dirinya kembali mendengar bajunya yang sobek dan kali ini di bagian kancingnya hingga bra berendanya tampak. Ia memegang erat bagian depan bajunya sambil menatap Colin waspada. "Kamu suka bermain-main ya?" "Jangan, Colin. Aku mohon. Maafkan aku," pinta Lexa kembali dengan memelas berharap Colin akan melepaskannya. "Aku akan membuatmu membayar semuanya, Lexa!" bentak Colin dengan penuh kebencian tidak tergerak sedikit pun dengan permohonan Lexa bahkan dirinya merasa puas mendengar permohonan wanita itu. "Aku tahu kamu membenciku, Colin. Jadi kamu pasti tidak ingin meniduriku. Aku pasti begitu menjijikkan untuk kamu sentuh." "Sayangnya tidak, aku masih sangat menginginkan tubuhmu." Lexa terpaku mendengar jawaban laki-laki itu. Kenapa dia tidak jijik saja padaku? pikir Lexa frustrasi. Lexa kemudian mencoba mencari jalan keluar dan saat dia sibuk memikirkannya tiba-tiba tubuhnya sudah di gendong dan dia dilemparkan kembali ke atas ranjang. "Tidak!" jerit Lexa dan memukul Colin membabi buta hingga akhirnya laki-laki itu mencengkram kedua tangan Lexa di atas kepala dan sibuk merobek pakaiannya yang masih tersisa. "Hmmm...masih seindah dulu," ucap Colin menatap kedua bukit kembar Lexa yang saat ini sudah terbuka di hadapannya. Air mata kembali mengalir di kedua mata Lexa karena menerima semua hinaan ini. "Jangan!" teriak Lexa saat Colin menundukkan kepalanya menuju payudaranya. Dirinya terisak saat laki-laki itu mulai mengulum payudaranya dan menghisapnya dengan perlahan. Sekuat tenaga Lexa mengigit bibirnya agar tidak mendesah atas apa yang Colin lakukan padanya. "Hentikan!" pinta Lexa masih terisak dan kembali berusaha memberontak dengan menghindari cumbuan Colin. Hingga laki-laki itu melepaskan kedua tangannya dan Lexa berusaha mendorong Colin menjauhinya. Sampai rasa sakit terasa di putingnya. "Akh!" jerit Lexa kesakitan saat Colin mengigit putingnya, kemudian Colin berpindah ke p****g yang satunya dan mengigitnya juga hingga Lexa tidak bisa menahan teriakannya. "Aku mohon hentikan." "Apa kamu pikir aku akan memberimu kenikmatan?" tanya Colin di depan wajah Lexa. "Jangan mimpi, Lexa!" sergah Colin dan mulai mengigit dan menghisap seluruh tubuh Lexa dengan sedikit keras hingga Lexa merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya. "Selesaikan saja semuanya, Colin, Jika ini bisa menebus kesalahanku," isak Lexa akhirnya karena tidak tahan lagi. "Dengan senang hati," ucap Colin dan kemudian membuka celananya hingga akhirnya dirinya telanjang sepenuhnya di hadapan Lexa dengan bukti gairah yang sudah berdiri tegak. Lexa terbelalak melihatnya dan seketika dia kembali merasa ketakutan saat melihat bukti gairah Colin yang tampak begitu besar. "Tidak!" teriak Lexa dan bangun merangkak ke atas ranjang. "Kamu tidak akan bisa lari, Lexa," ucap Colin dan menarik rok yang di pakai Lexa hingga terlepas dan tampaklah celana dalam berendanya. Lexa masih berusaha merangkak pergi dari sana. Dengan cepat Colin membuang rok itu, menarik kedua kaki Lexa dan dengan sekali tarik celana dalam Lexa terlepas dari tubuhnya. Dengan paksa Colin membalik tubuh Lexa hingga terlentang di hadapannya dan dia memuaskan matanya memandangi semuanya. Dirinya mengabaikan isakan Lexa yang semakin deras, bahkan dia merasa sangat senang mendengarnya. "Malam ini tubuhmu akan menjadi milikku." "Jangan!" pinta Lexa memelas dengan suara pelan karena mulai merasa lelah. *** Jangan lupa klik love ya jika suka dan kalian juga akan mendapatkan notifikasi saat saya update new part. Thx ^^   Ready Versi Cetak WA 081398520888 Shopee : Angelvin Tokopedia : Angelvin Onlineshop
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD