Chapter 2 - Reynard Arsenio

1651 Words
Kata orang sih, cinta akan datang dengan sendirinya. Semakin lo sering ngabisin waktu sama tuh orang, semakin banyak kesempatan cinta hadir dalam hidup lo dan dia. Tapi, hal itu tidak dirasakan oleh Bella. Bella sudah bertahun-tahun bersama Rey, tapi dia ngga merasakan jatuh cinta sama Rey. Malahan dirinya mau lepas dari Rey. Reynard Arsenio tunangan dari Bella Cantika Putri, memiliki wajah yang ganteng dan kebule-bulean, rambut agak kecoklatan, tinggi dan body yang aduhai alias macho. Bahkan teman-teman Bella sangat mengagumi Rey hingga menitipkan salam untuk Rey ke Bella. Dasar sinting, tunangan orang aja mau di embat juga. Bella akui Rey selalu berhasil memikat hati setiap anak perempuan di sekolahnya, entah itu mereka dari TK hingga SMP. Bella dan Rey selalu satu sekolah sejak TK. Namun, untuk SMA inilah mereka harus berbeda. Saat lulus SMP, Rey harus ikut ke UK bersama Papanya karena ada urusan bisnis. Dan hal itulah membuat Bella senang setengah mati, akhirnya dirinya bisa bebas dari Rey. Hal yang Bella tidak sukai dari Rey adalah sifat posesifnya. Sifat posesif Rey kepada Bella sudah ada saat mereka masih TK. Coba bayangin dari TK. Setiap ada anak laki-laki yang ingin mendekati Bella, Rey akan menarik tangan Bella dan pergi meninggalkan mereka. Dulu, Bella pernah bertanya sama Rey. Mengapa dirinya tidak mengijinkan Bella bermain dengan anak laki-laki? "Mereka mau berniat jahat sama Bella, aku kan tunangan Bella. Udah seharusnya aku melindungi Bella dari mereka." Seperti itulah jawaban Rey. Awalnya Bella percaya Rey ingin melindunginya tapi lama kelamaan Bella sadar. Sifat Rey membuat Bella risih dan membuat dirinya sulit berteman dengan siapa pun. Setiap Bella ingin berteman dengan siapa, Rey harus mengenal terlebih dahulu. Jika menurut Rey baik, Bella baru boleh berteman. Rey juga ngga suka jika Bella melawan atau ngga mendengarkan apa yang Rey katakan. Ia bahkan tidak segan-segan menghukum Bella. Pernah sekali Bella ketahuan berbicara dengan salah satu anak laki-laki di sekolahnya saat mereka duduk di kelas tiga smp. Rey langsung menarik tangan Bella dan membawanya pergi dari anak laki-laki itu. Ia menyuruh supirnya untuk mengantarkan pulang ke rumahnya bukan ke rumah Bella. Rey memang bertugas untuk menjemput dan mengantarkan Bella pulang. Jika biasanya Rey akan mengantarkan Bella pulang, tapi sepertinya hari ini berbeda. Setelah sampai di rumah Rey, Rey langsung menarik tangan Bella ke kamarnya. Ia juga memberitahu pelayannya untuk menelfon mamanya Bella, bahwa Bella akan bermain hari ini di rumah Rey. "Duduk." Perintah Rey. Bella langsung duduk di pinggir kasur Rey dan menundukkan kepalanya. Ia tahu bahwa saat ini dirinya sedang di hukum oleh Rey. "Siapa cowok itu?" Tanya Rey sambil melipatkan tangannya. "Te-teman." Jawab Bella pelan dan memainkan jari-jarinya. Dia takut. Bella takut Rey akan memarahi dirinya dan berbuat yang tidak-tidak kepada temannya itu. "Bukannya aku udah bilang, kamu cuma boleh temenan sama siapa pun kalo aku ijinin. Apa aku ngasi kamu ijin untuk berteman dengannya?" Ucap Rey datar. Bella menggelengkan kepalanya, yang artinya tidak. "Bicara, Bella." Bella menelan ludahnya,"Enggak, Rey ngga ngasi ijin. Be-Bella yang salah. Maafin Bella, Rey." Ucap Bella pelan dan hampir menangis. Rey pun memeluk Bella dan mengusap air mata Bella yang sudah turun. "Jangan diulangin lagi." *** Selera makan Bella benar-benar hilang. Jika yang lain sangat menikmati makanan yang tersedia di restoran ini, lain dengan Bella. Dia benar-benar tidak menikmati makanan di restoran. Bukan karena enak, kalau saja keadaan disini normal mungkin Bella akan menyantap dengan lahap. Tapi, saat ini keadaannya tidak normal. Dia harus duduk di sebelah Rey. Hal ini membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. "Ada apa, Bella? Apa makanannya tidak enak?" Tanya Clarisa, Mamanya Rey. Pertanyaan Clarisa membuat semua orang yang ada di restoran itu melihat ke arah Bella, terutama Rey yang di sampingnya. "Oh, ngga Mi. Makanannya enak kok. Bella suka." Ucap Bella sambil tersenyum dan memasukan satu potongan steak ke mulutnya. "Papi kira kamu tidak menyukainya." Ucap Andreas Arsenio, Papanya Rey. "Tidak kok, Pi." Aku akan sangat menyukai steak ini jika cowok yang disamping ku pergi, lanjut Bella dalam hati. Andres tersenyum saat mendengar jawaban Bella. Mereka semua pun melanjutkan acara makan malam. Andreas Arsenio adalah sahabat dari Handi, mereka sudah bersahabat sejak kuliah bersama di Universitas Oxford. Andreas sendiri bukanlah orang Indonesia asli, dia merupakan warga negara Inggris. Makanya Rey bisa mendapatkan wajah yang sedikit kebaratan karena keturunan dari Andreas. Sedangkan Clarisa adalah orang Indonesia asli. Satu lagi, sejak kecil Bella sudah memanggil Andreas dan Clarisa dengan sebutan papi mami, sebaliknya juga dengan Rey. Dia juga memanggil Handi dan Tika dengan sebutan papa mama. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, mereka pun selesai menyantap makan malamnya. Bella benar-benar ingin pergi dari tempat ini juga. Dia tidak betah berada lama-lama di samping Rey. Ini tidak baik untuk kesehatan jantungnya. "Pa, boleh kita pulang sekarang? Bella kan besok masuk pagi, ada upacara. Nanti telat lho." Ucap Bella tiba-tiba dan memotong pembicaraan Handi dan Andreas. Handi melihat jam tangannya, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Handi pun berdiri dari kursi dan diikuti oleh yang lain. "Baiklah, Ndre. Sepertinya aku dan keluarga ku sudah harus pulang. Putri kecil ku sudah merindukan kasurnya, sepertinya." Perkataan Handi membuat mereka tertawa, kecuali Bella dan Rey. Bella menatap papanya dengan sebal. Bisa-bisanya dirinya mempermalukan anaknya. "Well, sepertinya kau lebih baik pulang. Aku tidak ingin princess ku terlambat besok." Jawab Andreas dengan bahasa Indonesia yang lancar, walaupun dirinya bukan orang Indonesia asli. Tapi, bahasa Indonesia Andreas sangat bagus karena dirinya sudah terbiasa berbicara dengan Clarisa menggunakan bahasa Indonesia. Mereka pun berjalan bersama keluar dari restoran itu, saat Bella ingin masuk ke dalam mobil Papanya. Ia merasa seseorang menarik tangannya dan membuat Bella menoleh ke arah belakang. Deg. Rey lah yang menarik tangannya. "Pa, Ma. Biar Rey yang mengantarkan Bella pulang. Kalian duluan saja." Ucap Rey sopan dan tersenyum. Perkataan Rey membuat Bella kaget. Bahkan bola mata Bella seakan-akan bisa keluar dari tempatnya. "Aw, sepertinya kita harus membiarkan mereka berdua kangen-kangenan deh. Mereka kan udah lama ngga ketemu." Ucap Hans dengan nada mengejek. Bella benar-benar ingin memotong lidah Hans saat ini. Apanya yang udah lama ngga ketemu? Mereka cuma ngga ketemu selama dua tahun aja. Itupun setiap hari mereka skype-an apanya yang harus dikangenin coba? Dasar abang terkutuk. "Benar juga. Biarkan mereka pulang bersama Han. Mereka butuh waktu berdua saat ini." Tambah Clarisa dengan semangatnya. Apa ini karma karena tadi pagi durhaka sama mamanya? Kalo iya, ampuni Bella, Tuhan. "Ta-tapi Mi-" "Ya sudah, Rey kamu yang antarkan Bella pulang ya. Awas anak papa masih ting-ting lho." Potong Handi. Perkataan Handi jelas membuat muka Bella merah. Dasar papa ngga peka, anakmu ini akan segera masuk ke kandang singa, ucap Bella dalam hati. Rey mengganguk dan segera pamit dari keluargannya dan keluarga Bella.Dia pun menggenggam tangan Bella hingga ke mobil miliknya. *** Selama perjalanan Bella atau pun Rey tidak ada yang mengeluarkan suara. Suasana di dalam mobil sangat tenang dan sepi. Hal ini membuat Bella semakin khawatir. Apa benar Rey marah kepadanya? Coba Bella pikir dulu, apa hari ini dirinya ada berbuat kesalahan? Atau kemarin mungkin? "Apa yang kamu pikirkan, Sayang?" Tanya Rey yang sedari tadi memperhatikan Bella. Rey sengaja mendiamkan Bella, dirinya terlalu senang akhirnya bisa bertemu dengan tunangannya tercinta. Dia tidak menyangka bahwa Bella akan tumbuh menjadi gadis seperti ini.  Bella memang tidak banyak berubah, tapi menurut Rey tunangannya bertambah manis. Dan sepertinya Rey harus ekstra menjaga Bella dari mata-mata para lelaki. "Um, ti-tidak ada." Jawab Bella gugup. Setelah dua tahun berpisah dan hanya berkomunikasi lewat sosial media. Ini kali pertama Bella mendengar suara Rey lagi. Suara yang mampu membuat Bella tenang, nyaman dan takut. "Kamu ngga kangen sama aku?" Tanya Rey malu-malu. Hah? Bella hanya melongo melihat ekspresi Rey. Ini juga kali pertama Bella melihat Rey malu-malu. Manisnya. "Kamu ngga lagi mikirin cowok lain kan?" Retak sudah imajinasi Bella tentang Rey yang manis. Sepertinya Bella harus menarik pemikirannya yang tadi. "Sayang? Kamu beneran lagi mikirin cowok lain?" Tanya Rey kesal, ia kesal saat Bella tidak mengubris kehadirannya. "Ngga Rey. Kamu kok negatif gitu sih mikirnya?" Jawab Bella kesal. Gimana ngga kesal coba? Orang lagi enak mikirin yang manis-manis malah dirusakin. Kan ngeselin. "Kamu udah berani marah sama aku?" Bella yang baru sadar melalukan kesalahan. Langsung menatap Rey dengan tatapan bersalah. Sedangkan Rey sedang menatap Bella dengan tajam. Panjang deh urusannya, baru juga ketemu, pikir Bella. "Enggak gitu, Rey. Aku cuma kesel sama kamu aja." Jawab Bella menunduk, ia tidak berani menatap wajah Rey. "Kenapa?" Bella yang sadar mobil Rey berhenti, langsung menoleh ke arah jalanannya. Ternyata mereka udah sampai di rumah Bella. Bella pun bergegas ingin turun tapi lengannya di tahan sama Rey. Sialan, umpat Bella. "Mau kemana? Jawab pertanyaan ku dulu." Bella menghela nafasnya, jujur aja deh daripada tambah panjang urusannya. "Aku kesel sama kamu gara-gara kamu ngerusak imajinasi ku." Terang Bella. Bella menatap Rey menunggu reaksinya tapi dia mendapati Rey sedang menatap dirinya seakan memintanya meneruskannya. "Aku tadi lagi mikirin kamu yang malu-malu tuh, eh sama kamu malah dirusak. Padahal tadi aku suka banget sama ekspresi kamu." Jelas Bella dengan muka merah. Rey terkekeh saat melihat wajah Bella merah, dia pun mengangkat dagu Bella dengan tangannya lalu mencium pipi kanan Bella. "Kalo aku suka ekspresi kamu yang ini. Gemesin. Udah sana turun terus tidur. Kalo kamu lama-lama disini aku takut ngga bisa nahan diri." Ucap Rey lembut dan tersenyum. Tanpa pikir panjang Bella langsung keluar dari mobil Rey dan berlari ke dalam rumahnya. Dia tidak peduli Rey marah atau tidak karena di tidak pamit. Bella harus menyelamatkan jantungnya terlebih dahulu. Apa yang terjadi? Kenapa Rey mendadak jadi lembut seperti itu? Perubahan sikap Rey membuat Bella bingung. "Cie, yang malem-malem di cium sama tunangannya. Gue juga mau dong nyium lo kayak gitu." Ledek Hans yang langsung berlari ke kamarnya. "ABANG!!!" Jadi, sedari tadi Hans mengintip dirinya dan Rey? Pantas saja Rey lembut terhadap dirinya. Dengan kesal Bella berlari ke kamarnya. *** Ohya, karena minggu depan aku udah mulai UAS, mohon bersabar kalo aku lama updatenya. Aku janji setelah selesai UAS aku bakalan update langsung dua chapter. Jadi bersabarlah teman-teman wkwk. Terima kasih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD