Jika Ini Cinta

1463 Words
Hai... Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE. Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB. Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya? Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan. Happy Reading Sean membuka matanya ketika merasakan sinar matahari mengganggu tidurnya. Tangannya terangkat ke atas memegangi kepalanya yang terasa berat seperti tertimpa bongkahan batu besar, hang overnya mulai mereda. Dengan perlahan, dia menegakkan tubuhnya duduk di atas ranjang. Kepingan-kepingan memori tadi malam membuat Sean langsung membelalak. Matanya bergerak cepat menoleh ke sisi ranjang yang kosong. Dia segera melompat saat menyadari wanita yang menemani tidurnya tadi malam tidak berada di sampingnya. Rasa panik dan takut langsung mengisi benaknya. "Kesya!" teriak Sean dengan suara membahana. Dia berlari dari dalam kamar menuruni tangga dengan tergesa-gesa. "Kesya! Dimana kamu...." Sean tak lagi melanjutkan kalimatnya saat menyadari sosok wanita yang dicari sudah menampakkan diri. "Sean, kau sudah bangun?" tanya Kesya yang baru saja datang dari arah pintu. Sean melangkah lebar menghampiri Kesya yang berdiri dengan wajah bingung di depan pintu, dia lalu melingkupi gadis itu dengan pelukan. "Aku takut kau meninggalkanku?" bisik Sean dengan nada bergetar, jantungnya hampir saja mencelos keluar saat mendapati Kesya tidak berada disisinya. "Aku tadi ke minimarket sebentar untuk membeli kebutuhan dapur. Kau masih tertidur lelap, aku tidak tega membangunkan mu." Kesya berujar dengan senyum hangat di balik dekapan Sean. "Jangan meninggalkan ku sendiri lagi." masih dengan rasa takut, Sean mendekap erat tubuh Kesya, memeluknya posesif. "Aku tidak akan meninggalkan mu jika itu yang kau takutkan." celetuk Kesya setelah berhasil melepas diri dari pelukan Sean yang melilit kuat tubuhnya. Sean terdiam menikmati pemandangan indah dari senyum manis Kesya. Aku sudah jatuh, jatuh terlalu dalam. batin Sean "Maafkan aku, maafkan kebodohan ku hingga membuat mu menangis." tangan Sean terulur mengelus lembut pipi Kesya. "Kau sudah mengucapkan kata itu berulang kali, aku sudah bosan." Kesya berujar dengan nada candaan. "Kau..... tidak marah lagi padaku?" tanya Sean hati-hati, masih jelas diingatan betapa sakitnya perkataan dirinya yang sampai hati menghina gadis cantik itu hingga menangis. Kesya terkekeh pelan. "Kenapa masih marah? Aku tidak rela cerita bahagia hari ini hilang ditelan kesedihan kemarin. Jadi, yang berlalu biarkan berlalu, aku sudah melupakannya. Aku tidak punya alasan untuk marah lagi padamu. Jangan khawatir, aku tidak sejahat yang kau pikirkan." Selalu seperti ini, tidakkah kau tahu ketulusan dan kesederhanaan mu semakin membuat ku jatuh padamu. batin Sean "Semudah itu kau memaafkan ku? Apa kau tidak ingin membalas ku dengan tamparan atau mungkin pukulan?!" tanya Sean tidak percaya, menatap wajah Kesya yang tersenyum merekah seperti tidak terjadi apa-apa. "Maaf dan penyesalan mu sudah membuat sakit hati ku membaik, tidak ada yang lebih berharga dari kedua itu." jelas Kesya dengan sangat lembut, jemarinya bergerak mengusap pelan rahang Sean. "Kau memang wanita berbeda Kesya." ujar Sean tak menampik kekagumannya melihat ketulusan gadis itu. "Dan tanpa kusadari aku sudah jatuh cinta pada mu." tambah Sean sungguh-sungguh, mengecup lembut tangan Kesya yang bertengger lama di rahangnya, detik kemudian membawa tubuh gadis itu ke pelukannya. Kesya terdiam, tidak pernah terpikir olehnya bahwa Sean akan melontarkan kalimat itu. Kalimat yang sudah lama diimpikan, cinta. Tapi haruskah Sean? Benarkah pria itu mencintaiku?. batin Kesya penuh pertanyaan. "Aku tidak tahu harus berkata apa, hanya saja aku mulai kehilangan saat kau tak berada di sisiku. Aku sakit saat kau berujar kasar padaku, dan aku mulai terbiasa dengan sentuhan juga kehadiran mu. Jika semua itu adalah cinta, maka aku juga sudah jatuh hati pada mu." lirih Kesya sambil menempelkan wajahnya di d**a bidang Sean. Mendengar kejujuran Kesya, hati Sean membuncah bahagia, sepersekian detik kecupan bertubi-tubi mendarat di puncak kepala Kesya. "Dengar detak jantungku, dia berdetak hanya untuk mu, hanya untuk Kesya seorang." Kesya tersenyum dalam dekapan Sean, jantungnya juga tak kalah hebat berdetak kencang. "Aku mencintaimu Kesya Christin Jeremi, penari striptis ku." balas Sean dengan ungkapan manis dan romantis. "Dan aku akan setia menunggu sampai kau membalas cintaku." Sean menambahkan kalimatnya. "Kau tidak perlu menunggu." jawab Kesya, yang langsung membuat Sean melepaskan pelukan mereka. "Apa maksudmu?" tanya Sean meyakinkan pendengarannya. "Aku juga mencintaimu." ujar Kesya cepat sesaat kemudian menyembunyikan wajahnya yang memerah di dekapan Sean. "Tunggu dulu, katakan sekali lagi." tuntut Sean berusaha melepaskan pelukan erat Kesya. Telinganya masih belum menangkap jelas jawaban gadis itu. "Tidak mau, aku tidak ingin mengatakannya lagi." bisik Kesya dengan nada manja, semakin membenamkan wajahnya di d**a Sean. "Katakan dengan jelas atau ku habisi kau di ranjang saat ini juga." ancam Sean dengan nada pura-pura serius, Kesya buru-buru melepaskan diri dari pelukan Sean. Dasar pria berotak s**********n, suasana romantis rusak seketika, menyebalkan. batin Kesya "Cepat katakan." desak Sean menuntut jawaban Kesya, yang masih betah dengan kebisuan. Kesya menarik nafas panjang. "A-ku juga mencintaimu." cicit Kesya pelan membuang pandangannya dari Sean, rasa panas mulai terasa di wajahnya. "Benarkah? ka-kau mencintaiku? Kau sungguh mencintaiku? " tanya Sean beruntun sembari mengorek telinga memastikan pendengarannya tidak salah. "Isss, tidak tahu." kesal Kesya segera menubruk d**a Sean, menyembunyikan kembali wajahnya yang sudah memerah malu. Sean tertawa. "Aku lebih mencintaimu Kesya, sangat mencintaimu, My only one Kesya. I love you more than anything." Sean membalas pelukan Kesya dengan erat, suasana hatinya benar-benar bahagia. Kesya mengukir senyum bahagia, beban di pundaknya hilang sekejap. "Hey jangan sembunyikan wajahmu, aku ingin melihat rona merah tomat itu." ujar Sean semakin gencar menggoda Kesya. "Mati saja kau." kesal Kesya melayangkan satu kepalan kecil di d**a Sean. Suara tawa bahagia memenuhi gubuk kecil itu, matahari bersinar cerah turut berbahagia ketika malam telah membisik harap pada gadis malang itu. Kesedihan tak lagi berani merenggut bahagia. Ia sudah tenggelam bersama matahari sore, lepaskan yang ingin dilepas, lupakan yang ingin dilupakan. Matahari akan tetap bersinar memberi harap baru. Begitupun dengan cinta, cinta datang tak diduga, datang tiba-tiba, tanpa rencana, dari arah yang tak disangka-sangka. Saat logika berkata tidak tapi hati tak bisa berbohong. Cinta tetaplah pemenang, sekalipun terluka parah, ia tetap bertahta di hati. Lama tenggelam dalam dekapan hangat, tiba-tiba sebuah suara nyaring, merusak suasana sepasang insan yang baru saja di mabuk asmara. "Astaga, aku hampir lupa." pekik Kesya meloloskan diri dari pelukan Sean lalu memukul jidatnya pelan. "Ck, kau selalu merusak suasana romantis kita." Sean berdecak kesal, rusak sudah romantis pagi mereka yang susah payah di dapat. "Bukan begitu, kau terluka. Berikan tanganmu, biar ku obati." perintah Kesya khawatir mendapati luka yang mengering di punggung tangan Sean. Dia baru menyadari pria itu terluka sesaat setelah dia bangun. "Tidak apa-apa, ini hanya luka kecil." Sean dengan cepat menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya. "Jangan membantah." seru Kesya meraih tangan Sean dengan kasar, menarik pria itu berjalan mengikutinya mendekati sofa kayu. "Aku tidak apa-apa Kesya, sungguh." Sean masih gigih mempertahankan usahanya. "Diamlah." perintah Kesya, mulai mengolesi luka Sean dengan obat cair. Dia meniup luka itu dengan lembut, lalu mengipas-ngipas dengan tangannya agar cepat kering. Sean terpesona melihat wajah serius wanita cantik yang tengah sibuk mengobati lukanya. Perasaan hangat menjalar di hatinya, matanya menatap lekat semua gerak-gerik Kesya. "Kau tidak ingin bertanya?" ujar Sean mulai bersuara. "Soal apa?" tanya Kesya singkat, perhatiannya masih tertuju sepenuhnya dengan luka Sean. "Luka ku." balas Kesya tak kalah singkat yang langsung membuat gerakan tangan Kesya terhenti. "Aku percaya padamu, kau tidak akan pernah mengotori tangan mu jika kesalahan itu masih bisa dimaafkan." balas Kesya lembut, melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. "Kenapa kau mempercayaiku." tanya Sean menyelidik. "Karena aku mencintaimu, dan kepercayaan adalah pondasi cinta." ujar Kesya tanpa menoleh ke arahnya. "Kau memang sesuatu, lagi-lagi aku terjatuh dalam pesona mu." puji Sean tulus yang hanya di balas senyum tipis Kesya. Hening. "Selesai." ujar Kesya tiba-tiba membuyarkan lamunan Sean. "Kau tidak hanya hebat tentang kata-kata manis, ternyata kau juga hebat membalut luka." ujar Sean memandangi balutan rapi Kesya di punggung tangannya. "Bersabarlah, masih banyak keahlian yang belum ku tunjukkan padamu." balas Kesya sombong menepuk-nepuk dadanya pelan. "Ck, dasar sombong." cibir Sean. "Yes, I am." jawab Kesya membenarkan. "Baiklah, ayo pergi." perintah Sean berdiri dari duduknya, menarik lengan Kesya pelan hingga berdiri dari tempatnya. "Pergi kemana?" tanya Kesya heran, kakinya terseok-seok mengikuti langkah lebar Sean. "Menunjukkan mu pada dunia." ujar Sean tersenyum misterius. "Apa maksudmu!" "Memberitahu dunia bahwa Kesya milik Sean seorang." "Apa?!" pekik Kesya nyaring yang hanya dianggap angin lalu oleh Sean. Disisi lain, seorang pria paruh baya duduk bersila dengan menopang sebelah kakinya, mata coklat indahnya menelusuri setiap foto yang dipajang dan digantung di dinding ruangan gelap itu. "Kau tumbuh dengan sangat cantik, aku sangat merindukanmu. Tunggu aku sayang, aku akan menjemput mu, kau hanya milikku ........ Kesya Christin Jeremi."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD