Setelah kejadian yang di luar nalar—bertemu langsung dengan Alaric Vael, sang penjelajah legendaris yang paling memahami Infinity Realm—tim ekspedisi mulai menyadari betapa misterius dan berbahayanya tempat ini. Informasi yang diberikan oleh Alaric masih samar, tetapi cukup untuk menimbulkan kegelisahan di hati mereka.
Kebingungan dan ketakutan sempat meliputi mereka, namun Loran segera mengambil inisiatif. Dengan pidato penuh semangat, ia berhasil membangkitkan kembali tekad tim. Mereka telah melangkah terlalu jauh untuk mundur sekarang.
Malam pun tiba, dan tim ekspedisi mulai membangun perkemahan sementara di The Garden, sebuah area yang tampak subur dan tenteram. Hamparan rumput hijau membentang luas, dihiasi bunga-bunga eksotis yang berpendar samar dalam gelap. Pohon-pohon tinggi menjulang dengan dahan yang bergoyang lembut diterpa angin, menciptakan suasana hampir seperti dunia dongeng. Meski terlihat damai, ada sesuatu yang terasa janggal—seolah-olah mereka sedang diawasi oleh mata yang tak kasatmata.
Berkat keterampilan masing-masing anggota, tenda dan perlengkapan berhasil dipersiapkan sebelum gelap menyelimuti langit. Mereka semua beristirahat, mempersiapkan diri untuk menjelajah lebih dalam esok hari.
Ketika fajar mulai menyingsing, ketenangan perkemahan tiba-tiba terusik.
Seseorang berlari dengan tergesa-gesa, napasnya tersengal. Ia langsung membuka pintu tenda milik Loran tanpa basa-basi.
Marcel: "Loran, keadaan darurat!"
Loran, yang masih setengah sadar, mengusap wajahnya dan menggaruk kepalanya sebelum mengenali sosok yang berdiri di ambang pintu.
Loran: "Ada apa, Marcel? Apa yang terjadi?"
Marcel Durand, navigator tim ekspedisi yang dikenal selalu tenang dalam menghadapi situasi berbahaya, tampak benar-benar gelisah. Matanya melebar, dan dahinya berkerut dalam.
Marcel: "Cepat bersiap dan ikut aku ke tenda navigasi. Kau harus melihat ini sendiri."
Melihat ekspresi serius Marcel, Loran segera bangkit dan mengenakan perlengkapannya. Tanpa banyak bertanya, ia mengikuti Marcel menuju tenda navigasi, tempat beberapa anggota tim lainnya telah berkumpul dengan wajah cemas.
Sesampainya di tenda navigasi, Loran segera menatap Marcel dengan serius.
Loran: "Apa yang sebenarnya terjadi?"
Marcel tidak menjawab secara langsung. Ia hanya menunjuk ke meja navigasi.
Loran mendekat dan matanya segera menangkap sesuatu yang aneh—kompas mereka berputar tanpa arah yang jelas. Tidak hanya itu, semua peralatan pelacakan wilayah tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Marcel: "Sepertinya medan magnet di wilayah ini tidak stabil. Itu mempengaruhi semua alat navigasi kita."
Loran mengerutkan kening, mencoba memahami situasinya.
Loran: "Kalau begitu, kita bisa menggunakan alat Rangefinder untuk pemetaan manual, bukan?"
Marcel menghela napas berat, ekspresinya semakin suram.
Marcel: "Itu rencanaku juga... tapi ada masalah yang lebih besar."
Loran menatapnya, menunggu penjelasan lebih lanjut.
Marcel: "Pertama, hutan di depan perkemahan kita sangat lebat dan berbahaya. Kita tidak tahu apa yang ada di dalamnya. Kedua, wilayah ini... tampaknya bisa bergerak dengan sendirinya."
Loran terdiam sejenak sebelum menatap Marcel dengan ragu.
Loran: "Apa maksudmu 'bergerak'?"
Marcel mengambil peta yang ia buat tadi malam dan membandingkannya dengan kondisi pagi ini. Perbedaannya sangat mencolok—pohon-pohon yang sebelumnya berada di satu titik kini berpindah, aliran sungai bergeser, dan bahkan jalur masuk ke hutan berubah drastis.
Marcel: "Aku memetakan bagian dari The Garden semalam, tetapi ketika aku mengecek ulang pagi ini, semua posisinya berubah. Kita tidak mungkin memetakan tempat ini dengan akurat."
Loran bersandar di meja, mencerna informasi tersebut. Ia mengusap dagunya sambil berpikir keras.
Loran: "Kalau aku orang biasa, aku pasti menganggapmu mabuk semalam."
Marcel: "Haaah… mungkin kita harus mulai membiasakan diri dengan hal-hal aneh seperti ini."
Loran tersenyum tipis, tetapi kekhawatiran masih terlihat jelas di wajahnya.
Marcel: "Dan satu lagi... komunikasi kita lumpuh. Tidak ada satu pun alat komunikasi yang berfungsi."
Loran menghela napas panjang. Ini lebih buruk dari yang ia bayangkan.
Loran: "Baiklah, sepertinya kita punya banyak masalah yang harus diselesaikan. Kita harus menemukan cara untuk mengatasinya secepat mungkin."
Marcel mengangguk setuju. Namun, sebelum mereka bisa mendiskusikan lebih lanjut, Loran tiba-tiba berkata dengan tegas.
Loran: "Panggil Renji, Magnus, Cedric, dan Hannah. Kita butuh semua pemikiran terbaik kita sekarang."
Seorang anggota tim segera berlari untuk memanggil mereka. Tak lama kemudian, keempat orang tersebut tiba di tenda navigasi.
Renji Takahashi, teknisi tim ekspedisi yang bertanggung jawab atas peralatan mereka.
Hannah, seorang arkeolog muda yang memiliki pemahaman tinggi tentang literatur kuno dan penafsiran simbol.
Magnus Creed, pensiunan pasukan khusus Amerika yang memimpin Tim Guardian, kelompok keamanan ekspedisi.
Cedric Vance, profesor sejarah asal Inggris yang memimpin Tim Alpha, tim unggulan dalam pencarian wilayah.
Loran segera menjelaskan situasi kepada mereka. Setelah mendengar penjelasan tersebut, suasana menjadi semakin tegang.
Cedric: "Ini akan jauh lebih sulit dari yang aku bayangkan."
Magnus: "Ya, ini sangat buruk."
Renji mengangguk setuju, sementara Hannah tampak sedikit panik.
Loran: "Aku tahu ini bukan situasi ideal. Tapi kita harus menemukan solusi. Aku punya ide."
Marcel: "Apa rencanamu, Loran?"
Loran menarik napas dalam, lalu berkata dengan penuh keyakinan.
Loran: "Kita harus membagi tim menjadi beberapa bagian. Kita butuh lebih banyak sudut pandang dan cara untuk memecahkan masalah ini. Dengan bergerak dalam kelompok kecil, kita bisa mengumpulkan lebih banyak informasi tentang fenomena ini lebih cepat."
Beberapa orang masih terlihat ragu, tetapi mereka memahami logika di balik keputusan Loran.
Marcel: "Baiklah, mari kita dengarkan dulu rencana lengkapmu."
Dengan begitu, diskusi penting dimulai. Keputusan yang mereka buat hari ini akan menentukan kelangsungan ekspedisi mereka di Infinity Realm.