Bersama Mama Papa

1004 Words
Diana P.O.V Sesampainya aku di kantor, mobil segera ku parkirkan di basement. Dengan santai, aku berjalan dengan membawa buket mawar hitam beserta tas yang ku bawa. Beberapa satpam menunduk hormat saat aku lewat dihadapan mereka, akupun memberikan senum ramah dan ketika kaki ku melangkah masuk kedalam kantor, Pak Nas dan beberapa rekan kerja ku mengerubungi sesuatu tapi tidak membuatku tertarik. "Diana!" panggil Pak Nas. Aku menengok ke kerumunan dan menghampiri atasanku. "Iya pak.. ada apa ya?" tanya ku pelan. "Ini ada kiriman bunga buat kamu tapi keren deh.. buketnya bunga matahari!" ujar Pak Nas yang membuat ku terdiam karna memang tadi baru saja aku mengatakan mau buket bunga matahari. Tanganku segera meraih buket bunga ini yang bisa dibilang cukup besar dan melihat ada sebuah kartu ucapan. 'As you wish, my love' Tanpa mau menimbulkan kecurigaan, aku menunduk dan tersenyum lalu melangkah masuk ke dalam lift. Siapa yang mengirimkanku dua buket ini? Kenapa tidak ada nama pengirimnya? Apakah bisa dibilang dia stalker ku? Aish! Rasanya kepalaku berdenyut dengan cepat memikirkan siapa pengirim buket ini. Ting! Sampai di lantai tempatku bekerja, akupun keluar dari lift lalu masuk ke ruanganku dan meletakan dua buket bunga yang ku bawa ini. Tok! Tok! "Masuk!" suruhku. Pintu terbuka, Adi masuk dengan membawa beberapa berkas. Wajahnya terlihat ditekuk membuatku bertanya-tanya ada apa dengan asisten ku ini? "Kenapa muka kamu?" tanyaku dengan santai. "Aku mau minta pendapat mbak deh." jawabnya membuat kami saling bertatapan. Aku mengangguk dan melirik sofa memberi kode untuk duduk disana. Aku mengambil dua botol kopi dingin lalu memberikan salah satunya pada Adi sebelum duduk di sofa. "Kenapa?" tanyaku. Adi menghela nafas dan memijat pangkal hidungnya, "Pacar aku batalin pertunangan." jawabnya yang membuatku terkejut. "Hah? Bukannya kalian udah 70% persiapannya?" tanyaku dengan bingung. Hubungan mereka berdua sudah tiga tahun dan seharusnya bulan depan mereka sudah menikah. "Itulah, mbak. Akupun ga tau kenapa.. tapi akhir-akhir ini dia memang berubah. Kayak lebih pendiam bahkan aku sempet ngira kalau dia bosen sama aku. Dan setiap aku nanya kenapa, dia selalu nangis bahkan teriak nyuruh aku pergi." jawabnya dengan gusar. "Sabar dulu.. biar besok aku coba temuin dia. Kamu tau kan kadang kita harus pakai pendekatan persuasif. Ini pasti ada sesuatu yang ga beres, makanya harus kita cari tau." ujarku menenangkan Adi. Adi menganggukan kepala kemudian meminum kopi yang ku berikan. Matanya melirik buket bunga didekat meja kerjaku. "Btw siapa ya kira-kira yang ngirimin mbak buket? Sampai dua gitu jangan-jangan dari orang yang sama lagi!" ujarnya. Aku mengendikan bahu dengan acuh dan mulai membaca dokumen. "Nanti siang, tolong kosongin jadwal aku ya. Bonyok lagi dateng jadi nanti mau lunch bareng." ujarku yang dijawab anggukannya. "Siap deh kalo begitu." sahutnya. Kantor mulai di buka, beberapa klien menemui ku. Sesekali juga ada keluarga dari terduga yang menemui ku dan berakhir kami membuat janji temu di kantor polisi esok hari. Tanpa terasa waktu berjalan cepat, jam menunjukan pukul 11.30 siang. Ting! 'Ada makanan untukmu, semoga kamu menyukainya' Membaca pesan dari nomor yang tidak ku kenali, aku segera menghubungi Adi untuk melihat apakah benar ada titipan makanan untuk ku. Adi mengeceknya, aku sendiri memilih tidak membalas pesan itu dan mengirim pesan ke mama dan papa bertanya pada mereka dimana kita akan makan siang bersama. Tidak lupa juga aku menghubungi keempat sahabatku. Tidak lama kemudian, Mama menelfonku. Segera ku angkat, yang menyapa ku pertamakali adalah suara celotehan Jasmine yang begitu lucu dan menghiburku. "Eh anak mama udah bangun.." sapa ku. "Iya dong ma.. abis poop dia." jawab mama ku diseberang sana membuatku tersenyum. "Jadi gimana, ma? Mau makan dimana?" tanyaku. "Mama lupa deh bar yang ada di gedung BCA Thamrin namanya apa? Mama lupa. Disitu aja!" jawab mama yang membuatku tertawa kecil. "Sk** Bar maksud mama?" tanyaku. "Nah iya itu." jawabnya. "Okay, ma.. aku kabarin yang lain dulu." ujarku. Tanganku mengetikan nama bar dan resto yang akan kami gunakan sebagai tempat makan siang hari ini. Setelah keempat sahabatku setuju, akupun segera bangkit dari kursi dan membereskan beberapa barang yang perlu ku bawa. Adi masuk dengan membawa satu goodybag dari salah satu brand sushi terkenal. Aku tersenyum kecil dan langsung mengambil beberapa sushi untuk ku makan selama perjalanan karna maag ku terasa mau kambuh. "Adi, nanti sepertinya saya akan sedikit telat untuk kembali ke kantor. Jadi tolong semua keluhan klien segera ditampung segera dan nanti akan saya hubungi mereka lewat telfon. Mbak usahakan jam satu sudah sampai disini." ujarku yang dijawab anggukan Adi. "Terus ini sushi nya gimana mbak?" tanya Adi. "Kamu makan aja." jawabku dengan santai. Tangan ku fokus menghubungi contact person bar yang akan ku datangi untuk membooking private room dengan view Kota Jakarta. Setelah memberikan nama ku sebagai pemesan dan mengabari yang lainnya, mobil ku segera membelah jalanan yang begitu ramai akan kendaraan. *** "Selamat Datang di S*** Bar and Restaurant! Apa sudah ada janji disini, nona?" tanya salah satu pelayan yang menyambut kedatanganku. "Harrington. Saya Diana Harrington." jawabku dengan santai dan tersenyum. "Wah! Anda berarti Nona Diana yang sering dibahas banyak anak muda disini! Selamat datang, nona. Mari saya antar ke meja pesanan anda!" ujar pelayan itu yang membuatku tersenyum lebar lalu mengikuti langkahnya. Sesampainya di meja, sudah ada mama, papa dan Jasmine yang sedang menunggu kedatangan ku. "Tuh liat mama baru dateng.." kata mama mengarahkan Jasmine yang tersenyum lebar saat menyadari kedatangan ku. Akupun mendekati anakku dan mencium kaki nya. "Princess.. cuci tangan dulu okay!" suruh papa yang ku turuti. Segera aku mencuci tangan lalu langsung mengambil alih Jasmine kedalam dekapanku. Anak ku ini begitu lucu dengan jumpsuit pink yang dia kenakan. Tidak lama kemudian terlihat keempat sahabatku yang sudah sampai dengan pakaian kerja mereka masing-masing kecuali Isabella yang memang sedang libur hari ini. "Uncle, Aunty Harrington!" sapa mereka yang langsung berlarian memeluk kedua orangtua ku. "Astaga kalian heboh deh disini. Ayo duduk dulu, apa kalian sudah begitu lapar?" tanya papa. "Aku udah lapar dari tadi uncle!" jawab Elysa dengan antusias. "Oh my god, kalian malah lupa nyapa keponakan kalian ini!" seru ku membuat mereka berempat menghampiri Jasmine. "Ya ampun keponakan aunty!" seru Riana. Keempatnya mencium tangan Jasmine dan segera duduk di kursi makan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD