Diana P.O.V
Ting! Tong!
Mataku mengerjap tatkala mendengar bel flat ku berbunyi, setelah memastikan Jasmine masih tertidur akupun melangkah dengan perlahan keluar dari kamar dan menuruni tangga.
Tanganku segera membuka pintu flat dan menemukan dua orangtua ku dengan buket bunga mawar pink ditangan papa dan dua tas belanja di tangan mama.
"Good morning, princess!" sapa papa yang langsung memeluk ku. "Morning, papa.. mama.." sapa ku kembali. "Astaga, kamu baru bangun jam segini. Look at your clock, Diana!" kata mama yang membuatku menatapnya malas.
"Come on, ma.. semalam aku begadang karna ngerjain kasus." jawabku. "Jam berapa kamu ke kantor sayang?" tanya papa. "Jam sembilanan, pa.. Pak Nas semalam suruh aku jangan datang ke kantor pagi karna tau aku begadang." jawabku.
Ketika papa dan mama duduk di sofa, terdengar tangisan Jasmine. Akupun segera bergegas ke kamar dan menggendongnya.
"Sssttttttt... anak mama yang cantik.. tenang ya, mama ini yang gendong." bisik ku dan bak tersihir, Jasmine berhenti menangis. Dia mendusel-duselkan wajahnya ke baju ku dan matanya menatapku dengan senyuman kecil.
"Kita ke oma dan opah ya.." ajak ku bermonolog dengan Jasmine yang masih menatap ku.
Sesampainya kami diruang tamu, mama dan papa menyambut kedatangan kami dengan senyuman lebar dibibir keduanya.
"Oh my god! Ini cucu kita, pah!" kata mama heboh menatap Jasmine yang masih terdiam. Sepertinya anak ku ini bertanya-tanya siapa dua orang yang sudah heboh saat baru melihatnya. Maklum ya guys, anak bayi belum terlalu bisa ngenalin orang wkwkwkwk..
"Hallo, Grandma.. grandpa.." sapa ku menirukan suara anak kecil membuat mama dan papa tersenyum lebar.
"Biarin mama yang gendong dia, princess!" pinta mama yang langsung ku berikan Jasmine padanya.
Awalnya Jasmine memang menatap mama dengan tatapan bingung tapi lama-kelamaan dia tersenyum lebar dan mulai nyaman dalam gendongan Grandma nya itu.
"How cute you are baby girl!" puji papa.
"Yaudah, sayang.. kamu mau ngapain aja bebas gih! Hari ini kamu bekerja kan? Biar kami yang mengurus Jasmine!" suruh mama yang segera ku turuti. Aku langsung ke dapur dan menata makanan yang mama buatkan untuk ku di piring dan mangkok lalu ku sajikan. Tidak lupa juga ku siapkan sebotol s**u untuk Jasmine yang memang sekarang jam nya dia menyusu.
"Bagaimana pekerjaan kamu, sayang?" tanya papa sembari duduk di kursi makan. "Cukup baik, pa.. seru juga jadi pengacara." jawabku dengan riang.
"Mama baru ingat, ada beberapa pengusaha yang ingin mengenalkan putranya pada mu. Bagaimana? Apa kamu tertarik?" tawar mama yang ku jawab gelengan.
"Kalau mama bilang ke mereka, aku sudah punya anak. Apakah mereka akan tetap mau?" tanya ku dengan santai. Papa tersenyum, "Tidak apa-apa, toh harta papa masih cukup untuk menghidupi kamu, kita, dan Jasmine." jawab papa membuatku turut tersenyum.
"Aku masih belum memikirkan pernikahan, ma.. pa.. bagi aku sekarang hidup berdua sama Jasmine udah lebih dari cukup." ujarku. "Tapi kan Jasmine juga butuh peran ayah, nak.." bujuk mama. "Banyak pasangan yang bercerai, ma.. dan akhirnya aku yang ngurus perceraian mereka. Aku ga mau suatu saat nanti harus mengurus perceraian aku sendiri. Lebih baik telat nikah, ma.. dari pada nikah tapi akhirnya perceraian." tolak ku dengan halus.
"Tapi coba ya kamu kenalan sama mereka, sayang.." bujuk mama yang membuatku menghela nafas. "Aku ga mau. Itu udah jawaban final. Apa yang mama lihat dari mereka? Mereka kaya? Itu harta orangtuanya. Mereka tampan? Selama ada uang mah semua orang selalu tampan dan cantik, ma.." tolak ku dengan tegas membuat mama dan papa tersenyum dan mengangguk.
Jam sudah menunjukan pukul delapan, aku sudah siap dengan vest serta celana warna cream juga tanganku yang membawa tas coklat serta jas berwarna senada dengan pakaianku hari ini.
Jasmine yang masih berada digendongan mama membuatku lega karna putri kecil ku itu tidak rewel.
"Mama, papa.. aku pergi ya.. kalian menginap kan? Nanti akan ada mbok yang akan kesini membantu kalian mengurus Jasmine." ujarku sembari memeluk orangtua ku ini.
"Okay, princess.. nanti makan siang di restoran aja ya, ajak Pak Nas dan sahabat-sahabat kamu juga!" suruh papa yang ku setujui.
Setelah mencium pipi Jasmine, aku segera keluar dari flat. Tepat ketika pintu tertutup, Riana keluar dari flatnya juga.
"Eh? Di? Tumben banget lo baru berangkat." ujar Riana yang menghampiri ku dengan gaun kerjanya.
"Iya nih ada bonyok didalam, semalam juga gw begadang makanya Pak Nas ngasih izin dateng agak siangan. Lo juga tumben banget baru berangkat!" sahutku.
"Iya ini juga karna gw bakalan nemenin bos gw meeting makanya dia ngizinin buat berangkat siangan jadi dia langsung jemput dibawah." kata Riana.
Kami berdua melangkah dan menunggu lift yang membawa kami kebawah.
Ting!
"Mbak Diana, maaf mengganggu. Saya bagian security menyampaikan bahwa ada titipan bunga untuk mbak di lobby."
Membaca pesan itu, aku segera mematikan tombol yang mengarah ke basement karna aku harus turun di lobby bersama Riana.
Tepat ketika lift terbuka, kami berdua keluar dan didekat ruang tunggu lobby sudah ada seorang pria dengan penampilan yang cukup menjelaskan siapa dia. Akupun memang mengenalinya, dialah Alexander Leonard. Pemilik dari Prestige Hotel, tempat kerja Riana.
"Selamat pagi, Tuan Alex!" sapa ku dengan senyum kecil. "Selamat pagi, Nona Diana! Senang saya melihat anda pagi ini. Apakah anda akan bekerja?" tanyanya yang ku jawab anggukan.
"Betul sekali, tuan. Saya kesini karna ada titipan untuk saya. Eeuummm, Pak Karyo? Dimana titipannya?" tanyaku pada salah satu security.
"Ini, mbak. Tadi yang mengantar seorang perempuan yang bekerja dari toko bunga ini. Silakan!" jawab Pak Karyo memberikan sebuket bunga mawar hitam yang membuatku terkesima.
"Loh? Mawar hitam? Siapa yang mengirim sebenarnya?" tanyaku bingung. "Saya juga kurang tau, mbak. Tadi petugas itu bilang dia harus merahasiakan identitas pengirim." jawab Pak Karyo.
"Wah! Jadi seorang Nona Diana sudah memiliki penggemar sekarang!"
Aku menengok ke arah Alex, maksudnya apa?
"Apa maksudmu, tuan?" tanyaku bingung. "Oh my god, aku bahkan tidak tau kalau kau terlalu monoton hidupnya. Jadi begini, Mawar Hitam itu memang memiliki banyak arti salah satu nya Obsesi." jawab Alex yang membuatku terdiam.
"Jadi maksudnya, dengan adanya seseorang yang ngirim mawar hitam ke lo itu berarti ada seseorang yang terobsesi sama lo. Gitu loh maksudnya Diana!" lanjut Riana yang membuatku tersenyum canggung.
"Oh.. okay. Terus gw harus apa dong?" tanyaku bingung. "Haish! Sudah lah, kita sudah telat ke tempat meeting. Ayo! Kami duluan, Nona Diana!" pamit Alex yang ku jawab anggukan.
Aku juga memilih membawa buket bunga mawar hitam ke mobil lalu ku letakan di kursi penumpang disebelahku.
Dengan perlahan, aku memotret buket bunga ini dan menguploadnya ke story i********: dengan caption:
'Mungkin lain kali bisa buket Bunga Matahari?'
Setelah itu, barulah aku menuju ke kantor dengan mobil kesayanganku. Jalanan yang mulai padat tidak membuatku malas, alunan musik dari speaker di mobil ini juga membuatku semakin semangat karna hari ini tidak ada persidangan jadi aku bisa bekerja lebih santai di kantor nanti.