bc

Fashion Love (Indonesia)

book_age18+
379
FOLLOW
3.5K
READ
dark
love-triangle
sex
age gap
badgirl
sweet
mxb
first love
school
seductive
like
intro-logo
Blurb

”Positif, Dika.”

Neima memberikan testpack kepada Dika.

”Aduh, Nei. Aku masih kuliah.” Dika terduduk dengan muka kuyu. Pasalnya, dia tidak siap dengan kabar tersebut.

”Itu kenapa aku selalu mengingatkan! Sejak awal, perjanjiannya kau wajib menggunakan pengaman.”

”Hei! Kalau kau takut hamil, kenapa tidak minum pil?”

”Apa? Pil? Intinya sekarang kau menyalahkan aku?” bentak Neima. Benda penunjuk kehamilan tersebut dia lemparkan ke muka Dika.

”Sabar, Nei. Sekarang aku pusing dan kau jangan menambahi beban pikiranku! Nggak usah membentak!”

”Kau yang apa-apaan! Kita harus menikah. Aku tidak mau semua orang tahu aku hamil sebelum menikah. Enak sekali kau ingin lepas tangan setelah kuberikan semuanya untukmu!”

”Bukan seperti itu. Tenang dulu. Bicara pelan-pelan. Duduk, Nei.” Dika menuntun Neima ke bangku.

”Jadi, apa rencanamu? Menikah? Ya, ayo! Kenapa tidak? Aku mencintaimu, Nei. Jelas aku akan bertanggung untuk kau dan bayi kita.”

”Kau mau menikahi aku?”

Dika memeluk Neima dan membenamkan wajah Neima ke dad*nya. ”Iya, Neima, kita menikah. Hari ini kita ke orang tuaku. Dan setelah itu, kita bersama-sama ke rumahmu.”

”Kita mengaku kalau aku hamil?”

Dika mengangguk. ”Papa mamaku tidak akan membolehkan aku menikah muda kecuali dengan alasan sudah ada cucunya padamu. Orang tuamu tentu akan seperti itu, Nei. Kau seharusnya tidak menikah secepat ini. Mereka pasti ingin kau bekerja dulu. Justru dengan alasan kehamilan, kita akan dinikahkan secepatnya.”

chap-preview
Free preview
1| Cinta yang Menyesatkan
1] Cinta yang Menyesatkan Darah Neima berdesir saat jari-jemari Dika meraba pundaknya. Malam panas untuk pertama kali kedua sejoli dimulai. Mereka sudah merencanakan malam spesial itu sejak seminggu yang lalu. Neima telah berbelanja pakaian seksi khusus untuk dikenakan malam ini. Dika tidak memaksa Neima untuk memberikan kenikmatan surgawi tersebut. Neima setuju setelah membicarakan konsekuensi. Meski belum menikah, hubungan badan yang akan mereka lakukan perlu dibicarakan baik-baik. Syarat mutlak yang ditetapkan adalah hubungan tersebut wajib menggunakan pengaman. Mereka berdua belum siap untuk hal-hal yang timbul ke depannya. Neima tidak salah memberikan kesuciannya kepada Dika Alfareza, pria yang dicintai. Cowok yang setahun lebih muda dari Neima, tetapi sangat dewasa di tempat tidur. Bukan cuma itu, sikap Dika juga terasa bagaikan pelindung. Dia selalu hadir ketika Neima merasa sendirian. Dia dengan sabar membesarkan hati Neima dan membuat Neima mengabaikan segala omongan buruk orang-orang. Neima sangat mencintai Dika. Oleh sebab itu, dia rela diajak berhubungan int*m tanpa ikatan pernikahan. Malam hampir bertemu pagi. Pukul lima ketika Neima bangun dari tidur lelapnya. Beberapa bagian tubuhnya terasa berdenyut dan mengingatkan Neima dengan aktivitas sebelum tertidur. Udara dingin ditiupkan oleh pendingin ruangan membuat Neima mengeratkan selimut. Neima memejam lagi. Belum waktunya Neima terjaga. Tak lama Neima terbuai ke alam mimpi. ”Neima,” panggil Dika yang baru saja kembali dari kamar kecil. Dika tadinya terbangun karena panggilan alam. Dia menepuk-nepuk pipi Neima pelan untuk membangunkan cewek berambut panjang itu. Dika ingin merasakan lagi tubuhnya di dalam diri Neima. Neima ternyata mengalahkan nikmatnya isapan nikotin. ”Nei,” ulangnya. Bukannya bangun, Neima malah mengganti posisi tidur membelakangi Dika. Dika dengan liciknya menarik selimut dari tubuh Neima. Semoga pacarnya itu terbangun karena kedinginan. Akan tetapi, Neima hanya terusik sedikit. Cewek itu mengubah posisi seperti janin dalam perut. ”Dingin, Nei?” Dika duduk menyamping di hadapan Neima. Dia menyibak rambut yang menutupi wajah Neima. Hidung Neima adalah bagian terbaik nomor dua setelah bibir. Dika suka mengecup puncak hidung yang mancung itu. Akan tetapi, Dika lebih senang mencecap manisnya bibir Neima. Tunggu dulu, tentu saja bagian terbaik Neima adalah apa yang ingin Dika lakukan sekarang. Dika turut berbaring di sebelah Neima. Sekarang Dika telah memakai celana pendek. Hanya saja Dika tidak memakai bajunya. Dika menarik Neima dalam pelukannya. Miliknya yang selalu siaga saat pagi semakin ingin menunjukkan eksistensi saat puncak d*da Neima menekan da*anya. ”Kau kalau tidur memang seperti ini, Nei?” bisik Dika. Dika mencoba membangunkan Neima dengan mengecup bibir cewek itu. ”Enak, Nei?” tanyanya saat Neima mengerang dalam tidurnya. ”Kalau begitu buka matamu. Cukup tidurnya.” Neima meraba tubuh Dika lalu memeluk Dika bagaikan bantal guling. ”Kau ingin menyiksa aku hah? Lepaskan aku!” Dika menjauhkan Neima sehingga kini Neima berbaring terlentang. Dika melihat celananya sendiri sudah menggembung. ”Kebo sekali kau, cewek manis!” umpat Dika dengan nada humor terselip di tawanya. Dika menjentik jarinya ke put*ng Neima. Gadis itu tidak terganggu. Melihat betapa lelapnya sang kekasih membuat Dika makin gemas. Tanganya kini bermain-main di d*da kekasihnya itu. ”Masih belum bangun juga?” erang Dika kesal. ”Jangan salahkan aku kalau bangun nanti s*sumu kempis!” Dika memasukkan mulutnya bagaikan bayi mencari minuman kesukaan di tubuh sang ibu. Ia mendapatkan bagian terbaiknya.   ***   ”Nei!” Neima sedang menunggu pembimbing skripsinya di depan ruangan dosen. Matanya benar-benar mengantuk dan kini terjaga karena dikejutkan. Dika duduk di sebelah Neima. ”Hai. Tidak kuliah?” tanya Neima. ”Nei ayo, sebentar.” Neima melotot lalu melihat di kiri dan kanannya. ”Hei, takut sekali sih. Memangnya ada yang aneh?” ejek Dika. Neima mengibas-ngibaskan jilbabnya karena mulai gerah. Kode Dika itu jelas sekali. Dia tidak tahu tempat dan tak pernah bosan. ”Sabar kenapa sih? Kelar urusan ini, aku ke tempatmu.” Neima berbisik. ”Sekarang,” ucap Dika dengan muka manja minta ditampar. ”Nanti aku ajak cewek lai—” ”Ya udah, di lantai tiga sepi. Kau duluan ke sana, aku susul. Cepat!” Dika mencubit pipi tembam Neima sambil tersenyum. Tidak ada yang aneh dengan interaksi pasangan kekasih tersebut. Jadi, tak seorang pun memperhatikan mereka. Neima berdiri dan memeluk file serta membenari tali tasnya. Kakinya yang dibalut kulot dan sepatu flat menaiki anak tangga satu per satu. Neima pernah kuliah di lantai tersebut dan biasanya toilet di ujung ruangan sangat sepi. Tidak ada mahasiswa ke sana kecuali kepepet, seperti Dika. Cowok itu menunggu Neima sambil bersandar dengan wajah tampan yang dipenuhi senyuman. Dika menarik tangan Neima ke salah satu bilik. Barang bawaan Neima dia taruh di atas closet yang tertutup. Tubuh Neima didorong hingga bersandar di dinding keramik. Neima saat ini mengenakan kemeja berkancing. Mudah saja bagi Dika membuka anak kancing tersebut dan mengeluarkan mainannya di balik baju Neima. ”Tutup mulutmu, Nei!” perintah Dika sebelum Neima dia mainkan. ”Tentu saja. Puaskan dahagamu, bayi tua!” ”Punyamu tidak?” bisik Neima ketika merasakan Dika menekan perutnya. ”Boleh? Sebentar saja kalau gitu.” Dika membuka gesper dan resleting celananya. Begitu juga dengan Neima melorotkan kulotnya dan celana dalam. Ketika menunduk, pasmina Neima jatuh dan ia harus mengikatkan ujung pasmina tersebut ke leher. Percintaan kilat itu memberikan kepuasan bagi keduanya. Awal-awal, mereka selalu memakai proteksi. Namun, karena pernah melakukan tanpa pengaman dan Neima tidak hamil, mereka melonggarkan pengamanan. Di saat mendesak seperti sekarang, tidak mungkin mereka menundanya untuk membeli k*ndom. Dika juga tidak senang menyimpan dalam dompetnya dan membawa barang itu ke mana-mana. Neima merapikan lagi pakaiannya yang terbuka. Satu per satu kemeja dikancingkan kembali. ”Ini untuk wisuda. Kebetulan aku ada uang lebih. Jadi, kau tak perlu memikirkannya nanti.” ”Aku tidak menjual tubuhku!” Neima tersinggung. ”Aku tahu, Nei. Ini karena aku sangat mencintaimu. Aku sayang kamu, tidak mau kau memikirkan biaya kuliah. Terimalah, Nei. Aku menyisihkan untuk kau pakai.” ”Dika ...” Neima masih tidak mengerti dengan maksud Dika. ”Nei hanya ini yang bisa aku berikan. Selama ini kau yang selalu membuat aku bahagia. Izinkan aku membahagiakanmu. Uang ini tidak berarti apa-apa.” Dika mengusap kepala Neima dengan mata menatap sayang. ”Simpan, Nei. Kau bisa menggunakannya untuk hal lain jika perlu.” Neima menunduk melihat kakinya yang memakai sepatu cokelat pemberian Dika. Sekitar tiga bulan lalu, Dika juga membelikan Neima printer, tinta, dan kertas. Kata Dika itu untuk memudahkan Neima bimbingan skripsi. Orang tua Neima yang kurang mampu tidak bisa melengkapi kebutuhan tersebut. Dika memeluk Neima. ”Karena aku sayang kamu, Nei.” Neima pun mengangguk. Dia menyimpan uang tersebut dalam tasnya. ”Semangat! Semoga kali ini langsung di-ACC. Wah, yang sebentar lagi wisuda.” Dika tersenyum mencairkan suasana yang sempat melankolis. Dirapikannya pasmina yang membalut kepala Neima. ”Aku duluan. Kalau aku bilang aman, kau baru boleh keluar. Bye, Neimaku.” Neima menyemprotkan parfume ke tubuhnya. Dia memperhatikan pakaiannya kalau-kalau ada yang tidak beres. Pasmina yang tadinya diikat dia buka kembali. Kedua ujung pasmina disilangkan ke masing-masing pundak. Kain tipis itu menutupi kepala dan leher Neima dengan erat. Tidak ada yang tahu bahwa setiap jengkal tubuh tertutup tersebut sering dijamah oleh tangan pria. Dika: Aman, Nei. Neima meninggalkan toilet cepat-cepat. Gadis itu mengambil posisi duduk di depan ruangan dosen seperti tadi. Neima terdiam dalam duduknya. Ia memikirkan semua yang telah ia lakukan bersama Dika. Perkara dosa sama sekali tidak terlintas dalam benak Neima. Dia hanya mengikuti apa yang diinginkan oleh kekasihnya. Tidak perlu munafik. Neima juga membutuhkan sentuhan-sentuhan Dika. Dia menikmati keintiman antara kulitnya dengan kulit Dika. Namun, apakah benar jika Dika memberikan Neima uang? Berhakkah Neima menerima pemberian Dika? Semua yang Neima lakukan untuk cowok itu tidak ada paksaan sama sekali, kecuali saat waktu atau kondisi tidak mendukung. ”Neima Devira. Giliranmu,” ucap seseorang yang barusan keluar dari ruangan dosen pembimbing.   ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Revenge

read
17.5K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
8.8K
bc

After That Night

read
8.8K
bc

BELENGGU

read
64.9K
bc

The CEO's Little Wife

read
629.5K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.1K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook