Just My Luck

Lucky membuka netranya perlahan. Di hadapannya tampak seorang wanita muda berusia seperempat abad yang tersenyum dengan barisan gigi yang rapi. Mata Lucky membeliak menatap gadis dengan wajah yang begitu mirip dengannya itu mereka bagaikan pinang di belah dua. Lucky merasakan kedua tangannya diikat dengan kuat ke belakang. Gadis itu berupaya melepaskan diri namun sia-sia saja. "Kamu sudah bangun?" tanya gadis manis yang berdiri di depannya itu sembari bersedekap. "Si-siapa? Siapa kamu sebenarnya!" Lucky berupaya membentak meskipun seluruh tubuhnya gemetar. Tidak. Dia tidak boleh menunjukkan rasa takutnya pada wanita ini. Kembarannya itu tertawa dengan tawa melengking yang mengerikan. "Kamu tidak perlu takut padaku, Lucky. Aku Anna, keberuntunganmu." *** Lucky membuka matanya, tubuhnya berpeluh keringat, napasnya terengah-engah. Gadis berambut panjang itu menatap jam dinding di kamarnya yang menunjukkan jam satu pagi. Mimpi. Dia hanya bermimpi buruk tapi membuat perasaan ngeri terus terlintas dipikirannya. Lucky segera melompat dari tempat tidur king sizenya. Gadis itu menghambur keluar kamar lalu mengetuk pintu lain yang tepat berada di depan kamarnya. Lucky menggedor pintu dengan begitu kerasnya sambil meneriakkan nama si pemilik kamar. "Bella! Bella!" Tak lama kemudian pintu terbuka dan munculah sesosok gadis bermata sipit dan berbibir tebal dari dalam pintu. Gadis itu berkacamata tipis itu mengucek-ucek matanya. Kelihatannya separuh nyawanya belum kembali karena dibangunkan tiba-tiba. "Ada apa, Kak?" tegur Bella sembari menguap. "Bella! Aku ... aku bermimpi bertemu dia!" ujar Lucky panik. "Siapa?" "Dia, Bella! Dia!" seru Lucky. Mata Bella yang kecil itu melebar. Dia menatap kakak perempuan semata wayangnya itu dengan awas, meneliti wajah gadis rupawan itu yang pias. "Anna?" tanya Bella. Lucky merasakan dengungan yang keras di telinganya. Gadis itu memegangi kepalanya yang seketika terasa pusing. "Jangan panggil namanya, Bella!" keluh gadis itu, berupaya membuat dirinya tetap sadar. "Ma-masuklah, Kak." Bella membuka pintu lebih lebar agar kakaknya bisa masuk. Dia lalu mengunci pintu dan membimbing Lucky menuju tempat tidur. "Tidurlah, Kak, jangan pikirkan dia lagi," kata Bella. Lucky menggeleng kuat, air matanya mulai merebak. "Aku takut Bella, aku takut dia akan merenggut diriku lagi." Bella menghapus air yang mengalir dari matanya dan mulai terisak-isak. Bella mendekap kakaknya lalu mengusap punggungnya dengan lembut. "Tenanglah, Kak. Dia tidak akan datang. Ada aku di sini." Pelukan Bella membuat Lucky merasa lebih tenang. Gadis itu lalu membaringkan tubuh di atas ranjang dengan menggenggam erat tangan adiknya. Sejak orang tua mereka meninggal empat tahun lalu karena kecelakaan mobil, hanya Bella baginya tempat berlindung. Terkadang Lucky merasa malu. Dia kakak, tapi Bella jauh lebih dewasa. Dengan meremas tangan adiknya, rasa takut Lucky mulai memudar. Saat Bella bersamanya, sosok itu tidak akan keluar. Monster mengerikan yang berada dalam dirinya yang bernama, Anna. ***