Terjebak
"Shiet...!." Umpat seorang pemuda sambil mengepalkan tangan nya, pandangannya menatap tajam ke arah sesosok wanita yang berada jauh di depannya.
Alfariz lengkapnya Johan Alfariz Ankarian, pemuda keturunan Turki yang memiliki segalanya, uang, jabatan dan tentu saja wajah yang tampan.
Saat ini netranya tengah menatap gadis cantik yang tengah bergandengan tangan dengan lelaki lain.
Bukan hanya bergandengan tangan tapi sikap mesra yang terlihat dari keduanya yang membuat hati pria tampan keturunan Turki itu meradang, padahal gadis itu adalah kekasihnya, lebih tepatnya tunangan nya.
"Apa kurang nya diriku? mengapa kau mengkhianati kepercayaan ku?" rutuk hati pemuda itu masih tak percaya dengan penghianatan tunangan nya.
Di arahkan pandangnya sekali lagi tertuju kepada dua insan yang terlihat berjalan di sebuah taman dengan saling bergandengan tangan dan sesekali berpelukan, lalu Al demikian biasa dia di panggil, mengeluarkan ponsel pintar nya, mengambil gambar dari pemandangan tersebut untuk di jadikan bukti suatu saat nanti, setelah itu Alfariz atau Al meninggalkan tempat tersebut tanpa menoleh lagi.
**
"Kita pulang ke Indonesia sekarang..!." Sebuah perintah yang cukup mengagetkan semua anak buah yang ada di depannya, pasalnya mereka baru saja sampai di negara tersebut.
"Pulang Tuan?."
"Sekarang..?."
Tanya salah satu anak buah memberanikan diri, mereka menautkan kedua alisnya, serasa tak percaya dengan pendengaran nya, karena baru saja sampai di Negara Turki kurang dari dua jam yang lalu.
"Sudah tuli ya kalian..!." Bentak sang atasan yang tak lain Alfariz, wajahnya sudah sangat murka, itu bisa di lihat oleh hampir seluruh anak buahnya yang masih sibuk menurunkan beberapa barang barang bawaan.
Al berencana ke Turki untuk menemui tunangan nya setelah sekian lama tak bertemu, ternyata apa yang dilihat nya sudah menghancurkan seluruh perasaan nya.
"B-baik tuan, kami akan berkemas kembali." sahut anak buah tersebut yang ternyata adalah kepala pelayan yang selalu mengiringi dimana pun sang Tuan berada.
Pak Man, kepala pelayan itu biasa di panggil, kembali mulai memberikan perintah kepada bawahannya untuk membereskan barang barang nya tak jadi di turunkan dari cargo yang mengangkut barang barang tersebut dari bandara tadi.
Meskipun dengan penuh tanda tanya semua anak buah Al bergegas membereskan semua barang barang nya kembali.
"Cepat..cepat jangan banyak tanya..!." Pak Man dengan sedikit berbisik memerintahkan bawahannya untuk tetap bekerja tanpa tolah toleh lagi.
Sekitar sepuluh pekerja bergerak cepat membereskan semua barang bawaan yang semula akan di pindahkan ke sebuah apartemen.
**
Alfariz masih diam, termenung memikirkan banyak hal. Dingin nya angin malam yang menerpa badannya tak di hiraukannya.
Apakah selama ini ada yang salah dengan dirinya? kurang perhatian atau kurang memberikan kasih sayang kepada tunangan nya sehingga dengan mudahnya dia menusuk dari belakang?.
"Aaaarggh..!."
Pria tampan itu menyugar rambutnya, emosinya hampir tak terkendali
"Keparaat...! JALAANG...!."
Umpatan demi umpatan lolos begitu saja dari bibirnya, merutuki penghianatan dari sang kekasih.
Marah, benci serta dendam yang membara bergolak di dalam dadanya, sesaat ingin rasanya mendatangi wanita itu lalu menampar atau mendatangi lelaki selingkuhan tunangan nya untuk membuat perhitungan dengan nya, tapi kembali lagi semua penyebab adalah wanita yang menjadi tunangan nya, jika dia tak murahan pasti penghianatan ini tak mungkin terjadi.
Malam yang dingin tak mampu mendinginkan otak dan hatinya, pria tampan itu sudah terlanjur terluka, terjebak oleh rasa kecewa yang mendera.