2. Know

1192 Words
Ardaffin sedang duduk di atas rerumputan hijau yang tumbuh subur di taman SMA Trisatya, tubuhnya bersandar pada sebuah pot tanaman persegi panjang yang terbuat dari semen. Tangan laki-laki itu memegang ponsel, headset bluetooth berwarna putih terpasang ditelinga kanannya. Ibu jari Ardaffin sibuk bergerak mengarahkan karakter yang ada di dalam sana. Laki-laki itu sedang memainkan game online yang digandrungi para anak muda sekarang. "Eletha!!" Mendengar nama salah satu teman sekelasnya di panggil dengan suara yang cukup keras, Ardaffin spontan menghentikan pergerakan jarinya. Tidak lama, setelahnya laki-laki itu kembali melanjutkan permainannya, "Demi gue Dhe!! Gue mohon…" Ardaffin langsung mematikan ponselnya, tidak peduli dengan nasib game yang dimainkannya. Laki-laki itu mengintip disela-sela tanaman semak. Ardaffin bisa melihat ada Eletha yang memegang kedua bahu Dhemayra dengan memasang ekspresi memohon, dan juga Vrisya yang terlihat marah. Kenapa teman sekelasnya menyebut-nyebut nama gadis yang disukainya? Sedari tadi Ardaffin memang tidak menyadari keberadaan mereka. Posisi yang cukup jauh membuat Ardaffin tidak bisa mendengar pembicaraan mereka sebelumnya. Laki-laki itu baru menyadari kehadiran mereka setelah ada yang berteriak memanggil nama Eletha. Vrisya menarik kasar pergelangan tangan Eletha yang masih memegang kedua lengan Dhemayra. Mencengkeram kuat pergelangan tangan Eletha seraya menatapnya tajam, "lo gila?! Kenapa harus minta sama Dhemayra?!" Eletha terlihat membalas perkataan Vrisya yang diakhiri dengan gelengan kepala, tetapi Ardaffin tidak bisa mendengarnya. Suara Eletha tidak lagi keras seperti sebelumnya. Apa yang diucapkan Eletha sukses membuat Vrisya terdiam. Ardaffin beralih menatap gadis berambut pendek yang berada di belakang Eletha dan Vrisya. Dhemayra memandang kedua temannya dengan tatapan bersalah. Gadis yang disukainya itu kemudian menundukkan kepalanya. Sebenarnya apa permintaan Eletha kepada Dhemayra hingga membuat Vrisya menjadi marah? * * Sungguh sekarang Ardaffin merasa kalau dirinya adalah seorang stalker. Setelah kejadian tadi pagi, laki-laki itu terus diam-diam mengikuti dan selalu memperhatikan pergerakan Dhemayra diluar jam pembelajaran. Ardaffin sangat penasaran tentang permintaan Eletha kepada Dhemayra. Meskipun Ardaffin bukan—belum menjadi— kekasih Dhemayra, tapi sebagai laki-laki yang menyukai gadis itu Ardaffin tetap berhak untuk mengetahuinya kan? Ketika bel pulang berbunyi, Eletha langsung membawa Mayra pergi ke bangunan yang baru. Otomatis Ardaffin juga pergi mengikutinya. SMA Trisatya baru membangun satu bangunan lantai dua yang memiliki empat ruangan. Dan difungsikan sebagai tempat praktek menggunakan komputer. Sekolah sudah kosong, Eletha dan Dhemayra duduk di bangku panjang. Sedangkan Ardaffin mendudukkan dirinya di anak tangga. Tepatnya tangga yang memisahkan dua ruangan lantai satu. Tempat persembunyian paling aman menurut Ardaffin. Bangku tempat Eletha dan Dhemayra duduk, sedikit jauh dari posisi Ardaffin saat ini. Ardaffin menatap jam tangan hitam miliknya. Sudah dua puluh menit berlalu, namun masih tidak ada yang membuka suara. Laki-laki itu membenamkan wajahnya di antara lipatan tangan, Ardaffin bertekad akan tetap menunggu Dhemayra sampai gadis itu selesai dengan urusannya. "Jadi gimana? Lo mau kan bantuin gue?" Akhirnya Eletha membuka suara. Ardaffin mengangkat kepalanya, berdiri dan berjalan mendekati dinding yang menghalangi penglihatan dua gadis itu. Ardaffin menyandarkan tubuhnya di sana, membuka telinganya lebar-lebar agar bisa mendengar dengan jelas jawaban dari Dhemayra. Namun nihil, Dhemayra masih tidak membuka suaranya. "Kemarin gue liat Ardaffin lagi sama cewek. Gue denger Ardaffin manggil dia Nadira." Ardaffin mengerjap. Jadi kemarin Eletha melihatnya bersama dengan Nadira—kakak sepupunya. Tapi kenapa Ardaffin tidak menyadarinya? "Nadira ngasih bekal buat Ardaffin." Lanjut Eletha. Iya benar. Kakak sepupunya itu memang memberikan bekal. Karena kemarin pagi Ardaffin tidak sempat menghabiskan sarapannya, Ardisa meminta kepada Nadira untuk membawakan bekal untuknya. Dan kebetulan Nadira adalah siswi kelas dua belas di sekolah Ardaffin. Dengan sedikit ancaman dari Nadira akhirnya Ardaffin menerima bekal itu dengan terpaksa. Tidak ada salahnya 'kan menerima bekal dari kakak sepupunya? "Terus cewek itu ngelus kepala Ardaffin dan Ardaffin nggak nolak sama sekali, Dhe." Ardaffin membulatkan matanya. Apa-apaan?! Jadi Eletha juga melihat bagian yang itu dan Eletha malah menceritakannya kepada Dhemayra. Bagaimana jika Dhemayra salah paham?! Karena hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa Ardaffin memiliki sepupu perempuan yang satu sekolah dengannya. Ardaffin sedikit menyembulkan kepalanya, ingin melihat reaksi Dhemayra saat mendengar dirinya yang sedang bersama dengan perempuan lain. Apa gadis merasa sedih ataupun cemburu? Laki-laki itu mengerutkan keningnya. Ini terbalik! Kenapa malah Eletha yang terlihat sedih? Harusnya kan Dhemayra! Eh tidak. Sebenarnya Ardaffin yang berharap Dhemayra merasa seperti itu. Eletha perlahan mengeluarkan suara isakan. Sedangkan Dhemayra mengelus punggung gadis yang sedang menangis itu. Ardaffin dapat menyimpulkan bahwa Eletha menyukainya, dan bukan gadis yang diharapkannya. Ardaffin kembali menyandarkan tubuhnya pada dinding. Ardaffin menyentuh dadanya, merasakan dadanya yang terasa sesak. Laki-laki itu kecewa dengan kenyataan bahwa bukan Dhemayra orang yang menyukainya. "Gue akuin kalau gue emang egois. Gue takut ditolak, Dhe. Gue gak mau kalau kejadian yang kayak dulu keulang lagi." Ardaffin masih setia menjadi pendengar. Laki-laki itu masih menunggu satu patah kata dari gadis berambut pendek yang berada di samping Eletha itu. "Gue cuman mau tau cewek yang sama Ardaffin itu beneran pacarnya atau bukan. Mungkin dengan lo yang nembak Ardaffin, gue bakal tau." Jadi Eletha menyuruh Dhemayra untuk mengajaknya berpacaran. Pantas Vrisya sangat marah. "Kalau nanti Ardaffin nolak, lo tanya alasannya. Lo itu kan nggak pedulian sama cowok dan lo juga nggak punya perasaan sama Ardaffin. Jadi gue pikir lo bakal baik-baik aja setelah ditolak Ardaffin," lanjut Eletha. Apa yang dikatakan oleh Eletha benar? Dhemayra tidak memiliki perasaan apapun terhadap Ardaffin. Apa Dhemayra sungguh akan baik-baik saja jika ditolak oleh dirinya? "Lo mau lakuin itu buat gue kan, Dhe?" Ardaffin kembali menyembulkan kepalanya. Laki-laki itu melihat Eletha yang berjongkok sambil menggenggam erat tangan Dhemayra. Ardaffin memfokuskan pandangannya pada Dhemayra yang terdiam menatap Eletha. Semoga Dhemayra menolaknya. Walau nanti gadis itu mengajaknya berpacaran hanya karena permintaan Eletha, tetapi Ardaffin akan tetap merasa bersalah jika harus menolak ajakan Dhemayra. Namun dengan tanpa rasa bersalahnya hati kecil Ardaffin juga sedikit berharap agar Dhemayra menerima permintaan Eletha. Laki-laki itu ingin gadis yang disukainya mengajaknya menjalin hubungan meskipun hanya didasari oleh misi dari Eletha. Ardaffin ingin merasakan hal itu. Laki-laki itu melihat Dhemayra yang menganggukkan kepalanya. "Iya. Gue bakal nembak Daffin." Dhemayra berucap dengan raut wajah penuh keyakinan, gadis itu seolah siap melakukan apapun demi sahabatnya. * * Ardaffin bersama Basraka sedang duduk di pinggir lapangan sekolah. Ardaffin menghiraukan temannya yang mengoceh di sampingnya, Ardaffin sekarang tidak merasa tenang. Ardaffin bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena memikirkan bahwa hari ini Dhemayra akan melakukan permintaan Eletha. Ardaffin menatap kearah kelas Dhemayra yang ada di seberang lapangan. Ardaffin sudah menunggu kedatangan Dhemayra sejak tadi. Ardaffin beralih menatap Basraka yang menyenggol lengannya, alis laki-laki itu terangkat. Kening Ardaffin berkerut bingung, Basraka malah melihat ke arah belakang. Mata Basraka seolah memberi kode agar Ardaffin segera melihat ke belakang. Basraka mengacak rambutnya kala Ardaffin yang masih menatapnya penuh kebingungan, "Dhemayra mau kesini!!" Ardaffin gelagapan, menolehkan kepalanya ke belakang. Dan benar saja, ada Dhemayra yang sepertinya akan menuju ke tempat mereka berdua berada. Ardaffin kembali beralih menatap Basraka, tetapi Basraka malah lari meninggalkannya!! "Woii Bas!!" Basraka tetap berlari menghiraukan panggilannya. Ardaffin berdiri, ingin menyusul temannya. Namun setelah menoleh ke belakang, laki-laki itu melihat Dhemayra yang sudah ada di dekatnya. Ardaffin pun mengurungkan niatnya, memilih untuk menghadap Dhemayra yang memasang ekspresi datar andalannya. Meski dengan raut datar gadis itu masih terlihat sangat cantik. "Istirahat. Gue tunggu di taman." Tanpa basa-basi, itulah Dhemayra. Setelah mengatakannya gadis berambut pendek itu pergi dari hadapannya. Bagaimanapun gadis itu Ardaffin selalu menyukainya. * *

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD