1. Roof Top

1386 Words
"Ayo pacaran." Dua kata yang diucapkan seorang gadis berambut pendek sontak membuat laki-laki dihadapannya menatap dengan mata terbelalak kaget. Bagaimana tidak? Gadis itu—Dhemayra merupakan orang yang terkenal dingin dan paling anti kepada spesies jantan di sekolahnya. Dan sekarang kenapa tiba-tiba malah mengajak berpacaran? Sungguh mengejutkan! Ardaffin terus mengamati Dhemayra yang memegang lipatan siku kirinya yang tertutup sweater biru muda. Hari ini cuacanya bagus, cukup untuk membuat Ardaffin kegerahan jika mengenakan sweater seperti gadis didepannya. Mengapa Dhemayra memakai sweater di cuaca cerah begini? Aneh. Pandangan Ardaffin tertuju pada wajah Dhemayra, dahi gadis itu berkeringat, bibirnya lebih pucat dari biasanya. Pucat? Ardaffin mengerjap, apakah Dhemayra memakai sweater karena sedang sakit? Astangtang!! Dhemayra berdecak kesal karena tak kunjung mendapat jawaban dari laki-laki yang bengong didepannya. Laki-laki itu Ardaffinka Pradipta namanya. Setelah mendengar suara decakan Dhemayra, Ardaffin segera sadar dari pikirannya. Sepertinya Ardaffin harus memastikan apakah telinganya mempunyai masalah pendengaran atau tidak. "Hah?" Karena tidak tahu harus berkata apa jadinya hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya "Lo budeg?!" Nah kan… Ardaffin berdehem pelan untuk menutupi rasa gugupnya. Berada didekat Dhemayra membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ardaffin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "ini prank kan?" Tidak salah kan kalau Ardaffin merasa jika Dhemayra sedang mengerjainya? Ya walaupun kemungkinannya memang sangat kecil. Tapi bisa saja kan? Sungguh Dhemayra sangat kesal saat Ardaffin menuduhnya seperti itu. Kenapa juga dirinya ingin mengerjai Ardaffin, membuang-buang waktu dan tenaga saja. Lebih baik turu. Dhemayra bersedekap d**a seraya mendengus. "Mau atau nggak?!" Sudah dari tadi dirinya menunggu jawaban dari Ardaffin, tapi laki-laki itu malah diam. Dhemayra tidak menyukai sikapnya yang lelet itu. Padahal hanya tinggal dijawab saja, apa susahnya?! Ardaffin menelan air liurnya, sedikit ragu untuk mengatakan bahwa dirinya menolak ajakan Dhemayra. "Sebelumya gue minta maaf. Gue nggak bisa nerima lo." Jika laki-laki lain mungkin akan menerima Dhemayra dengan senang hati, meskipun jika Dhemayra hanya ingin mengerjai melakukan itu tanpa perasaan. Dhemayra itu sangat cantik, laki-laki manapun tidak akan bisa menolaknya. Hanya saja karena sifatnya banyak laki-laki yang enggan untuk mendekatinya. "Lo punya cewek?" Dhemayra bertanya tanpa menatap wajah lawan bicaranya. Sejak awal pertemuan mereka di taman sekolah, Dhemayra tidak pernah menatap laki-laki itu, matanya selalu terarah pada pohon beringin berjarak sekitar tujuh meter dari tempat mereka berdiri. Entah ada makhluk di sana atau ada hal lain yang menarik seluruh atensi Dhemayra. Mata Ardaffin membulat, kepalanya menggeleng cepat, "nggak!" Laki-laki itu tanpa sadar meninggikan suaranya. Bagaimana Dhemayra bisa berpikir jika dirinya memiliki seorang kekasih, sedangkan alasan Ardaffin selama ini menjomblo adalah— "Alasannya?" Baru saja ingin memberitahu alasannya sudah dipotong saja. Ardaffin menatap dalam Dhemayra yang masih setia dengan wajah tanpa ekspresi. Tidak ada raut sedih di sana, mungkin gadis itu menyembunyikannya. "Gue pengen fokus buat ngejar impian gue." Dhemayra menganggukkan kepalanya. Saat merasa telah mendapatkan jawaban gadis itu berlalu pergi meninggalkan Ardaffin tanpa kata. Tentu saja hal itu membuat Ardaffin terkejut, matanya bergerak mengikuti setiap pergerakan Dhemayra yang berlari meninggalkannya. Setelah Dhemayra tidak terlihat lagi, Ardaffin menundukkan kepala. Sungguh Ardaffin merasa sedikit menyesal karena telah mematahkan hati seseorang. Namun, entah mengapa Ardaffin juga merasa jika Dhemayra terpaksa melakukan ini. * * "Padahal Mayra yang mau nembak Daffin, kok malah gue yang gugup ya?" Gadis berambut panjang tergerai itu menoleh ke samping kanannya, tatapannya seakan meminta jawaban dari sang sahabat—Vrisya Adelisha. Sekarang mereka berdua ada ditaman sekolah, tepatnya bersembunyi di balik pohon beringin besar yang tidak berpenghuni. Bersembunyi seperti pencuri dengan tujuan untuk menguping. Vrisya hanya mengangguk. Jujur saja Vrisya sangat malas untuk meladeni pertanyaan Eletha disaat seperti ini. Apalagi sekarang mereka ada dibawah pohon beringin. Bisa saja setelah ini mereka ketempelan gara-gara penghuninya merasa terganggu oleh suara mereka. Melihat respon sahabatnya Eletha Kalavrina menghela nafas, mencoba untuk lebih bersabar. Walau mulutnya gatal ingin mengomel, tapi sekarang bukan waktu yang tepat. Mata Eletha kini beralih menatap lurus ke depan. Pandangannya tertuju pada seorang gadis berambut pendek yang sedang berdiri. Gadis itu adalah Dhemayra, sahabatnya. Posisi Dhemayra berhadapan langsung dengan pohon beringin tempat mereka berdua bersembunyi. Pandangan Eletha bertemu dengan Dhemayra. Eletha mengangkat kedua tangannya yang terkepal, mulutnya mengucapkan kata 'semangat' tanpa suara. Dhemayra membalasnya dengan senyum tipis. Tak berselang lama seorang laki-laki datang menghampiri Dhemayra dengan berlari. Iya, itu Ardaffin. Menyadari kedatangan Ardaffin raut wajah Dhemayra seketika berubah datar dan tidak bersahabat. Dhemayra membalikkan tubuhnya menghadap Ardaffin yang sudah ada didekatnya. "Ayo pacaran." Eletha menepuk dahinya. Ardaffin bahkan baru saja sampai, laki-laki itu juga belum selesai mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Dan Dhemayra malah langsung mengutarakan niatnya. Satu lagi! Bagaimana bisa orang yang ingin mengajak berpacaran bicara dengan nada tidak ikhlas dan ketus seperti itu. Ditambah wajahnya menampilkan ekspresi datar tanpa memasang senyuman sedikit pun. Ini tidak sesuai dengan ajaran Eletha. Eletha menggigit bibir bawahnya melihat Ardaffin yang terdiam dengan raut kaget. Eletha juga pasti akan seperti itu jika berada di posisi Ardaffin. Dengan jarak lima meter Eletha bisa mendengar suara decakan Dhemayra yang membuat Ardaffin sadar dari keterdiamannya dan spontan berkata 'hah'. "Lo budeg?!" Rasanya Eletha ingin pingsan saja. Apa yang sudah Eletha ajarkan kemarin tidak dilaksanakan Dhemayra sama sekali. Kemarin mulut Eletha sampai berbusa rasanya ketika mengajarkan Dhemayra cara yang baik untuk mengajak seseorang berpacaran. Tapi apa ini?! Ardaffin menggaruk tengkuknya, "ini prank kan?" Eletha menutup mulutnya dengan tatapan tak percaya seraya menatap Vrisya yang berdiri. Dhemayra bukan orang yang suka melakukan itu demi kesenangannya, dan semua murid SMA Trisatya sudah tahu itu. Apalagi kepada seorang laki-laki. Saat bersama Eletha, Dhemayra bahkan tidak pernah bercanda. Vrisya ikut menatap Eletha sebentar lalu beralih memfokuskan perhatiannya pada Dhemayra. Seakan jika lengah sedikit saja sahabatnya akan berada dalam bahaya. "Mau atau nggak?!" Eletha kembali memandang dua manusia berbeda gender didepannya. Bisa dipastikan kalau Dhemayra sudah sangat kesal karna menunggu jawaban Ardaffin. "Sebelumnya gue minta maaf. Gue nggak bisa nerima lo." Ternyata Ardaffin menolak ajakan Dhemayra. Tapi kenapa? "Alasannya?" Akhirnya Dhemayra bertanya tentang apa yang membuat Eletha penasaran selama ini. Ardaffin terdiam, tidak langsung menjawab pertanyaan Dhemayra. Eletha berharap alasannya bukan seperti apa dilihatnya. "Gue pengen fokus buat ngejar impian gue." Akhirnya Ardaffin menjawabnya. Setelah mendengar perkataan Ardaffin, Eletha melihat Dhemayra yang pergi meninggalkan laki-laki itu. Eletha menghela nafas lega, beban pikirannya sudah berkurang. Yang dilihatnya tiga hari yang lalu ternyata tidaklah benar, meskipun hal itu masih menyisakan satu pertanyaan di otaknya. Ardaffin ingin fokus mengejar impiannya, Eletha terus mengulang kalimat itu didalam hatinya. "Udah puas kan?" Eletha tersadar dari pikirannya kala Vrisya yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara, dengan nada mengejek. Kedua alis Eletha berkerut, tidak mengerti mengapa Vrisya berkata seperti itu. Belum sempat Eletha menyuarakan kebingungannya, sahabatnya itu malah pergi. Pasti Vrisya akan pergi menyusul Dhemayra. Eletha mengangkat kedua bahunya dan memilih memperhatikan Ardaffin yang masih berdiri di sana. * * Bunyi hentakan kaki beralas sepatu hitam putih itu terus terdengar mengiringi setiap langkah Vrisya. Gadis itu terus berlari, tidak peduli dengan jam pelajaran yang sudah dimulai. Biarlah nanti jika hukuman menantinya, karna yang ada di pikirannya saat ini hanyalah keadaan sahabatnya. Raut khawatir terpasang di wajahnya, Vrisya takut kejadian tadi membuat Dhemayra kembali mengingat hal buruk itu. Setelah melihat Dhemayra pergi meninggalkan taman, Vrisya juga langsung pergi untuk segera menemuinya. Karena Vrisya mengetahui apa yang akan terjadi kepada Dhemayra. Tujuannya sekarang adalah roof top, tempat mereka berdua untuk menceritakan semua keluh kesah yang dihadapi. Vrisya menaiki tangga menuju pintu roof top dengan gerakan cepat, sampai di anak tangga teratas gadis itu langsung membuka pintu dan tidak lupa untuk menutupnya. Matanya bergerilya ke seluruh penjuru roof top, mencari keberadaan Dhemayra. Vrisya berjalan cepat menuju sudut roof top. Dan Dhemayra ada di sana, terduduk dengan tangan kanan yang mencengkram pergelangan tangan kiri yang ada dipangkuannya. Dari jarak ini Vrisya melihat pandangan Dhemayra yang kosong, jiwanya pergi entah kemana. Vrisya melangkah mendekat, setelah sampai di hadapan Dhemayra Vrisya berjongkok dan menyentuh tangan Dhemayra. "Mikirin apa?" Dhemayra beralih memandang Vrisya dengan pandangan yang sama, kosong namun Vrisya bisa melihat ada ketakutan dan kesedihan di sana. Vrisya mengalihkan perhatiannya pada kedua tangan Dhemayra yang saling bertautan. Tatapan Vrisya tertuju ke arah lengan sweater Dhemayra yang tergulung di bagian tangan kiri, sedikit memperlihatkan sebuah bekas luka yang melingkari tangannya. Vrisya melepaskan tangan kanan Dhemayra yang memegang tangan kirinya lalu Vrisya beralih menarik gulungan lengan sweater hingga kembali menutupi pergelangan tangan kiri Dhemayra. Vrisya menangkup wajah Dhemayra, menatapnya dengan wajah setenang mungkin. "Dhe… jangan mikirin yang lain. Pikirin tante Demira atau gue aja ya?" * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD