Digrebek Security

1932 Words
Adrian menyadari jika jendela mobilnya sedang diketuk lalu membuka majalah yang menutupi wajahnya, lelaki itu menatap keluar dan melihat seorang security di samping pintu mobilnya lalu menatap ke arah lain dan mendapati security lain di sebelah pintu, mereka tampak menunggu pintu pintu itu terbuka. "Om, gimana ini?" tanya gadis itu saat menyadari jika ada sesuatu yang tidak beres apalagi saat ia melihat beberapa guru dan siswa lain yang berjalan mendekat. "Gimana apanya, ya bukain lah!" Jawab Adrian ringan, lelaki itu seolah tidak sadar jika dirinya sekarang tidak sedang berpakaian lengkap karena kemeja yang semula ia kenakan berada di atas pangkuan gadis yang ada di sebelahnya itu. Dengan sekali menekan tombol Adrian menurunkan kaca mobilnya, dan membuat orang di luar tercengang. "Ada apa, Pak?" Tanya Adrian santai. "Bisa bisanya kalian berbuat m***m di parkiran sekolah?" tanya Security bertubuh tinggi besar dengan kumis tebal itu, spontan kedua mata gadis itu terbelalak mendengarnya ia sampai lupa mengancingkan kembali tiga kancing kemejanya hingga tuduhan tengah berbuat m***m semakin masuk akal dibuatnya. "Siapa yang berbuat m***m? Kami enggak ngapa ngapain!" elak Adrian, lelaki itu marah karena tuduhan yang menurutnya tidak mendasar dan tiba tiba ditujukan pada dirinya itu. "Kalau enggak berbuat m***m apa namanya? Kalian berduaan di dalem mobil nyaris telanjang begini?" Kata security yang ada di sebelah pintu di mana gadis itu duduk, lelaki itu memindai penampilan Adrian dan gadis itu dengan tatapan tajamnya. "Kami ...." Adrian tergagap sambil menatap dirinya sendiri dan gadis itu yang terlihat berantakan, dan merasa wajar jika orang lain melihat pasti akan curiga, "kami bisa jelasin. Ini semua hanya salah paham." "Bener, Pak, aku enggak mungkin berbuat macem-macem begitu," sambung gadis manis berkuncir kuda itu, jelas dia ingin membela diri karena tidak merasa bersalah meskipun rasa malu juga seketika ia rasakan saat beberapa siswa meringsek mendekat untuk melihat apa yang sedang terjadi, mereka lalu saling berbisik dengan teman di sebelahnya saat Security dan guru meminta mereka untuk menjauh, gadis itu yakin kalau berita memalukan ini akan segera tersebar ke segala penjuru sekolah. Entah mimpi apa mereka berdua semalam hingga pagi ini begitu besar sial yang menimpa. "Ya udah kalau begitu cepat pakai baju kalian dan ikut kami ke kantor," kata salah seorang guru lelaki dengan suara cukup keras hingga membuat semua yang mendengar semakin berbisik-bisik penuh curiga, beruntung bel sekolah berbunyi saat itu hingga membuat gerombolan siswa yang berkerumun otomatis membubarkan diri menuju kelas masing-masing. Sambil berdecak kesal gadis itu melemparkan kemeja berwarna putih Adrian yang semula akan dia gunakan untuk berganti pakaian ke arah lelaki itu dengan tatapan sinis dia berikan. Belum pernah bertemu sebelumnya tetapi lelaki itu sudah menyeret gadis itu dalam sebuah masalah, bahkan lebih parahnya lagi Adrian membuat impian besar gadis itu hancur begitu saja. "Siapa sih, siswi yang pagi pagi bikin heboh?" Suara cempreng seorang guru wanita yang baru datang karena mendengar kejadian itu dari siswa lain terdengar, gadis itu sedang fokus mengancing kemejanya. "Ya Ampun Shizuka! Ternyata kamu!" Pekik guru wanita bertubuh gempal itu saat melongok ke dalam mobil dan melihat siapa siswi yang ia tanyakan tadi, "jangan bilang kamu m***m di dalem mobil sama Doraemon!" "Apaan sih, Bu! Ini enggak seperti yang kalian kira!" Gadis yang ternyata benar benar bernama Shizuka itu berdecak kesal. "Namanya beneran Shizuka?" Gerutu Adrian, bibirnya tidak bisa menahan senyum geli. "Yah, apapun yang kalian lakukan kalian harus jelaskan di depan kepala sekolah sekarang," kata guru wanita itu, meminta gadis itu turun dari mobil. Jantung gadis itu terasa berdebar begitu cepat saat menuruni mobil Adrian lalu mengikuti langkah sang guru ke ruangan kepala sekolah, Adrian juga melakukan hal yang sama beberapa langkah di belakangnya. Beruntung keadaan sekolah jauh lebih sepi sekarang karena sebagian besar muridnya sudah mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas hanya ada beberapa kelas saja yang akan melakukan kegiatan oleh raga di lapangan. Adrian menoleh saat melihat seorang wanita berdiri sambil melipat tangannya di depan d**a dan menatapnya dengan tajam, Karin sudah mendengar selentingan kejadian di tempat parkir itu dan merasa begitu terkejut ternyata sang suamilah yang terlibat skandal mobil goyang bersama seorang siswi yang digrebek Security. Begitulah berita yang menyebar dengan begitu cepat di sekolah itu. "Karin," panggil Adrian tanpa suara pada wanita itu, tujuannya adalah meminta wanita itu turut menjelaskan kalau dia datang ke sekolah itu untuk menemuinya. Tapi wanita itu hanya diam dan menghela napas kesal. *** "Jadi benar ini semua hanya salah paham," kata seorang lelaki berkepala botak di bagian depan sambil mengangguk anggukan kepala setelah melihat rekaman Cctv yang memperlihatkan kejadian dimana Adrian dan gadis itu saling bertabrakan. "Benar, pak, jadi saya ngajak dia ke dalam mobil cuma buat ngasih kemeja saya buat dia pakai karena kata dia koperasi yang menjual kemeja seragam belum buka. Itu cuma bentuk tanggung jawab saya karena telah membuat kemeja dia kotor," jawab Adrian menjelaskan, lelaki itu duduk di kursi yang ada di depan meja kepala sekolah dengan gadis cantik berkulit putih itu di sebelahnya. "Benar kan itu Sishi? kamu enggak dilecehkan oleh orang ini?" tanya guru perempuan bertubuh gempal sambil menatap tajam pada gadis itu, rupanya guru yang bernama Tuti itu adalah wali kelas gadis yang lebih akrab di panggil Sishi itu. "Iya, Bu Tut," jawab Sishi dengan sedikit menghela napas menahan kesal pasalnya sudah berulang kali wanita itu menanyakan hal itu dan sudah berulang kali pula gadis itu menjelaskan. Sang kepala sekolah tidak bisa menahan tawa hingga akhirnya dia tertawa geli. "Bapak kenapa ketawa?" tanya Bu Tuti yang berdiri tidak begitu jauh dari kursi sang kepala sekolah. "Bu Tut," kata kepala sekolah sambil tertawa kecil menirukan bagaimana Sishi memanggil wanita itu, "cocok sama orangnya." Bu Tuti mendelik mendengar kalimat terakhir yang diucapkan lirih oleh kepala sekolah. "Baik lah kalau begitu, semua sudah jelas," ujar kepala sekolah pada Adrian dan Sishi, sebenarnya hanya untuk mengalihkan perhatian Bu Tuti saja agar dia tidak lanjut mengomel karena dibilang butut. "Kalau begitu saya boleh ke kelas kan, Pak?" tanya Sishi cepat. "Enggak boleh, Sishi. Kamu udah terlambat mengikuti jam pertama, dan kamu tau aturan sekolah kita buat murid yang terlambat kan?" Bu Tuti menyerobot jawaban, Bapak kepala sekolah hanya menggedikkan bahunya membenarkan apa yang Bu Tuti katakan. "Tapi, Bu, saya telat masuk kelas kan juga karena para security itu. Kalau mereka enggak dateng, aku bisa ganti baju dan langsung masuk kelas tadi, Bu," kata Sishi kekeh membela diri, padahal jika tidak ada kejadian penggrebekan, gadis itu juga tidak akan langsung memasuki kelasnya ada sebuah hal yang begitu penting yang harus dia lakukan pagi tadi. "Sishi," kata kepala sekolah menyebut nama gadis itu dengan suara cukup tegas membuat gadis itu terdiam, "sekarang kamu pikir siapa yang enggak akan curiga ngeliat siswa perempuan masuk ke dalem mobil sama lelaki cukup lama, dan di dalem mobil mereka buka bukaan baju?" "Untung semua sudut sekolah ini ada CCTV jadi semuanya jelas, kalau enggak? Perlu kami panggil orang tua kamu buat ke sini karena masalah ini?" sambung kepala sekolah, Sishi spontan mengibas kedua tangannya dengan wajah memelas. "Jangan, Pak, jangan. Iya deh, Sishi ngelap jendela kantor aja," kata gadis itu cepat, ia sudah tahu benar hukuman apa yang harus seorang siswa terima jika terlambat memasuki kelas, yaitu membersihkan semua jendela kantor hingga jam pelajaran pertama usai. "Bagus, sana kerjakan hukuman kamu," kata Bapak kepala sekolah, Sishi hanya mengangguk lalu bangun dari duduknya bergegas melaksanakan tugas yang menjadi hukumannya, Bu Tuti mengikuti gadis itu keluar dari kantor kepala sekolah setelah berpamitan dengan hormat. "Pak Adrian, kami minta maaf atas kesalahan pahaman yang terjadi," kata bapak kepala sekolah pada Adrian yang sudah menjelaskan semuanya. "Iya, Pak, saya juga minta maaf sudah membuat sebuah kegaduhan," jawab Adrian sambil tersenyum. "Bukan, itu bukan salah Pak Adrian, itu hanya bentuk kewaspadaan kami," kata sang kepala sekolah, Adrian mengangguk paham. "Kalau begitu saya permisi, Pak," pamit Adrian sembari bangun dari duduknya. "Iya, Pak, silakan, sekali lagi kami mohon maaf sebesar-besarnya." Kedua lelaki itu saling berjabat tangan, Adrian lalu melangkah pergi dari hadapan Bapak kepala sekolah dan sang kepala sekolah kembali duduk di kursinya. *** Adrian berjalan santai keluar dari ruangan kepala sekolah, setidaknya lelaki itu merasa lega karena kesalahpahaman pagi itu sudah teratasi dengan baik, juga ia merasa jika urusannya dengan sang ibu juga akan berjalan dengan baik, dia sudah mengirim foto tangan gadis itu dan mengatakan kalau Karin sudah meminum ramuan itu dan masalahnya selesai. Semoga. Namun, baru saja beberapa detik pikirannya tenang lelaki itu merasakan ponsel di saku celananya berdering. "Mama," gumam Adrian yang seketika merasakan perasaan tidak enak di hatinya. "Iya, Ma, ada apa lagi?" tanya Adrian santai. "Kamu bohongin Mama? Karin enggak minum ramuan itu kan?" Sembur Bu Sukma tanpa basa basi, Adrian mendelik mendengar ucapan sang ibu, bagaimana bisa wanita itu tahu? "Minum kok, Mah," jawab Adrian sedikit tergagap. "Jangan coba coba bohong Adrian, karena sekali kamu bohong kamu akan selamanya terjebak dalam kebohongan. Mama kecewa sama kamu," kata Bu Sukma lalu kembali tanpa basa basi wanita itu memutuskan panggilan teleponnya. Adrian menghela napas berat lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, lelaki itu mengusap wajahnya dengan telapak tangan karena frustasi. Mendengar ucapan kecewa sang ibu tentu saja membuatnya sedih, selain takut karena sang ibu memang suka galak tetapi Adrian begitu menyayanginya hingga tidak pernah ingin membuatnya merasa kecewa meski tanpa wanita itu ketahui Adrian telah banyak membohonginya. Tentang pernikahannya. "Itu dia si cewek nyebelin!" Gerutu Adrian saat melihat Sishi sedang mengelap jendela ruangan guru juga sambil menggerutu. "Eh, cewek nyebelin, nama kamu Shizuka kan?" kata Adrian yang kini berdiri sambil sedikit mendongakkan kepala karena Sishi sedang berdiri di atas kursi agar bisa menggapai kaca jendela yang lumayan tinggi, gadis itu menoleh dan mendengus kesal saat melihat Adrian. "Om bilang aku nyebelin? Enggak nyadar, ya kalau Om yang nyebelin!" jawab Sishi ketus, gadis itu lalu melompat turun dari kursi tempatnya berdiri hingga kini tubuh mungilnya lebih rendah dari Adrian, kini dia yang harus mendongakkan kepala agar bisa beradu tatap dengan sengit dengan lelaki itu. "Eh, jangan salah, semua orang mungkin enggak menyadari kesalahannya kamu waktu nonton rekaman Cctv tadi, tapi Om sadar, ya. Dan semua ini salah kamu sampe Om di marahin Mama Om karena ramuan itu tumpah!" Kata Adrian penuh penekanan, lelaki itu menatap wajah cantik Sishi tetapi tetap saja wajah cantik itu tidak bisa menarik perhatiannya ditambah lagi sekarang ada rasa kesal yang menguasai hatinya karena gadis itu. "Oh, bagus deh kalau Om sadar. Om seharusnya sadar juga dan minta maaf sama aku karena Om udah nabrak aku, aku jadi kehilangan harapan aku, aku kehilangan semua impian aku! Bukan cuma sekedar di marahin Mama karena ramuan tumpah!" balas Sishi yang juga terlihat menahan amarah. Ya, akibat kejadian tadi pagi bukan hanya bajunya yang menjadi kotor atau malu karena di grebek security tetapi Sishi juga harus merelakan sesuatu yang sudah begitu lama dia impikan. "Enak aja kamu suruh Om minta maaf, gara gara kamu Mama Om marah!" ujar Adrian yang tetap berpegang pada egonya. "Ya udah, terus ngapain Om masih di sini? Aku juga enggak akan minta maaf karena aku yang lebih rugi. Kalau Om kesini bukan mau minta maaf sama aku lebih baik Om pergi!" kata Sishi mengusir Adrian dari hadapannya, tidak mau di anggap kalah sebenarnya tetapi memaksa Sishi meminta maaf padanya pun malah akan menimbulkan keributan dan masalah baru maka Adrian beranjak dari hadapan gadis itu. Sembari melirik tajam padanya. "Dasar anak Mama!" Ujar Sishi cukup keras sengaja untuk meluapkan kekesalannya, Adrian menoleh dan menatap Sishi dengan tajam tetapi gadis itu tidak peduli ia kembali menaiki kursi dan mengelap kaca tanpa melirik kembali pada Adrian yang menggerutu sebal. "Dasar anak nyebelin! Gimana bisa sih dia ada di sini, aku yakin Doraemon ama Nobita juga udah males temenan sama dia makanya dia di lempar pake mesin waktu ke sini, sialnya aku ketemu dia!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD