My Sweet Enemy 3

1331 Words
Kamu tidak pernah tahu kapan cinta itu menyapa. ******** Sakti membuka matanya di pagi hari dengan rasa malas yang teramat mendera. Setiap saat berjumpa Jasmine membuat kepalanya ingin pecah. Andai ia bisa berlari menjauhi Jasmine maka akan dilakukannya. Dengan malas Sakti makan nasi goreng yang sudah dihidangkan Ibunya. Apalagi dengan tiba-tiba Jasmine yang juga sudah rapi dengan seragam putih abu-abu berjalan ke arahnya. Keinginannya untuk menghabiskan makan paginya langsung sirna. Ia bersikap acuh saat melihat Jasmine. "Mhmm … malam ini tolong antar aku ke pesta ulang tahun Yuda." Jasmine berbicara dengan tangan dilipat di d**a. Sakti hanya diam saja dan malas menjawab. Jasmine meminta tolong tapi nadanya seperti memerintah. Walau Sakti sadar ia hanyalah bawahan dan Jasmine majikan. "Kamu dengar kan apa yang aku katakan !" Ucap Jasmine setengah terpekik. Bukannya menjawab, Sakti malah segera minum airnya lalu mengambil tas dan segera pergi meninggalkan Jasmine yang langsung kesal dan berteriak. SAKTI !!" Yang dipanggil sengaja menulikan telinganya dan berjalan seolah tidak mendengar apapun. Tiba di sekolah, Sakti segera masuk ke dalam kelas. Rupanya kehadirannya sudah dinantikan oleh Tiara. "Hmm … Sakti, boleh aku pinjam bukumu ? Kebetulan catatanku belum lengkap," ucap Tiara basa-basi walau sebenarnya catatannya sangatlah lengkap. Sakti hanya mengangguk lalu menyodorkan catatannya kepada Tiara. Sedangkan Sakti sendiri segera keluar kelas menuju ke kelas Dion sahabat karibnya karena sore nanti mereka janjian. Keluar dari kelas Dion, dilihatnya dari jauh Jasmine masuk ke gerbang tepat saat bel tanda masuk berbunyi. Kegiatan pembelajaran berjalan seperti biasanya. Bel tanda pulang sekolah berbunyi, Sakti segera membereskan buku-bukunya. "Sakti … nanti malam kamu sibuk enggak ?" Tiba-tiba saja Tiara sudah berdiri di samping meja Sakti. "Hmm … sepertinya enggak, tapi enggak tahu juga. Terkadang Ibu meminta tolong padaku jadi aku belum bisa pastikan," ucap Sakti sambil memasukkan buku ke dalam tasnya. "Ada apa Tiara kok tanya begitu ?" Tanya Sakti setelah menyampirkan tas di pundaknya. Tiara tersenyum sebentar. "Aku mau ngajak kamu ke ulang tahunnya Yuda. Kebetulan aku enggak ada pasangan jadi malas mau pergi," ucap Tiara yang membuat Sakti teringat akan permintaan Jasmine tadi pagi. "Lihat nanti ya, aku mau pulang dulu sampai jumpa," ucap Sakti lalu berlalu meninggalkan Tiara. Saat di gerbang, Sakti melihat Jasmine naik ojol padahal supir sudah menjemputnya. Ia cepat-cepat menuju parkiran menaiki motornya dan mengejar kemana Jasmine pergi. Akhir-akhir ini Jasmine sering sekali menghilang. Sakti malas mendengar pertanyaan Ibunya sendiri tentang keberadaan Jasmine. Malah Ibunya lebih terlihat khawatir dibanding Mama Jasmine sendiri. Dipacunya motor dengan perlahan mengikuti ojol di depannya. Ia memperlambat laju motornya saat dilihat ojol berhenti di depan mini market. Tidak berapa lama Jasmine keluar dengan kantong plastik di tangannya. Dia kembali mengikuti si Nona bar-bar. Ojol masuk ke dalam gang yang kumuh dan berhenti di rumah kecil. Terlihat seorang anak laki-laki tertawa menyongsong Jasmine dengan tawa bahagia. Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Sakti turun dari motornya dan dengan pelan melangkah ke samping jendela rumah tanpa diketahui Ojol yang sedang asyik dengan ponselnya. "Kenapa kamu datang lagi, saya tidak butuh bantuan kamu !" Teriak si wanita yang di dengar Sakti dari luar. "Saya akan selalu datang, kamu sakit dan Nando membutuhkan kasih sayang lebih. Biarkan saya membawa Nando dan saya juga akan membiayai pengobatanmu." Samar Sakti mendengar apa yang dikatakan Jasmine. Ia makin tidak mengerti ada apa sebenarnya. "Saya akan kembali lagi esok." Terdengar Jasmine berucap lalu keluar dari rumah. Sakti agak memiringakan tubuhnya agar Jasmine tidak melihatnya. "Kakak … becok datang lagi ya, Nando macih kangen," ucap si bocah dengan suara cadelnya. Bocah yang Sakti Taksir berusia sekitar tiga atau empat tahun sambil memeluk Jasmine. "Iya sayang … besok kakak datang lagi. Kamu jaga mama baik-baik," ucap Jasmine yang berjongkok lalu memeluk bocah yang menurut Sakti sangat tampan itu. Lagi-lagi Jasmine membuat sebuah tanda tanya besar. Sakti membiarkan Jasmine menjauh lalu ia sendiri berjalan pelan menuju motornya dan melaju pulang ke rumah dengan pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya. Sakti tiba di rumah dan mendapati Jasmine sedang duduk sambil makan salad buah. Sepertinya Ibu Sakti yang sudah membuatkannya. Karena nona mudanya itu sangat suka sekali salad buah. "Sakti …." Teriak Jasmine seperti biasa saat melihat Sakti melintas. Dengan ogah-ogahan Sakti berhenti lalu menatap ke arah Jasmine. "Nanti malam bagaimana ?" Tanya Jasmine sambil menyuapkan buah ke dalam mulutnya sendiri yang dibalas anggukan malas Sakti. Satu anggukan yang membuat Jasmine tersenyum lebar. Sakti melangkah menuju kamarnya, ia meletakkan tas nya lalu mengambil ponsel untuk mengirim pesan pada Tiara jika nanti malam ia akan mengantar Jasmine ke tempat yang sama dengan tempat yang ingin Tiara datangi jadi mereka bisa berjumpa disana. Setelah mengganti bajunya, Sakti melangkah ke dapur dan sudah tidak melihat Jasmine lagi. Tapi itu lebih baik daripada makan sambil melihat Jasmine, rasa makanan terasa menjadi hambar. Malamnya, Sakti dengan mengenakan kaos dan celana jeansnya sudah menunggu Jasmine sambil bersandar pada mobil sambil memainkan ponselnya. Tidak berapa lama dilihatnya Jasmine melangkah ke arahnya dengan penampilan yang sedikit berbeda karena ada polesan tipis di wajahnya. Jasmine mengenakan outfit santai perpaduan dress biru muda v-neck dan sepatu kets putih dan bukannya baju pesta feminim yang seperti digunakan lazimnya orang ke pesta. Sakti segera membukan pintu untuk Jasmine yang segera masuk dan duduk dengan tenang. Sakti sendiri juga segera menaiki mobil dan mengemudikannya dengan perlahan. Tidak berapa lama mereka tiba di tempat tujuan. Jasmine segera keluar tanpa perlu menunggu Sakti membukakan pintu untuknya. Tapi wajahnya berubah menjadi kecut saat melihat Tiara yang sudah menantikan Sakti keluar dari mobil. "Sakti, ayo sama aku masuk," ucap Tiara hendak menggandeng tangan Sakti yang segera di dahului Jasmine. "Sakti datang bersamaku jadi ia akan masuk bersamaku," ucap Jasmine yang menelusupkan jemarinya pada genggaman tangan Sakti yang spontan kaget dengan apa yang dilakukan Jasmine. "Nanti kita ngobrol di dalam Ra," ucap Sakti lalu segera berlalu mengikuti tarikan Jasmine. Begitu tiba di dalam Sakti segera melepaskan genggaman Jasmine pada tangannya. "Kamu bisa bergabung bersama temanmu, tugasku hanya mengantarmu," ucap Sakti lalu melangkah meninggalkan Jasmine yang hanya diam. Jasmine juga tahu diri untuk tidak memaksa Sakti menemaninya terus, selain itu ia juga tidak bisa terus menghalangi Tiara mendekati Sakti karena ia tidak berhak apapun atas diri Sakti. Jasmine hanya tidak ingin Sakti terlalu dekat dengan Tiara yang ia tahu disukai banyak pria. Ia hanya takut Tiara mempermainkan Sakti. Walau tidak memiliki hubungan baik dengan Sakti, tapi mereka tumbuh bersama membuat Jasmine tetap tidak ingin hal menyakitkan terjadi pada Sakti. Dilihatnya dari kejahuan tampak Tiara mendekati Sakti dan ngobrol bersamanya. "Hei jes …." Satu tepukan di punggungnya membuat Jasmine menoleh dan mendapati Arika, temannya yang selalu terlihat tidak menyukainya. Jasmine malas menanggapinya dan hanya diam saja. Ia berjalan menuju ke arah Yuda. Memberikan selamat dan juga kado kecil yang ia bawa. Walau kecil tapi berisi jam tangan limited edition yang harganya sudah pasti mahal. Setelah berbasa-basi sebentar, ia lalu mengambil minum karena tenggorokannya sudah minta di basahi. Tapi ketenangannya menikmati minumannya tidak berlangsung lama karena Arika kembali menghampirinya. "Kamu mau apa ? Kita bukan teman dekat jadi tidak usah munafik di depanku," ucap Jasmine dengan senyum mengejek. "Aku hanya memperingatimu untuk menjauhi Laura dan putranya." Jasmine terlihat kaget akan apa yang dikatakan oleh Arika.  "Hmm ... kamu tidak memiliki hak apapun pada Laura, kamu yang menjebaknya hingga begitu ! Kamu yang membuatnya terbuang dari keluarga ! Kamu dan Ibu mu yang bengis dan miskin itu sudah di tampung tapi malah kamu hancurkan Laura !" Jasmine terlihat emosi. Semua mata memandang ke arah mereka. Begitupula Sakti dan Tiara. Tiba-tiba dari arah samping seorang pria yang bisa dipastikan teman Arika hendak menampar Jasmine. Tapi langkahnya kalah cepat dengan Sakti yang lebih dulu menendang perutnya dengan sangat kuat. Jasmine terpana memandang kemarahan yang di keluarkan Sakti. Sudah lama sekali ia tidak melihat ekspresi kemarahan Sakti yang seperti itu. Terakhir kali ia melihatnya, saat mereka masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, saat dirinya tengah menjadi sasaran kekesalan kakak kelas. Karena saat itu Jasmine adalah anak baru di sekolah, yang parahnya suka sekali melawan jika tidak suka akan tugas yang di berikan. ******** Kiss jauh dari Author .... Love you All......
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD