My Sweet Enemy 4

1228 Words
Cinta sejati mengajarkan keikhlasan ******** "Kamu cuma anak sopir, ngapain ikut campur !" Pekik Arika menatap tajam ke arah Sakti sambil  membantu Leo, kekasihnya yang merintih menahan sakit di perutnya akibat ulah Sakti. Yang ditatap hanya mengangkat bahu. Sakti sudah kebal di ejek seperti itu. Dulu sekali saat masih kecil dan di saat pertama kali mendengar ejekan itu, dia sempat down. Di saat itu, Jasmine cilik akan duduk di sampingnya dan tidak bertanya apapun. Mereka berdua akan duduk dalam kebisuan. Walau ia beberapa kali mengusir, tapi Jasmine si nona bar-bar tidak akan pernah beranjak sebelum melihat Sakti beranjak dan berakhir dengan mengajak Jasmine makan rujak buah di pinggir lapangan. Melihat Sakti tidak bergeming, membuat Arika makin geram. Kali ini sasaran kemarahannya adalah Jasmine. "Pantas mulutmu selalu lancang kalau bicara, temanmu saja Sakti si anak sopir yang miskin. Jangan-jangan dia dipungut dari sampah, secara wajahnya tidak mirip kedua orang tuanya !" ucap Arika lagi, yang kali ini membuat Jasmine tiba-tiba maju dan menarik kuat rambut Arika. "Mulut kamu itu yang terlalu lancang !" Maki Jasmine pada Arika. "Aduh !" Pekik Arika kuat sambil menahan tangan Jasmine yang makin kuat mencengkram rambutnya. Rasanya sangat sakit, tapi bagi Jasmine itu sepadan dengan bom cabe yang dilontarkan Arika dari bibir pedasnya. Pesta ulang tahun Yuda menjadi ramai akibat ulah Jasmine. Tapi si empunya pesta malas ikut campur urusan Jasmine. Dia sangat tahu bagaimana pengaruh keluarga Jasmine dalam pasar bisnis. Sakti segera menarik Jasmine untuk pergi. Bukannya menurut, Jasmine malah hendak menyerang Arika lagi. Akhirnya mau tidak mau, Sakti segera menggendong Jasmine yang masih memberontak ingin menghajar mulut lancang Arika. Walau sering bertengkar dengan Sakti, tapi Jasmine tidak mau jika ada yang menghina Sakti. Hanya dirinya seorang yang boleh melakukannya, tidak yang lain. Begitu tiba di mobil, Sakti dengan setengah memaksa menyuruh Jasmine masuk ke dalam mobil. "Sakti !" Panggil Tiara ketika Sakti hendak masuk ke dalam mobil setelah Jasmine duduk tenang. Sakti menatap ke arah Tiara yang makin mendekat. "Kamu enggak apa-apa ?" Tanya Tiara terlihat khawatir sambil memegang tangan Sakti. "Iya, enggak apa-apa, aku pulang dulu ya," ucap Sakti datar. "Besok kita ketemuan ya, aku mau ajak kamu jalan-jalan sekalian mampir ke toko buku." Tiara menatap Sakti berharap laki-laki di depannya yang diam-diam ia sukai, mau mengabulkan ajakannya. "Tiiiin !" Suara klakson mobil membuat Sakti melepaskan genggaman tangan Tiara. Tampak jelas terlihat raut kesal Tiara pada ulah Jasmine yang menekan klakson mobil sehingga Sakti melepaskan tangannya. "Nanti baru aku hubungi lagi," ucap Sakti sambil tersenyum, lalu segera pamit pada Tiara dan masuk ke dalam  mobil. Mendapati Jasmine yang duduk dengan wajah di tekuk. Mobil segera meluncur meninggalkan keramaian pesta yang bisa dipastikan makin malam semakin meriah. Meninggalkan Tiara yang meremas jemarinya tanda kesal pada Jasmine. Tampak Sakti fokus menatap ke depan, sedangkan Jasmine menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Menatap keluar jendela dengan hati kesal. Ia sedang kesal karena Sakti tidak membiarkannya menghajar Arika. Ia juga kesal melihat kedekatan Sakti dan Tiara. Setelah berkendara beberapa saat, akhirnya mereka tiba di rumah. Tampak Jasmine yang tertidur pulas saat Sakti memarkir mobil. Sakti segera mengguncang lengan Jasmine agar gadis itu bangun. Dengan ogah-ogahan, Jasmine bangun dan keluar dari dalam mobil dengan langkah malas masuk ke dalam rumah. Seperti biasa, rumah tampak sepi. Setelah mengganti baju dan membersihkan diri, Jasmine berjalan ke dapur. Ia kelaparan karena tadi, saat di pesta belum sempat makan. Langkahnya terhenti saat melihat Sakti yang duduk melamun. "Kamu ngapain melamun ? Entar kesambet lo," ejek Jasmine pada Sakti yang segera tersadar dari lamunannya dan menatap tajam ke arah Jasmine. Bukannya menjawab, Sakti malah segera bangun dari duduknya dan melengos hendak pergi ke kamarnya. "Jangan terlalu dekat sama Tiara. Aku tahu gadis-gadis seperti Tiara hanya mau kesenangan sesaat." Jasmine berbicara lagi yang kali ini membuat Sakti menghentikan langkahnya dan berbalik berjalan ke arah Jasmine yang tersenyum lebar. "Kamu tidak usah ikut campur apapun urusanku ! Karena aku tidak suka. Urus hidupmu sendiri !" Ucap Sakti ketus lalu berbalik pergi meninggalkan Jasmine yang meleletkan lidahnya tanda kesal. Sakti masuk ke dalam kamar, mengganti bajunya lalu keluar lagi dari kemar menuju toilet belakang yang berdekatan dengan dapur. Tampak Jasmine sedang asyik dengan masakannya. Perut Sakti berbunyi tanda ia lapar, tapi gengsi jika harus meminta pada Jasmine. Setelah membersihkan diri, Sakti kembali ke kamar. Wangi masakan Jasmine mulai tercium. Sakti segera mempercepat langkahnya ke kamar sebelum perutnya makin mengiba meminta makan. Sakti merebahkan tubuhnya di ranjang dengan posisi terlentan. Ia meletakkan tangannya di bawah kepala. Menatap langit-langit kamar mengingat perkataan Arika. Perkataan Arika ada benarnya juga. Hal yang selalu menjadi pertanyaannya hingga saat ini. Ia sering sekali menanyakan pada Ibu. Tapi Ibunya masih enggan menjawab. Wajahnya tidak mirip Ayah ataupun Ibunya. Sakti memiliki kulit yang lebih putih daripada kedua orang tuanya yang sawo matang. Hidungnya pun lebih mancung dengan warna bola mata yang indah. Sakti memiliki warna hazel pada bola matanya. Ibu hanya mengatakan jika ia memang memiliki kelainan warna kulit dan mata semenjak lahir. Dan sampai saat ini Sakti masih berusaha mempercayai kata-kata Ibunya. Walau secara diam-diam ia akan menyelidikinya nanti. "Tokkk ... tokkk ! Terdrngar suara pintu kamar diketuk dari luar. Sakti masih malas untuk beranjak. "Sakti !" Terdengar suara Jasmine dari balik pintu. Bukannya membuka pintu atau menjawab. Sakti malah mengambil bantal dan menutup kepalanya. Sementara itu di luar kamar, tampak Jasmine membawa piring berisi hasil masakannya. Ia tahu Sakti juga belum makan apapun saat di pesta tadi. Beberapa kali mengetuk dan tidak mendapatkan jawaban, akhirnya Jasmine membawa hasil masakannya menuju ke kamarnya sendiri. Begitu tiba di kamar, ia keluar dari pintu penghubung menuju balkon. Meletakkan masakannya dan makan dalam diam. Selalu saja begini, masak sendiri dan makan sendiri. Rasanya sangat hambar sekali hidupnya. Tapi mana bisa ia protes. Jasmine menarik nafasnya lelah. Ia kemudian kembali menikmati steak buatannya sambil mengingat Nando. Anak tampan yang selalu saja suka jika ia berkunjung, walau Laura, Ibu si anak tidak menyukai kedatangannya. Yang membuat Jasmine bersyukur hingga hari ini adalah, Laura tidak menggugurkan dan tetap merawat Nando walau ia tidak menyukai kehadiran anaknya itu. Jasmine tiba-tiba menghentikan makannya mengingat Arika yang dulu dengan jahatnya memberika obat tidur pada Laura dan menjual saudara tirinya itu. Lalu berujung memfitnah Laura hingga berakhir pada pengusiran Laura dari rumah. Jasmine yang menyembunyikan Laura dan membiayai hidup gadis malang itu. Jasmine juga yang menyewa bodyguard untuk menjaga Laura dari jarak jauh tanpa mendekat untuk menjamin keamanan sahabatnya dan juga si kecil Nando. Laura dan Nando tinggal bersama seorang janda tanpa anak yang dibayar Jasmine untuk merawat mereka. Jasmine dan Laura adalah sahabat baik dan juga masih memiliki hubungan kekerabatan. Jasmine sangat menyayangi Laura yang polos dan selalu saja mengalah padanya. Laura yang selalu berlinang air mata jika menceritakan perlakuan Arika dan juga Mamanya. Setelah Mama Laura meninggal, Papanya menikah lagi dengan Mama Arika yang merupakan teman lamanya saat masih duduk di bangku sekolah. Ketika mengetahui dirinya hamil akibat dijebak Arika dan berujung fitnah Arika padanya, Laura mulai sakit-sakitan hingga melahirkan Nando. Daya hidup Laura sudah padam. Ia tidak ingin melanjutkan hidupnya lagi. Walau Jasmine selalu mengingatkannya akan kehadiran Nando, tapi Laura seakan tidak perduli. Jasmine kembali menarik nafasnya. Andai ia memiliki kekuasaan lebih, maka ingin rasanya membawa Laura dan juga Nando bersamanya. Mungkin suatu saat nanti di saat dirinya berhasil. Malam makin merangkak, dengan Sakti dam Jasmine yang masih melamun dalam pikiran masing-masing. ******** Kiss jauh dari Author..... Sampai jumpa lagi besok ya ... Love you All....My Bala Readers
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD