bc

MANTAN, TAPI SAYANG

book_age18+
461
FOLLOW
9.6K
READ
HE
love after marriage
blue collar
drama
bxg
office/work place
disappearance
like
intro-logo
Blurb

Riska dan Segara adalah mantan pacar, tapi secara tidak terduga mereka dipertemukan kembali sebagai atasan dan bawahan di tempat kerja. Segara yang pendiam ternyata selalu melakukan banyak cara untuk dapat balikan dengan Riska, sedangkan gadis itu sendiri pun tidak bisa menolak segala sesuatu yang dilakukan oleh sang mantan. Anehnya, meskipun sudah menjadi mantan mereka sama-sama masih sayang.

Sebenarnya apa alasan mereka putus? Dapatkah mereka kembali bersama?

Cover by Lanamedia

chap-preview
Free preview
Part 1 Pertemuan Kembali
Suara deringan jam alarm membuat seorang cewek yang sedang tertidur dengan posisi kaki di bantal dan kepala di ujung kasur langsung terperanjat, dengan setengah nyawa yang masih terkumpul cewek itu mengucek matanya, mematikan alarmnya dan bergegas turun dari ranjang. Kaki jenjangnya menapak lantai tanpa alas kaki, berjalan menuju gorden dan menyibaknya membuat sinar matahari sayup-sayup masuk ke dalam kamarnya. Riska mengulet tubuhnya, bibir mungilnya cukup lama terbuka untuk menguap panjang. "Males kerja," rengeknya, namun tak lama memukul wajahnya sendiri. "Gak boleh loyo! Kamu harus cari duit yang banyak!" semangatnya pada dirinya sendiri sebelum dengan cepat bergegas menuju kamar mandi. Cewek berusia 26 tahun itu sekarang tinggal sendirian di apartemennya, di usianya yang cukup muda ia telah berhasil menjadi manajer di salah satu hotel bintang lima di kota besar, selain cantik karir cewek itu juga sangat bagus. Menghabiskan waktu cukup lama di kamar mandi seperti gadis pada umumnya dia kemudian merias dirinya dengan tak kalah lama, selain karena tuntutan pekerjaannya harus tampil good looking ia sendiri memang sangat terobsesi dengan kecantikan, bahkan jika jerawat muncul satu saja di wajahnya ia sudah akan langsung konsultasi kepada dokter pribadinya. "Hari ini cuacanya cukup cerah, konsep ini sepertinya cocok." Gumamnya menatap berbinar set pakaian yang sudah ia siapkan, ia segera memakainya dan bergegas keluar apartemennya untuk bekerja. Begitu ia turun terlihat satpam langsung menyapa ramah dirinya, ia memang terkenal ramah pada siapapun jadi tidak heran banyak yang mengenalnya juga. Ia kemudian segera bergegas masuk ke dalam mobilnya namun betapa sialnya dirinya ketika melihat ban mobilnya kempes. "Kenapa harus sekarang sih!" gerutunya menendang mobilnya itu sebelum berbalik cepat mencari taksi, naasnya ia sudah beberapa kali memesan taksi online namun entah kenapa selalu ditolak oleh driver membuatnya makin kelimpungan panik mencari angkutan umum. "Sial, mana udah mau masuk lagi, ck tau begitu tadi gak aku curly rambutku!" gumamnya panik campur menyesal, ia tadi niatnya mau tampil berbeda hari ini dengan rambut curly nya namun malah membuat waktu dandannya makin lama, jika ia tahu ban mobilnya kempes sejak awal pasti ia bisa mencari solusi dulu sebelumnya. Melihat taksi yang segera melintas di depannya ia segera berlari nekat ke tengah jalan untuk menghentikan taksi itu apapun yang terjadi, namun entah kesialan yang keberapa kalinya justru ia tersandung dan hampir terjerembab ke tengah jalan membuatnya memekik kaget. Namun sebuah tangan tiba-tiba menariknya ke belakang dengan gerakan cepat. "Apa yang kamu lakukan?!" sebuah suara berat yang terdengar memarahinya itu membuatnya yang tadinya memejamkan matanya spontan membukanya pelan-pelan. Seorang lelaki berpakaian santai dengan sebelah tangan meneteng kantong kresek itu ia tebak pasti penghuni apartemen lingkungan ini juga, namun untuk sejenak ia justru tertegun karena baru tahu ada penghuni cukup tampan juga di sekitar sini. "Ah, itu aku mau stop taksi." Jawabnya kikuk agak malu dengan tingkah konyolnya sendiri. Lelaki itu nampak menggeleng tak habis pikir dengan jawabannya, "tapi gak usah sampai ke tengah jalan, aku kira tadi ada yang mau bunuh diri." Ceplosnya membuat Riska merengut. "Maaf tapi ini aku bener-bener lagi buru-buru, jadi permisi ya." Pamitnya dengan cepat karena baru ingat sekarang sudah jam masuk kerjanya, ini sih fix dirinya bakal telat. Apalagi hari ini kabarnya pemilik hotel akan datang dari luar negeri membuatnya makin ketar-ketir sendiri, bisa-bisa ia dianggap sebagai karyawan tidak kompeten nanti. "Mau aku antar?" Seketika Riska menoleh cepat dengan kerlipan berbinar, "mau!" jawabnya langsung tanpa basa-basi, samar-samar entah salah lihat atau apa tapi Riska sepertinya melihat lelaki itu tersenyum kecil. "Yaudah tunggu disini saja, aku ambil mobil dulu." Riska seketika mengatupkan tangannya dengan berbagai ucapan terima kasih yang tak henti-hentinya, sumpah lelaki asing ini seperti penyelamat hidupnya. *** Lelaki berwajah tegas itu menatap bangunan di depannya sejenak, kemudian mengalihkan tatapannya kepada Riska yang terlihat buru-buru melepas sabuk pengamannya itu. "Sekali lagi aku bener-bener terima kasih, aku bakal anggap ini sebagai hutang budi sampai mati!" ujarnya sangat berlebihan sebelum dengan terseok-seok berlari keluar dari mobil. "Eh itu..." Lelaki yang ditinggalnya tadi hanya bisa menggaruk pelan kepalanya, menatap punggung cewek unik itu dengan nanar. "Aku belum tahu namanya," gumamnya menghela napas pelan. Di tempat lain Riska yang benar saja terlambat langsung dimarahi oleh atasannya, lebih parahnya lagi sekarang adalah hari penyambutan pemilik hotel yang baru datang dari luar negeri, jadi dirinya benar-benar seperti perusak suasana saja. "Kamu ini ya kebiasaan telat, untung Pak bos belum datang." Ujar Bu Marisa yang merupakan kepala manajer di hotel ini. Riska mengernyit dengan keringat dingin, sepertinya ia memang harus benar-benar memperbaiki kebiasaan tidurnya yang seperti orang mati ini. "M-maaf Buk." Ujarnya pelan dengan takut-takut. Wanita paruh baya dengan rambut disanggul apik itu menekan pangkal hidungnya sejenak, kemudian segera mengibaskan tangan kearahnya. "Cepat ganti seragam, lalu berkumpul di lobi." Titahnya langsung diangguki Riska dengan mata berkilat semangat. "Siap Buk!" ujarnya lantang langsung bergegas ke ruang ganti meninggalkan Bu Marisa yang masih menggeleng lelah di tempatnya. Setelah selesai berdandan rapi gadis cantik dengan mata jernih dan bibir merah merona mungil itu segera berjalan cepat ke tempat tunggu, melihat para karyawan sudah berjajar rapi di lobi ia segera mendekat ikut berbaris, untung sekali mobil atasannya baru datang tepat ketika ia juga baru sampai. Nampak wajah-wajah kepo semua orang kearah mobil hitam BMW yang baru berhenti tepat di depan pintu masuk itu, terlihat seorang supir membukakan pintu mobil itu dan secara perlahan kaki dari orang di dalam sana mulai melangkah keluar. Semua orang tak terkecuali Riska terlihat begitu tertarik dan penasaran dengan sosok bos mereka ini, dan ketika seorang lelaki ber jas rapi dengan kacamata hitamnya turun diikuti pengawalnya semua karyawan spontan berdiri sempurna tak berani melirik lagi. Suara langkah kaki sepatu pantofel yang menapak ubin lantai terdengar nyaring karena tidak ada seorangpun yang berani membuka suara. Padahal itu hanya suara langkah kaki saja tapi entah kenapa vibes nya terasa mahal sekali, memang ya konglomerat is another level. "Selamat datang, Pak!" ujar semuanya kompak menundukkan badannya termasuk Riska ketika lelaki itu berjalan melewati mereka. "Hm." Mendengar balasan singkat yang sangat tidak niat itu membuat semuanya jelas mengerutkan dahi kurang suka namun jelas tidak mungkin terang-terangan mengatakan jika tidak menyukai Bos mereka itu, yang ada mereka bisa dipecat nanti. Begitu mengangkat kepalanya bola mata Riska langsung bergulir menatap lelaki jangkung dengan proporsi tubuh sempurna yang berdiri di depan mereka itu, Riska mengernyit samar menatap wajah lelaki itu, kenapa ia seperti familiar ya. Dan begitu lelaki itu mulai melepas kacamata hitamnya seketika Riska mengingatnya dengan jelas, meskipun penampilannya berbeda dari 10 tahun lalu tapi ia tentu saja masih mengenal lelaki itu. 'Segara?!' batinnya dengan tatapan luar biasa syok, nama lelaki itu adalah Segara Banyukusuma, lelaki yang lebih tua 2 tahun darinya dan merupakan Kakak kelasnya dulu ketika SMA sekaligus ... mantan pacarnya. Lelaki itu padahal tidak mengeluarkan ekspresi apapun namun wajahnya benar-benar bisa menyihir siapapun, dengan bulu mata lentik, alis tebal rapi, hidung bangir, bibir tipis dan mata tajam, serta jawline tegas itu perawakannya sudah bak model ternama, tak ayal semua karyawan sampai melongo melihat Bos mereka yang mereka kira sudah tua ternyata setampan ini. "Saya Segara yang akan memimpin hotel ini mulai sekarang." Untuk ukuran ucapan penyambutan jelas kalimat itu terlalu singkat, padat, dan tidak niat. Namun Riska tidak terlalu kaget, karena ia sudah mengenal lelaki itu lebih baik dari siapapun. Semua karyawan kompak bertepuk tangan, Segara mengedarkan pandangannya menatap datar semua orang di depannya, namun begitu arah tatapannya bertemu dengan Riska yang juga sedang menatapnya membuat keduanya seperti tersengat aliran listrik dengan sensasi menegangkan diantara keduanya. Segara yang sejak tadi tidak mengeluarkan ekspresi apapun bahkan sampai mengucek matanya untuk memastikan jika pandangannya tidak salah, Riska sendiri langsung membuang muka, yah penampilannya sekarang sangat jauh berbeda ketimbang ia SMA dulu jadi tidak mungkin lelaki itu mengenalnya, apalagi 10 tahun sudah lewat. Namun betapa syoknya semua orang ketika Segara tiba-tiba mengacungkan jari telunjuknya kearah Riska, tentu saja Riska sendiri sampai melotot kaget. "Siapa namamu?" Riska spontan tersedak, makin gelagapan ketika arah tatapan semua orang tertuju kepadanya. Ia akhirnya menghela napas, meluruskan tatapannya kepada lelaki yang sebenarnya sangat tidak ingin ia lihat itu. "Riska." Jawabnya singkat dan respon kaget lelaki itu tidak terlalu ia pedulikan, ia justru dengan berani memicingkan tatapan sinisnya. "Ada apa bertanya?" tanyanya dengan sangat berani yang langsung diinjak temannya yang ada di sebelahnya. "Sssst gila ya lo." Desis temannya itu berbisik sangat-sangat pelan, Riska hanya merengut kesal karena ditatap tajam semua orang, bodo amat jika hari ini ia akan dipecat karena bertindak tidak sopan karena dendamnya pada lelaki ini lebih besar daripada apapun. Sedangkan Segara hanya terdiam di tempatnya, nampak jika lelaki itu masih syok dan tidak menyangka, Riska sendiri mendengus pelan melihat ekspresi lelaki itu. 'Jelas aja kaget, pasti dia takut aku bakal sebarin sifat buruknya.' Sinisnya dalam hati. "S-saya mohon maaf atas tindakan tidak sopan bawahan saya Pak, saya akan segera memberi hukuman." Ujar Bu Marisa nampak begitu panik sedangkan orang yang dikhawatirkan justru melengos tak peduli. "Riska, cepat minta maaf." Bisik Bu Marisa memberi kode mata kearahnya membuatnya merengut kesal. Namun akhirnya ia tetap patuh, membungkukkan badannya ke depan lelaki itu. "Maaf Pak, saya lagi PMS jadi bawaannya sensi." Jelasnya sekenanya. Segara masih terdiam di tempatnya membuat Riska melenguh berat, sudah ia duga lelaki itu pasti akan diam saja, sejak dulu Segara memang pendiam namun entah kenapa ketika bersamanya justru level diam lelaki ini makin seperti patung saja. "Tidak sopan." Riska dan semua orang spontan menatap Segara bersamaan, nampak lelaki itu meluruskan tatapannya kearah Riska dengan tanpa ekspresi. "Datang ke ruangan saya." Titahnya kemudian berbalik pergi meninggalkan semua orang yang terperangah. "Kamu sih!" omel teman-temannya kearahnya membuatnya hanya bisa merengut makin masam. Ah, kenapa hari ini rasanya ia mendapat kesialan secara bertubi-tubi sih!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
97.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook