Diluar Ekspektasi

1241 Words
Dua orang yang mengejar lelaki tadi tiba-tiba menyerang lelaki berjaket coklat. Dengan serangan beruntun dan pisau terus diarahkan ke lelaki berjaket coklat yang ternyata memiliki kemampuan bela diri yang tak bisa dipandang sebelah mata. Alea melihat sendiri bagaimana gesitnya lelaki berjaket coklat dalam mempertahankan diri, berkelit dari serangan yang membabi buta. Tak hanya itu, empat lelaki lain pun tak tinggal diam, mereka juga menyerang lelaki berjaket coklat di setiap ada kesempatan. Lelaki berjaket coklat yang gesit itu wajahnya memerah dan gerakan-gerakan yang lincah membuat keringatnya mengalir deras dari dahinya. Sebuah serangan hampir saja mengenainya. Lelaki berjaket jins menyerangnya dengan pisau yang akan ditancapkan di punggungnya. Tetapi dengan cepat Alea menahan tangan lelaki itu lalu memutar lengan dan membuat pisau itu jatuh ke tanah, mengeluarkan suara kecil yang sedetik kemudian teredam oleh suara jerit lelaki itu yang kesakitan karena Alea memutarnya dengan sekuat tenaga hingga tulang lengannya terpeluntir. Lelaki berjaket coklat itu memutar badan dan matanya melebar saat melihat Alea menyelamatkannya. Seperti sebuah pasangan atlet bela diri, meski baru pertama bertemu tetapi lelaki itu seakan paham dengan ucapan Alea hingga ia mengangguk dan mengambil pisau yang sengaja ditendang Alea ke dekat kaki lelaki itu. Pisau yang bisa digunakan untuk menyelamatkan dirinya dan Alea jika lelaki itu bersedia melindungi gadis berkulit putih tanpa cela itu. Alea sudah lama tidak berlatih seni bela diri, tetapi karena sudah bergelut dengan Taekwondo selama lebih dari sepuluh tahun, tubuhnya bak penari yang menari dengan sendirinya setelah mendengarkan musik. Tubuhnya ideal, dengan otot-otot yang kencang dan kegesitan yang membuat para lelaki itu terkejut dengan kemampuan gadis berwajah melankolis namun memiliki pukulan yang cukup membuat mereka terjengkang dengan p****t menghadap matahari yang bersinar di balik gedung. Alea melawan dua lelaki yang salah satunya memegang pisau. Ia berdiri dengan sikap kuda-kuda sempuran dan siap melakukan serangan yang akan membuat mereka menyesal telah bertemu dengannya. “Siapa kau? Jangan ikut campur kecuali kau ingin menyesal!” kata lelaki yang memegang pisau dengan erat namun dengan cara yang sangat canggung. Begitu kelihatan kalau tak percaya diri menghadapi Alea. Alea menyeringai, tentu saja ini memang bukan urusannya. Ia hanya ingin memastikan lelaki limited edition itu bertanggung jawab atas barang-barang yang rusak setelah ditabraknya. Saat memasukkan barang belanjaan setelah ditabrak lelaki itu, beberapa botol lotion dan pelembab pecah. Harganya cukup mahal, apalagi para follower yang sekaligus costumernya itu sudah membayar barang di depan dan sialnya uang itu sudah ia gunakan sebagian. “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” ucap lelaki berjaket coklat yang secara tiba-tiba berdiri di sebelahnya dengan napas terengah-engah. Alea berdiri tegak dengan mulut terbuka, tak percaya kalau lelaki itu tak tahu kenapa ia mau membantunya. Memangnya di dunia ini ada peri yang tiba-tiba muncul dan mau membantu orang lain tanpa pamrih? Mungkin ada, tapi jelas itu bukan dirinya. “Kau harus mengganti rugi barang-barangku yang sudah kau rusak,” damprat Alea dengan wajah memerah karena marah. Lelaki berjaket coklat itu mengangkat satu alis dan memandangnya beberapa saat. Tetapi tak lama kemudian perhatiannya kembali kepada para lelaki yang telah mengejarnya. “Katakan padaku dimana Sophia, dan kalian akan kuampuni!” seru lelaki berjaket coklat kepada enam lelaki yang berdiri berjajar di hadapannya dan Alea. Satu hal yang membuat Alea tiba-tiba mengernyit dan kepalanya sedikit meneleng. Entah sejak kapan ia berbicara dengan menggunakan Bahasa Indonesia dengan lelaki yang juga lancar berbahasa Indonesia. Alea sontak memandang lelaki yang memiliki kulit putih seperti seorang Chinese sehingga awalnya ia tak curiga sama sekali, bahkan berpikir kalau lelaki ini adalah orang Korea atau pelancong dari negeri Tiongkok. “Kau orang Indonesia?” tanyanya secara spontanitas dan hanya dijawab dengan tatapan dari sudut mata lelaki itu. Mereka juga memakai bahasa Indonesia dan kali ini Alea memerhatikan wajah mereka satu-persatu. Kulit-kulit mereka sawo matang dan meski dengan pakaian yang tampak seperti orang Korea pun, hanya butuh satu detik untuk menyadari mereka adalah orang Asia Tenggara. Alea menggeleng, membuyarkan pikirannya yang kemana-mana. Darimanapun orang-orang ini berasal, yang ia butuhkan hanya uang untuk mengganti barang yang rusak. “Kau bisa ikut kami kalau kau ingin bertemu dengannya,” kata lelaki dengan kepala pelontos dan jaket jins berlubang di bagian sakunya. “Tidak dengan cara seperti ini!” Tiba-tiba lelaki berjaket coklat itu menyerang lelaki pelontos itu, membuat yang lain terkejut dengan serangan yang mendadak dan tidak mereka perkirakan sebelumnya. Alea seperti seorang penonton yang terkesima dengan kekuatan lelaki itu, yang tak terpojok meski diserang enam orang secara bersamaan. Bahkan pisau lelaki itu jatuh setelah lelaki berjaket coklat itu memukul sendi pergelangan tangannya. Seperti yang dilakukan Alea, lelaki berjaket coklat itu menendang pisau ke dekat kakinya dan dengan cepat ia mengambilnya di tanah. Namun saat berdiri, tiba-tiba sebuah serangan mendadak menimpa punggungnya, membuat Alea jatuh telungkup dengan tangan masih memegang pisau. Lelaki itu, menginjak tangan Alea. Gadis itu mendesis lalu mendongak untuk memandang wajah preman dengan codet di pipinya. Alea mengguling sekali lalu menggigit kaki lelaki itu yang terbungkus celana khaki lalu berdiri dan menyerang lelaki itu dengan membenturkan kepalanya ke wajah lelaki itu. Tak hanya itu, ia juga memukul wajah lelaki itu dua kali dengan pukulan keras hingga lelaki itu jatuh dengan p****t yang panas. Hari sudah semakin gelap saat lelaki berjaket coklat itu masih sibuk melawan dua lelaki. Waktu semakin menipis bagi Alea yang harus berkemas-kemas lalu mengedit video sebelum menguploadnya di Youtoube. Ia pun segera membantu lelaki berjaket coklat itu, menyerang seorang lelaki bertubuh sebesar algojo dan membuatnya nampak seperti seorang Cinderella. Alea menyerangnya dengan kecepatan yang membuat lelaki itu kewalahan. Serangan-serangan kecil yang berulang-ulang membuat lelaki bertubuh algojo, yang gerakannya lambat itu pun akhirnya menyerah. Enam lelaki itu akhirnya babak belur setelah dihajar dua orang yang sangat pandai dalam seni bela diri. Alea menepuk kedua tangannya, memandang lelaki yang kini memandangnya dengan alis yang lagi-lagi terangkat. “Kau masih punya urusan denganku, Sir.” Alea menunjuk dua paper bag yang teronggok di tepi jalan. “Maafkan aku. Kau bisa menghubungiku nanti. Ini kartu namaku.” Lelaki berjaket coklat itu mengeluarkan kartu nama dari balik jaketnya. Alea mendelik, tak percaya lelaki itu dengan mudahnya menunda urusan yang sangat penting. Meski tampan, yang sialnya Alea sudah menyadari hal ini sejak pertama melihatnya. Tapi sikap sok cool dan tak acuh itu membuat nilai ketampanannya turun empat grade. “Sorry, Sir. Saya hanya butuh uang pengganti untuk barang-barang yang rusak. Anda hanya perlu tahu barang apa yang rusak lalu ganti! Semudah itu urusannya.” Alea menekuk kedua siku dan berkacak pinggang. “Saya bahkan tidak menuntut bayaran karena menolong anda,” gumamnya sambil memandang lampu jalan yang tiba-tiba menyala. Lelaki berjaket coklat itu terhenyak namun tak lama kemudian ia merogoh saku celana lalu merogoh saku celananya yang lain. Ia juga merogoh saku jaketnya, baik yang kanan dan yang kiri sambil memandang Alea dengan tatapan yang sangat mudah diartikan oleh Alea. “Jangan bilang anda tidak mau mengganti barang saya!” Cuping hidung Alea mengembang kempis karena kesal. “Maafkan saya. Saya akan mengganti uang anda dua … lima kali lipat asal anda mau meminjamkan gawai anda.” Lelaki itu mengatakannya seakan tak ada dosa. “What the! Aku butuh barangku sekarang atau kita urus masalah ini ke polisi!” Alea setengah menjerit saat mengatakannya. Lelaki dengan jaket limited edition itu ternyata tidak sesuai dengan ekspektasinya. Bahkan tanpa ragu, Alea menarik jaket lelaki itu dan menyentuh bahan kainnya lalu menjinjit untuk melihat brand yang berada di balik kerah jaket itu, lalu membukanya untuk mencari bukti originalitas jaket yang seharusnya bisa dijual bahkan di negeri asing ini. “Hei, apa yang kau lakukan!” pekik lelaki berjaket coklat yang terkejut dengan sikap Alea.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD