Bab 02

1194 Words
"Bima nggak bisa nikah sebelum Sidney nikah, Ma. Bima udah janji sama mendiang ayah buat jagain Sidney sampai nanti ada yang gantiin Bima buat jagain dia," ujar suara berat dengan tegas. Bima, saudara seayah Sidney namun memiliki ibu yang berbeda sedang berhadapan dengan ibunya yang tak lain adalah ibu tiri Sidney. Mereka jelas sedang membahas mengenai Bima yang tak kunjung menikahi tunangannya, Larasati. Sidney bisa maklum. Mereka sudah bertunangan hampir dua tahun lamanya. Wajar jika Laras mulai mempertanyakan hubungan mereka. Atau yang lebih ekstrem lagi, orang tua Laras yang akhirnya mengejar Bima untuk segera membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. "Kamu mau bikin Mama malu setiap ketemu orang tua Laras?" Balas Mama Vera kesal. "Lagian, dengan kamu yang nikah sama Laras, bukan berarti kamu lepas tanggung jawab sama Sidney. Nggak ada bedanya, Bima!" "Ma, kita sudah diskusi hal ini lebih dari seratus kali. Bima tetap dengan pendapat Bima. Bima nggak bisa ngelanggar janji Bima ke Ayah," balas Bima masih berusaha lembut. Yang dia hadapi adalah ibu kandungnya. Seseorang yang telah memberikannya kesempatan untuk hidup di rahimnya selama sembilan bulan. Seseorang yang mempertaruhkan nyawanya ketika melahirkannya. Menjaganya seperti malaikat tak bersayap setiap waktu. Tetapi Mamanya juga nggak ingin mengalah sehingga mereka masih berdebat untuk beberapa waktu ke depan. Melelahkan memang. Tetapi Bima harus membuat sang mama paham. "Dek." Sebuah tepukan lembut bersarang di pundak Sidney. Netra sewarna kulit pohon jati menatapnya dengan teduh. Dia Ryan, adik Bima sekaligus kakak satu ayah Sidney lainnya. "Udah malem. Kamu istirahat gih," pesannya. Ryan lalu melihat tumbler kosong yang sedang digenggam Sidney. Memunculkan pemahaman bahwa adiknya sedang kehausan dan berniat mengisi tumbler tersebut sebelum mendengar perdebatan Bima dan Mamanya di dapur. "Nanti Abang yang ngisi dan bawa ke kamar kamu." Ryan mengambil tumbler itu tanpa mendengar jawaban Sidney. Kemudian dia hanya mengacak rambut adiknya dan memintanya segera naik ke lantai dua. Tempat kamarnya berada. Menuruti pesan Ryan, Sidney mengangguk. Masuk ke dalam kamarnya dan menutupnya cepat. Akhirnya dirinya tahu sebab mengapa Bima masih saja menunda pernikahannya dengan Larasati. Dan itu karena dirinya. Oh Tuhan! Sidney memang bukan anak kandung Mama Vera. Dia lahir dari istri kedua mendiang papanya. Sang Papa menikahi ibu kandungnya ketika beliau dinas di luar negeri. Di Australia lebih tepatnya. Hal ini menjelaskan dari mana nama Sidney berasal. Mama Vera tidak tahu mengenai pernikahan itu. Dia hanya tahu bahwa suaminya memang sedang bekerja dan hanya bisa pulang ke Jakarta selama beberapa hari dalam satu bulan. Lagi pula, dia memiliki dua anak lelaki yang saat itu sedang dalam fase bandel-bandelnya. Tidak ada waktu untuknya memikirkan bahwa sang suami bisa saja sedang sibuk dengan wanita lain, meskipun hal itu adalah fakta yang tertunda untuk terkuak. Mama kandung Sidney, memang bisa dibilang seorang perusak rumah tangga orang. Istilah kekiniannya bisa dibilang sebagai pelakor. Orang ketiga yang hadir di rumah tangga Vera Maheswari yang seharusnya sempurna. Mama Vera masih begitu cantik diusianya yang sekarang dengan dua putra yang menurut banyak gadis memiliki paras tampan. Tanpa Sidney di sini, nggak menimbulkan kerugian apapun bagi keluarga mereka. Seharusnya memang begitu...  Tetapi membayangkan bahwa hidupnya tanpa mengenal Mama Vera nggak pernah terlintas di benak Sidney. Sidney menyayangi Mama Vera. Dirinya bahkan ingin dilahirkan dari rahim Mama Vera, seandainya dia diizinkan untuk memilih. Membayangkan semua yang terjadi di masa lalu, meski dia hanya tahu dari orang lain masih membuat bulu kuduk Sidney meremang. Jika saat ini kejadiannya, mama kandungnya pasti bakalan viral di acara perlambean. Drama keluarga tiada akhir bakalan menanti di ujung jalan. Adapun, mama kandungnya kini sudah tidak lagi menjadi istri yang mendiang ayah. Mungkin, karena pernikahan papa dan mama kandungnya tidak berawal dari hal yang baik, maka mereka pun tidak berakhir seperti dongeng disney yang selalu happily ever after. Mama kandung Sidney bertemu dengan pria lain. Memutuskan untuk meninggalkan papanya dan dirinya yang saat itu berusia dua tahun. Papanya lalu membawanya pulang ke Jakarta. Dan sejak saat itu, Sidney hidup dengan diasuh oleh Mama Vera. "Bumi memanggil Sidney. Bumi memanggil Sidney!" ujaran seseorang membawa Sidney kembali ke realita. Dia melirik layar monitor di depannya. Menyumpah kesal ketika baru sadar bahwa war yang sejak tadi dia perhatikan telah selesai. Meski party yang Sidney ikuti menang, tetapi dirinya belum merasa puas karena tidak mendapat banyak item dalam game kali ini. "Lo sakit ya Sid? Tumben-tumbenan nggak fokus gitu," teman main DOTA yang sekaligus teman satu divisinya, Yudha bersuara. Sidney langsung menjawab cepat. Tahu bahwa jika dirinya lama menjawab akan memunculkan praduga bahwa dia memang sakit. Bisa-bisa gamenya bakalan di sabotase anak IT lain dan item yang Sidney kumpulkan ludes tak berbekas. "Nggak. Emang lo pernah lihat gue sakit?" jawabnya jumawa. "Lah yang setiap bulan rutin bolos gara-gara mens, siapa ya?" kilah Yudha yang dibalas delikan oleh Sidney.  Frontal banget ya bilang mens sengaja dikerasin kayak gitu? Sidney sudah bersiap membalasnya sebelum dirinya ingat bahwa sudah saatnya untuk pulang. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Satu jam lagi dan dia sudah masuk batas malam yang diizinkan untuk perawan ibukota itu memasuki rumahnya. Walau Sidney bertaruh meski dirinya telat, dia tetap bisa memasuki rumahnya, sih. Namun itu setelah melewati ceramah panjang dari kedua kakaknya yang sangat menjaganya. "Eh bayi. Lo mau balik?" tanya Yudha lagi yang dibalas cengiran oleh Sidney. Sidney sudah terbiasa dipanggil bayi oleh Yudha. Nggak masalah karena tahu bahwa itu adalah panggilan kesayangan antarteman yang melegenda. "Udah malem keleus. Nggak baik anak perawan pulang malem-malem," sanggahnya cepat. Dia segera memasukan peralatan tempurnya ke dalam tas ransel. Jangan bayangkan akan menemukan bermacam jenis make up di sana. Yang ada, segala peralatan elektronik yang memenuhi ransel Sidney. Dia lalu mengambil parka sepanjang lututnya. Memakainya cepat sehingga menutupi jeans dan kemeja kedodoran yang Sidney gunakan. Seragam kebesaran Sidney dikala ngantor memang bukan pakaian resmi. Mereka, khususnya anak-anak divisi IT bebas menggunakan baju apapun asal nyaman dan masih tergolong sopan. Lagian mereka kan ketemunya sama perangkat elektronik, jaringan LAN semacam kabel-kabel, atau khusus bagian Sidney, rekan lainnya bernama Arga, dan Bang Nara, mereka hampir selalu bermesraan dengan bahasa pemrograman yang mirip teka teki silang. "Jadi beneran lo masih perawan ya Sid?" kekeh Yudha dengan jemari yang memegangi dagunya. Dia dengar selentingan kabar tentang si bayi yang pengen dikawinin. Beritanya jadi viral setelah istirahat siang. Sayangnya Yudha nggak lihat secara live. Gagal deh posting di snapgram. Sidney merasa kesal dengan fakta yang dianggap lucu oleh anak-anak divisinya. Apalagi kini dijadikan bahan ledekan oleh Yudha sang teman yang maha nggak penting. Dia lalu melempar bungkus-bungkus snack yang menjadi teman akrab dikala bekerja kepada Yudha. Membuat pria itu malah tergelak geli. "Nggak usah mulai resek ya!" Yudha masih terkekeh. "Tungguin bentar. Gue anter-" "Sid pulang bareng gue." Entah sejak kapan dan dari mana, sosok anak divisi IT lainnya mendadak muncul di antara mereka. Lagaknya sudah mirip dengan istilah jika ada dua orang berbeda jenis kelamin bersama, maka sosok ketiga bisa dibilang adalah penjelamaan makhluk halus. Iya. Arga memang mirip setan. Tetapi mungkin setan ganteng yang cool. Sebelas dua belas lah dengan Edward Cullen. Eh tapi... Sejak kapan hubungan mereka menjadi antar-mengantar pulang? Rasa-rasanya, sepanjang eksistensi Edward Cullen jadi Arga Cullen, dia nggak pernah tuh yang modus modus duluan ke Sidney. Apalagi modus sampai mau mengantar pulang. Apa peletnya Bang Nara salah sasaran, ya?   ❤❤❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD