Bab 03

974 Words
Sidney berniat menepis ajakan Arga yang nggak masuk akal ketika Arga kembali bersuara, "Nggak usah mikir aneh-aneh! Ayo!" Pria itu mengacak rambut Sidney. Membuat gadis itu membeku untuk sesaat. Sidney yakin julukan Mr. Frost untuk si Arga dikarenakan pria itu memang bisa bikin orang lain membeku. Contohnya ya kayak saat ini. Kapan-kapan, Sidney perlu bawa hairdryer buat menangkis aura Arga. Arga yang nggak sabaran lalu menarik lengan Sidney dengan paksa. Membuat Yudha yang melihat interaksi mereka kembali terkekeh dan memasang lagi headphone-nya. Kembali bermesraan dengan seperangkat komputer yang kadar kemesraannya melebihi pacar dunia nyatanya. Itu pun kalau dia punya. Sementara itu Sidney diam-diam melirik Arga lewat ekor matanya. Dia salah satu anak divisinya yang menangkap momen konyol di pantry siang tadi. Berbeda dengan teman-temannya yang kekanakan (padahal sudah berumur) lalu meledeknya habis-habisan, cowok penggemar s**u kemasan rasa pisang itu tampak nggak peduli dan tetap stay cool. Sidney bukannya menaruh perhatian lebih ke Arga. Tetapi orang yang tiap hari selalu terlihat dengan s**u kotak kemasan rasa pisang kan nggak banyak ditemui. Apalagi di divisi IT. Semoga saja Arga nggak suka jenis pisang yang lain. Kasian kan. Soalnya populasi wanita sekarang sudah lebih banyak dari pria. Kalau pisang suka pisang, masa jeruk mau makan jeruk? Jadi iklan nutrisari dong. "Lo tumben mau nganterin gue?" tanya Sidney canggung. Dia berusaha menekan pikiran absurdnya tentang dunia perpisangan dan hubungannya dengan Arga. "Gue ada urusan di daerah Mampang. Rumah lo di situ, kan?" Dari mana si Arga tahu, ya? Pikir Sidney bingung. "Gue pernah lihat lo naik ojol di lampu merah Pancoran." Tukas Arga menjawab pertanyaan nggak kasat mata Sidney. Mungkin nih ya, curhat ke Bang Nara kurang tepat. Mestinya Sidney curhat saja ke Arga. Terbukti kan Arga Arga ini lebih sakti daripada Bang Nara. Ilmunya mungkin sudah selevel Ki Joko Bodo sampai bisa dengar pikiran Sidney yang nggak diutarakan. Sidney mengangguk. "Tapi lo nggak usah repot nganterin gue. Gue bisa pesen ojol. Jam segini Mampang nggak akan terlalu macet." Balas Sidney lagi. Dia mau mengetes kesaktian Arga lebih lanjut. Dia kan ngeri juga kalau emang Arga emang punya kekuatan mistis yang disembunyikan. Kalau Arga ternyata punya dendam ke Sidney dan dia di guna-guna, gimana? Meski Sidney sih kayaknya nggak pernah bikin salah ke Arga. Ngobrol aja jarang. "Lebih aman sama gue daripada ojol. Lo takut ya sama gue?" "Hah? Enggak!" bantahnya cepat. Tuh kan. Arga kayaknya emang punya ilmu batin! Pintu lift yang lalu terbuka membuat Sidney cepat-cepat masuk ke dalamnya. Sidney nggak yakin. Tetapi rasanya dia mendengar suara kekehan dari belakangnya. Nggak mungkin kan si Arga Arga itu tertawa? Apa kabar julukan Mr. Frost yang bisa di sinonimkan dengan Arga? Kening Sidney masih berkerut-kerut memikirkannya. Lalu, seperti semesta sedang mendukung segala rencananya tadi siang, teriakkan seorang pria bakal calon termodus terdengar. "Tunggu!" Sidney dengan refleks menghalangi pintu lift yang hampir tertutup sempurna dengan telapak tangannya. Pria mapan bakal calon modusnya terlihat berantakan dengan lengan kemeja yang digulung hingga siku. Dua kancing atasnya sudah terbuka dan nggak ada lagi dasi yang menggantung di sana. Rambut cepaknya pun tampak awut-awutan dan terlihat remas-able. Rasanya Sidney ingin sekali membuatnya semakin berantakan. "Thank you." Pria itu tersenyum. Satu titik di pipinya lalu terlihat. Membuat jantung Sidney kebat-kebit. "Bapak baru pulang?" tanyanya memberanikan diri. Mendengar suara renyah Sidney membuat pria yang dipanggil bapak itu sedikit tersentak. Dia tahu siapa gadis di sampingnya. Tetapi nggak pernah menyangka bahwa gadis itu duluan yang akan menyapanya setelah tragedi pantry siang tadi. "Iya. Kamu juga baru pulang? Lembur ya?" Jawabnya dengan menggulum senyum. Nggak masalah kan meladeni Sidney. Gadis itu nggak malu-maluin kok buat gandengan. Imut dan keliatan polos gitu sampai pengen di-polosin. Suara dengkusan terdengar. Baru lah Sidney sadar bahwa ada manusia lain berbentuk Arga di dalam lift ini. "Eh. I-iya Pak." Bohong Sidney. Dia kan nggak bisa jawab kalau alasan pulang malam karena abis nge-game. Bisa kena SP dia. Meski Bang Nara sih nggak pernah ngelarang. Bang Nara bilang, asal kerjaan beres, para cungpret-nya bebas ngapain aja selama di kantor. Tetapi yang sedang Sidney hadapi itu Manajer HR GA. Di bawahnya ada staf personalia yang mengurus kedisiplinan karyawan. "Rumah Bapak di mana?" tanya Sidney tanpa sadar. Dia rasa-rasanya ingin menjahit mulutnya agar tidak sembarangan bicara. Rencana untuk modusin pria itu belum matang benar. Dia belum selesai berdiskusi bareng Bang Nara. Sidney juga belum yakin kalo Bang Nara udah mulai melakukan ritual guna-guna buat Pak Kalvin ganteng ini. "Mampang. Kamu juga di Mampang kan? Bareng aja, yuk. Saya bawa mobil." "Boleh Pak!" jawab Sidney semangat. Eh, dia melupakan satu hal. Arga. Dia kan mau diantar Arga pulang karena kebetulan Arga ada urusan di daerah Mampang. Sidney lalu melirik Arga. Memberikan kedipan kedipan melalui matanya yang membuat hidung Arga mengernyit jijik. Keningnya juga mengeryit seolah dia sedang berpikir untuk menganggalkan keinginan Sidney. Tetapi, mengapa? "Bang. Gue mau ke rumah Devita," cetus Arga tiba-tiba. "Lo ada pesen nggak buat dia?" pancing Arga untuk mendapatkan reaksi dari Kalvin. Arga berjanji kepada dirinya sendiri untuk nggak masuk dalam permainan apapun yang sedang terjadi saat ini. Tetapi dia merasa perlu mengingatkan Kalvin mengenai Devita. Di tempatnya, Sidney mengamati bahwa Kalvin tampak salah tingkah untuk sesaat. Sampai pria itu bisa menguasai diri, Kalvin lalu mengulas senyum lebar di wajahnya. "Nggak perlu. Nanti gue telpon dia langsung." Kali ini giliran Sidney yang bingung.  Devita? Siapa lagi dia? Gebetan Arga ya? Ketika akhirnya lift sudah membawa mereka ke basement. Arga berjalan terlebih dahulu melewati mereka. "Gue duluan Bang." Pamitnya tanpa melirik ke arah Sidney. Wajahnya terlihat datar dan dingin. Sesuai dengan julukan Mr. Frost yang telah disinonimkan dengannya. Dia marah ya?  Tapi kan, nggak ada alasan juga Arga marah. Yang ada harusnya dia malahan berterima kasih karena nggak jadi nganterin Sidney pulang. Jadi lebih cepet ketemu Devita Devita itu, kan? Sidney juga bisa one step closer modusin Kalvin si Bapak Manajer yang tampan nan mapan. "Yuk, Sid." Ajak Kalvin ramah.   ❤❤❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD