Part 7

1187 Words
Flashback Alin menangis sambil mengendarai mobilnya, dia sangat marah karena Alden melarangnya berhubungan dengan Thomas. Saat Alin menanyakan alasannya Alden tak bisa mengatakan apapun dan menyuruh Alin menjauhi Thomas dan tidak boleh jatuh cinta pada Thomas.  Alin pun menghubungi Thomas. "Kak Thomas dimana?" tanya Alin. "Ada apa kamu mencariku?" "Aku ingin bertemu denganmu kak, please..." "Apa kamu menangis Alin?" "Kak Thomas dimana? Jawab pertanyaanku kak hiks hiks jawab kak." Alin menangis menayakan dimana Thomas. "Tenang Alin, tenanglah... Kamu dimana biar aku yang menghampirimu." "Tidak aku yang ingin bertemu denganmu kak," "Baiklah... aku akan kirim kan alamatku." Alin sudah berada di depan pintu unit apartement Thomas. Alin menekan bel pintu apartement dengan kasar dan tak sabar. Alin menyerengitkan dahinya saat pintu apartement dibuka oleh seorang wanita. "Maaf apa kak Thomas ada?" tanya Alin. "Hmm lo pasti Alin kan? Thomas ada tapi lagi dikamar mandi,silahkan masuk," kata wanita tersebut. "Silahkan duduk, gue cuman sebentar dong. Semua sudah selesai bayaran udah gue terima dan sekarang mungkin giliran lo. Memang Thomas begitu hebat, setelah berkali kali sama gue sekarang dia akan melakukannya dengan lo?" Wanita itu menggeleng gelengkan kepalanya sambil melihat Alin dari ujung kaki sampai ke atas kepala. Alin yang dipandangi merasa heran dan melihat dirinya sendiri juga. "Umur lo berapa?" "18 tahun." "Wow jaman sekarang wanita malam makin muda muda aja sih. Lo masih kecil juga udah jual diri, masa depan lo masih panjang say, body lo aja belum tumbuh sempurna. Berhentilah menjadi wanita malam dan belajar untuk menggapai cita-citamu," ujar wanita itu memberi nasihat pada Alin. Alin terperangah mendengar ucapan wanita itu. Apa wanita itu mengatakan dia p*****r? Ada apa semuanya ini. "A--aku aku bukan wanita malam kak," ucap Alin gugup. Wanita itu tersenyum melihat Alin. "Dulu gue juga mengatakan hal yang sama, saat seumuran lo. Gue bukan wanita malam tapi pada kenyataannya gue seperti sekarang. Belum terlambat Alin, berhenti lah sebelum lo makin terjerumus dalam dunia malam semakin jauh, ini nasihat dari wanita malam seperti gue hidupnya sudah hancur." Wanita itu melihat iba pada Alin.  Alin menjadi semakin bingung kenapa wanita ini selalu mengatakan bahwa dia wanita malam. Saat Alin ingin berkata lagi kalau dia bukan wanita malam, Thomas sudah muncul dihadapan mereka. "Iren bayaran lo apa masih kurang!! Jangan lo ganggu gadis kecil itu, dia tidak sama seperti golonganmu. Dia adik temanku, pergilah," usir Thomas melihat tidak suka pada Iren. Alin melihat wajah Iren merasa lega ternyata Alin bukan seperti dia duga. "Ooh maafin gue Alin. Gue senang lo bukan seperti yang gue duga. Lo cantik dan semoga lo bisa meraih semua cita cita yang diinginkan dan jangan pernah terjerumus pada hal yang merugikan lo," ujar Iren memberikan nasihat pada Alin. "Terima kasih kak Iren," ucap Alin dengan tulus.  Iren menganggukan kepalanya dan pergi dari apartement Thomas tapi tiba tiba dia berhenti dan membalikan badannya. "Alin jangan pernah jatuh cinta pada pria itu," tunjuk Iren pada Thomas. Alin merasa heran dengan perkataan Iren. "Lo bingung kan? Gue udah lama jadi wanita panggilan Thomas. Gue cuma mau bilang Thomas berbeda dari orang lain dan hanya ada 1 nama wanita yang sudah terukir dalam hatinya," ujar Iren lagi. "Iren lo tau apa yang bisa gue lakukan sama lo!!!" Thomas menatap mata Iren dengan tajam membuat Iren ketakutan dan langsung pergi dari hadapan mereka. Setelah Iren pergi Alin melihat Thomas dengan penasaran. "Jangan bertanya jika kamu tak ingin mendengarkan jawaban yang hanya akan menyakitimu," ujar Thomas dingin pada Alin. Alin terdiam dia tidak jadi bertanya dan dia tau kalau wanita yang bernama Iren itu habis tidur dengan Thomas, Alin memang kecewa tapi siapa dia bagi Thomas hanya seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang mencintai pria berumur 30 tahun. Thomas menyalakan rokoknya duduk didepan piano. "Kamu bisa main piano?" tanya Thomas.  Alin mengelengkan kepalanya. "Dulu aku suka main piano sama mommy. Mommy mengajarkan aku pertama kali memainkan alat musik." Thomas menekan tuts piano dan menyanyikan lagu heaven. Oh.. thinkin' about all our younger years There was only you and me We were young and wild and free Now nothin' can take you away from me We bin down that road before But that's over now You keep me comin' back for more Baby you're all that I want When you're lyin' here in my arms I'm findin' it hard to believe We're in heaven And love is all that I need And I found it there in your heart It isn't too hard to see We're in heaven Thomas berhenti memainkan pianonya lalu melihat Alin.  "Kamu mengerti arti lagu ini?" Alin hanya diam, bukannya dia tak mengerti arti dan makna lagu Heaven tapi dia tak berani bersuara lagi. Dia kecewa pada Thomas tapi bukan karena Thomas tidur dengan wanita lain. Alin kecewa Thomas mencintai wanita lain yang bukan dirinya. "Mommy sangat mencintai daddy tapi daddy tidak pernah memperlakukan mommy dengan semestinya dan lagu menggambarkan perasaan mommy pada daddy," ujar Thomas sedih mengingat kehidupan masa kecilnya dan pernikahan kedua orang tuanya yang sudah bercerai. "Dulu cinta tidak pernah ada untukku, hanya dia yang dari dulu bersamaku, menghiburku, memberiku semangat sampai akhirnya aku pun tak bisa memilikinya. Dia sudah bersama orang yang dia cintai, hidup bahagia dengan lelaki pilihannya. Aku sudah merelakannya, aku tak bisa melihat dia menangis, aku hanya ingin dia bahagia." Thomas menutup matanya, perasaannya masih sakit merelakan Erika dengan Alden. Hati Alin terasa perih, sakit dan dia tak bisa berkata apapun lagi hanya bisa terdiam mendengarkan perkataan Thomas. Wajah Thomas terlihat menyimpan begitu banyak luka. "Kamu sudah tau aku mencintai wanita lain. Aku harap kamu bisa menghentikan perasaanmu padaku sebelum terlalu jauh. Dengarkan larangan kakakmu Alden untuk menjauhiku," ujar Thomas. "Apa kak Alden menyuruhmu untuk menjauhiku? Apa benar begitu," kata Alin dengan intonasi suara yang berubah menjadi emosi dan setengah berteriak. "Ssttt pelan kan suaramu," Thomas berdiri dan berjalan mendekati jendela. Thomas melihat kearah luar jendela membelakangi Alin. "Alden melakukan itu semua karena dia menyayangimu, dia seorang kakak lelaki yang bertanggung jawab dan sangat baik padamu Alin. Jangan mengecewakan Alden dan ingatlah semua perjuangan dia dalam menjaga keluarga kalian. Kamu ingat saat Alden harus berpisah dengan Erika dan memilih keluarganya, demi menemani adiknya yang mengalami trauma atas perbuatan yang dilakukan oleh Mark Davidson." Thomas mengingatkan Alin pada pengorbanan Alden pada Alin. Thomas terus berbicara tentang Alden yang selalu ada untuk Alin. Tanpa Thomas ketahui Alin mengalami sesak napas saat teringat kejadian yang membuatnya trauma, kejadian dia dipukuli oleh papinya sendiri Mark Davidson. "Kak sa--sakit kak." Alin kesulitan bernapas dan memegang kepalanya yang tiba tiba sakit.  Thomas membalikan badannya, melihat wajah Alin yang terlihat sangat pucat dan menarik rambutnya seperti orang kesakitan. Thomas langsung mengerti Alin mengalami kesakitan dengan cepat mendekati Alin lalu memeluknya. "Tenang Alin disini ada aku, tenang sayang semua sudah berlalu. Kamu sekarang aman bersamaku, tidak akan ada yang menyakitimu lagi." Thomas memeluk Alin dengan kasih sayang. Alin menangis dipelukan Thomas, kalau ada yang mendengarkan suara tangisan Alin pasti juga akan ikut merasakan sakit yang dirasakan Alin. "Menangislah sayang jika dengan menangis bisa membuat hatimu lebih lega dan bahagia," ujar Thomas yang masih memeluk Alin, membelai rambutnya dan mengusap punggungnya. Memberikan kata kata penyemangat dan menghibur untuk Alin. Setelah beberapa lama suara tangisan Alin sudah tak terdengar lagi. Alin tertidur di dalam dekapan Thomas. Thomas melihat Alin, tak tega dia membangunkan Alin. Thomas mengangkat tubuh Alin dengan bridal sytle. Thomas merebahkan tubuh Alin diatas ranjangnya. "Tidur lah sayang... lupakan kejadian hari ini menyakitkanmu. Bangun dipagi hari dengan senyuman dan semangat baru yang semakin baik." Thomas ingin mengecup bibir indah Alin tapi dia mengurungkannya, Thomas akhirnya mengecup dengan kasih sayang di dahi gadis kecil itu. Flashback off.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD