Part 8

984 Words
Flashback Alin terbangun keesokan harinya dikamar yang tak dia kenal.  "Ooh iya gue diapartemen Tom tom, gimana gue bisa lupa sih." Alin menepuk jidatnya sendiri. "Kriyuuuk," suara perut Alin berbunyi minta diisi makanan. Alin lupa kalau tadi malam dia belum makan apapun, Alin keluar kamar celingak celinguk mencari dimana Thomas tapi yang dicari tak ada. Alin sangat kelaparan dan menemukan nasi goreng yang masih hangat disana dengan sebuah kertas disana. "Aku ada urusan kerja. Jika butuh sesuatu hubungi nomor 0813xx988xxx itu nomor asistenku. Dia akan memenuhi semua kebutuhanmu Thomas" Alin kecewa dengan pesan yang ditinggalkan Thomas. Alin menginginkan Thomas berada disampingnya, menemaninya tapi sepertinya Alin berharap terlalu tinggi. Thomas bukan seorang pengangguran atau anak kuliahan yang selalu bisa menemani dirinya kemanapun dia pergi. Ekspetasinya pada Thomas terlalu tinggi tak sesuai realita. Waktu sudah menunjukan jam 6 sore, Alin dilanda kebosanan, dia sudah memesan begitu banyak pizza dan makanan yang lainnya. Alin juga menyuruh Rio asisten Thomas untuk mencarikannya baju ganti sesuai dengan selera dan ukurannya. Alin merasa sangat sangat bosan Thomas dari tadi tak bisa dihubungi. Alin berjalan mengelilingi apartement Thomas. Apartement Thomas termaksud besar dengan empat ruangan, 3 kamar tidur dan 1 lagi ruang kerja Thomas berserta balkon yang luas untuk bersantai. Alin masuk satu persatu kamar tersebut, kamar pertama kamar Thomas dan dia tempati tadi untuk tidur. Kamar kedua sepertinya kamar tamu interior kamarnya sangat bagus dan sangat maskulin dengan wallpaper warna dark grey dan kamar ketiga sangat gelap.  Alin mencari saklar lampu dan menghidupkannya. Betapa tak percaya Alin saat melihat kamar tersebut. Kamar itu di d******i dengan warna merah dan hitam, ada beberapa borgol dan cambuk disana. Alin memegang semua alat tersebut dengan heran.  Ini semua untuk apa? Buat apa Thomas menyimpan semua ini di dalam kamar seperti ini? Juga ada sebuah ranjang tepat ditengah tengah ruangan serba merah dan hitam itu. Alin menyentuh ranjang merah itu. Duduk di samping ranjang melihat disekitarnya. Semua alat yang dipegang Alin sangat bersih tak debu disana. Tiba tiba lampu kamar mati, hanya lampu dari lemari borgol dan alat-alat aneh itu yang hidup. Alin ingin keluar kamar tersebut tapi pintu kamar tertutup, Alin sangat ketakutan. Alin berlari membuka pintu kamar tapi terkunci, dia takut terjebak didalam sini. Ini salahnya yang penasaran dan ingin tau hal yang tak seharusnya dia ketahui. Terdengar laki kaki... Alin melihat ke arah tersebut, ada bayangan orang disana. "Siapa? Keluar tunjukan dirimu, aku memegang senjata," teriak Alin dengan sok berani padahal aslinya dia sangat ketakutan. "Kau seharusnya tak berada dikamar ini Alin," suara Thomas terdengar sangat berat dan dingin. Thomas sekarang berada tepat di hadapan Alin yang ketakutan. "Maaf... aku salah kak Thomas. Aku salah, biarkan aku keluar dari kamar ini kak." "Apa kau tak ingin tau semua ini fungsinya untuk apa?" Alin langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Hahaha kamu masih sangat polos Alin. Tak baik jika kamu terlalu lama diapartemenkj, nanti aku bisa lepas kendali," ujar Thomas dengan santai. "Kak aku... aku.. ingin tau itu untuk apa?" Alin memberanikan dirinya menujuk pada sebuah tiang "dan itu borgol untuk apa? Tali itu untuk apa? Lalu ini cambuk untuk apa?"  Alin sangat penasaran dengan segala macam fungsi alat-alat tersebut.  Thomas tersenyum menyeringai melihat tingkah Alin. Alin menjadi malu sendiri walau tadi dia menggelengkan kepalanya kepada Thomas tapi karena rasa penasarannya dia memberanikan diri unruk bertanya dari pada dia tak bisa tidur karena penasaran. "Itu semua untuk fantasi s*x Alin." Alih masih bingung dengan perkataan fantasi s*x. Yang Alin tau bercinta diatas ranjang atau sesekali dikamar mandi seperti yang dia lihat disitus video porno yang diakses di youtube. Thomas mengerti Alin pasti bingung lalu melanjutkan penjelasannya lagi. "Jika aku bercinta dengan wanita, wanita itu harus mau ku buat seperti ini. Ada sensasi tak biasa saat bercinta jika dengan diborgol, dicambuk dan disiksa. Mendengar jeritan dan teriakan memohon mereka membuatku makin bergairah." "Kamu berarti bercinta dengan sadis?" "Iya aku seperti itu." ucap Thomas dengan tegas. "Jadi apa kamu masih mencintaiku? Hahaha. Jangan sia-sia kan waktumu bersama pria sepertiku Alin. Kamu masih muda carilah pria yang seumuran denganmu dan bukan sepertiku." Thomas berjalan keluar pintu.  Alin tak bisa membiarkan Thomas pergi, dia sangat mencintai Thomas. Dia tak akan membiarkan Thomas meninggalkannya. Alin berlari mengejar Thomas dan memeluknya dari belakang. "I'am yours Thomas. Aku ingin kak Thomas melakukan hal tersebut denganku, I love you Thomas." Thomas terkejut mendengar perkataan Alin. Alin menyerahkan dirinya pada pria seperti Thomas. Alin sudah tau dia punya kelainam sexsual dan masih tetap mencintai dirinya. Thomas membalikan badannya menghadap Alin, melihat wajah Alin secara dekat dan berkata... "Pulanglah Alin... jangan mencintaiku, jangan keras kepala." Thomas berkata dengan tegas pada Alin. "Aku tak mau pulang!!! Aku mau dengan kak Thomas, aku mau menyerahkan diriku untuk kak Thomas. Semuanya hanya untuk kak Thomas." Alin berteriak pada Thomas dan melucuti semua pakaiannya yang dia kenakan. "Alin!!! Jangan gila kamu. Hentikan itu Alin!!! Pakai bajumu." Thomas memalingkan wajahnya membentak Alin dengan keras. "Kak lihat aku... aku ingin bercinta denganmu kak." Alin hanya tinggal memakai pakaian dalam bra and underware. Thomas tak memperdulikan Alin, membalikan badannya meninggalkan Alin. Alin tak mau menyerah dia mengejar Thomas lagi lalu memeluknya dari belakang.  "Please kak miliki aku kak... aku mohon kak." Alin terus mengiba dan memohon pada Thomas. Thomas menutup matanya, entah kenapa kedua gunung kembar Alin yang berukuran biasa saja menempel pada punggung Thomas memberikan dia sensasi yang berbeda dengan wanita wanita yang ditidurinya. "Jangan menyesal dengan pilihanmu Alin." "Aku tak akan menyesal... aku ini hanya milik Thomas." Thomas langsung mendorong tubuh Alin kedinding, melumat bibir Alin dengan napsu yang memburu. Tangannya kanannya memegang kedua tangan Alin, tangan kiri meremas salah satu gunung kembar Alin.  Alin menikmati ciuman dan remesan tangan Thomas ditubuhnya. Thomas memang sangat lihai memperlakukan seorang wanita. Thomas melepaskan ciumannya dan melihat Alin. "Yakin kamu siap?" Alin menganggukan kepalanya. Thomas menggendong Alin masuk ke dalam kamar s*x nya Thomas. Merebahkan Alin disana. Thomas membelai tubuh Alin dengan sangat lembut. Alin merasa sangat b*******h dengan perlakuan Thomas.  "Aaahh kak aah." desahan Alin terdengar sangat merdu dipendengaran Thomas.  Thomas menyesapi ujung gunung kembar Alin dengan sangat bernapsu. Alin menggeliatkan tubuhnya tak karuan, dia benae benar tak bisa menolak semua sentuhan dari Thomas. Ini kan yang diingankan Alin menyerahkan dirinya seutuhnya pada Thomas pria yang dia cintai. *•*•*•*•*•*•*•*•*•*•
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD