Lanjutan chapter 8 masih flashback yaa...
Thomas terus membelai tubuh mungil Alin. Gadis itu terlihat begitu lucu dan polos, pandangan matanya menatap Thomas penuh dengan cinta. Thomas seketika menghentikan gerakan tangannya. Kesadarannya kembali, dia tak bisa menyentuh gadis kecil itu. Alin menyadari tatapan mata Thomas berubah, tak lagi ada nafsu disana. Thomas beranjak menjauhin tubuh Alin dan duduk disisi ranjang.
"Thomas kenapa berhenti?" tanya Alin dengan suara yang sangat lembut dan menyentuh punggung Thomas.
"Hentikan Alin. Stop semuanya." Thomas membentak Alin.
"Aku tak peduli yang aku mau cuman kak Thomas," teriak Alin.
"Pakai pakaianmu dan segera keluar dari apartemenku. Kamu tak boleh ada disini!!!" Thomas mengusir Alin.
Sudah cukup Alin berada diapartementnya. baru sehari saja Alin disana Thomas hampir merusak Alin, bagaimana jika Alin terus menerus disana. Bisa bisa Alin jadi b***k nafsunya, dia tak bisa menyakiti Alin.
Jika nanti Alden dan Erika tau Alin berada diapartement tentu akan membuat Erika salah paham. Seandainya Alden tau kalau dia tadi hampir merenggut kesucian Alin bisa rusak persahabatan mereka. Yang Thomas khawatirkan bukan Alden tapi Erika. Thomas sangat khawatir Erika akan marah dan kecewa padanya. Thomas tak bisa melihat wajah Erika yang sedih dan menangis.
Thomas memakai bajunya dan pergi meninggalkan Alin di apartement. Lebih baik dia menjauh untuk sesaat dari gadis itu, Thomas melihat kamar s*x nya dan setelah memastikan Alin tak ada disana Thomas mengunci pintu kamar. Thomas menyesal telah mengusir Alin bukan maksud Thomas untuk melakukan itu tapi ini semua demi kebaikan Alin sendiri. Thomas memutuskan untuk menginap di hotel dekat kantornya umtuk menghindari Alin.
Alin berada dikamar tamu sambil menangis, dia merasa terhina karena Thomas menolaknya. Dia sudah seperti seorang w************n menggoda, menyerahkan dirinya pada Thomas. Air mata nya tak berhenti mengalir di kedua pipinya.
Thomas mendengar ada suara menangis dari kamar tamu, Thomas bernapas lega Alin tak benar benar pergi. Thomas sangat khawatir jika Alin beneran memilih pergi setelah dia usir dan mendapatkan penolakan dari dirinya apa lagi sekarang sudah malam.
*********
Sudah 3 hari Thomas tak kembali ke apartementnya dan selama itu makanan juga segala kebutuhan Alin sudah disedia kan. Alin merasa dia semakin ditolak oleh Thomas, Alin merasa cintanya pada Thomas tak terbalaskan.
Alden dan Erika juga Lucy kebingungan mencari Alin. Alden menghubungi Thomas tapi Thomas berbohonh dengan mengatakan dia sedang diluar negeri dan tak mengetahui dimana Alin. Alden meminta tolong pada Thomas untuk mencari dimana Alin. Thomas menyanggupinya, Alden tau siapa Thomas dan sisi dunia gelapnya.
Thomas seorang mafia yang tak bisa pandang sebelah mata, dibandingkan Thomas, Alden tak ada apa apa nya. Erika juga menghubungin Thomas, dia tau Alin menyukai dirinya. Thomas menutupi keberadaan Alin pada mereka, dia yakin jika Alin kembali pada keluarganya Alin makin berulah. Thomas mengerti Alin yang masih abg labil yang sedang jatuh cinta pada pria yang salah seperti dirinya.
Thomas akan kembali ke apartementnya dan berbicara serius dengan Alin. Thomas mengkhawatirkan gadis kecil itu menempuh jalan yang salah. Saat Thomas berada diapartementnya dia tak menemukan Alin. Thomas menghubungi anak buahnya untuk mencari dimana posisi Alin berada. Tak lama Thomas mendapatkan posisi Alin, Alin berada di salah club malam miliknya. Thomas bergegas menuju club nya dan menyuruh anak buahnya untuk mengamankan Alin.
Setelah Thomas sampai di Club malamnya, dia melihat penampilan Alin yang sangat berantakan. Rambutnya acak acakan dan pakaian yang dikenakannya sangat sexy, pakaian yang tak pantas dikenakan gadis berumur 18 tahun.
"Alin pakaian apa yang kau kenakan," bentak Thomas pada Alin.
"Hehehe pakaian wanita dewasa, yang biasa dikenakan wanita wanita disana," tunjuk Alin pada wanita wanita yang memakai baju yang sangat sexy.
"Jangan perintah perintah aku, aku mau minum lagi. Minumannya enak loh Thomas." Thomas makin marah Alin malah mabuk sekarang.
Alin mengambil gelas minumannya lagi, Thomas langsung memegang tangan Alin. "Jangan minum lagi. Cukup Alin!!"
"Apa urusan lo melarang gue minum!! Siapa lo melarang gue!! Lo bukan siapa siapa gue Thomas. Lo ga berhak melarang gue. Suka suka gue dong. Berisik lo Thomas." Alin berteriak pada Thomas.
"Alin!!!" Thomas mengangkat tubuh Alin. Alin meronta ronta minta diturunkan tapi Thomas tak memperdulikannya tetap membawa Alin.
Thomas membaringkan tubuh Alin di ranjang. Kepala Thomas sangat pusing melihat kelakuan Abg labil seperti Alin, Thomas yakin cinta Alin padanya hanya cinta sesaat, cinta monyet dengan seiringnya waktu pasti akan menghilang dengan sendirinya.
Thomas melihat wajah Alin yang terlihat tertidur dengan nyaman. Gadis kecil minum minuman keras, dia menggelengkan kepalanya menghilangkan bayangan Alin yang tadi tertawa sambil meliuk-liukan tubuhnya mengikuti irama music disc joke. Thomas begidik ngeri pada kelakuannya sendiri, dia merasa seperti p*****l yang menyukai anak dibawah umur. Thomas memijat kepalanya yang tak pusing, memikirkan kelakuan Alin.
Paginya Alin terbangun dengan kepala yang sangat pusing. Perutnya mual dan dia ingin muntah.
"Kamu sudah bangun gadis pemabuk." Thomas menyapa Alin yang baru bangun jam 11 siang.
"Kepala ku pusing, aku pengen muntah kak," rengek Alin pada Thomas.
"Nih minum." Thomas menyerahkan obat pereda mabuk dan teh hangat untuk mengurangi rasa mual Alin.
Saat meminum obatnya Alin bertanya pada Thomas kenapa ada Thomas disini, bukannya Thomas sudah pergi selama 3 hari.
"Kamu ingat ga kelakuanmu saat mabuk?" tanya Thomas tepat di depan wajah Alin.
Alin menyerengitkan keningnya, dia berusaha mengingat kejadian yang dia alami. Alin kaget dia merasa sangat malu dan dengan resfleks langsung menyemburkan teh tepat di wajah Thomas.
"Aah maaf kak ga sengaja, maaf kak," teriak Alin bingung dan berlari mencari tissue. Thomas menghela napasnya lagi, kayaknya dia harus extra sabar menghadapi gadis berumur 18 tahun ini.
"Alin... aku ingin berbicara serius denganmu."
"Ada apa kak?"
"Kamu tak ingin pulang? Tante Lucy, Alden dan Erika sangat mengkhawatirkan kamu. Mereka tak mengetahui kalau kamu berada diapartementku. Pulanglah Alin..." Thomas berkata dengan lembut pada Alin.
"Aku ga mau pulang!!! Kalau aku pulang nanti aku ga boleh lagi bertemu sama kak Thomas, pasti dilarang untuk bertemu kak Thomas. Aku sangat sayang sama kak Thomas, aku ingin jadi kekasih kak Thomas," ujar Alin dengan agresif pada Thomas.
"Alin jangan seperti itu Alin." Thomas masih menjaga suaranya agar tetap lembut.
"Pokoknya aku ga mau. Aku mau nya sama kak Thomas, kalau bukan kak Thomas aku ga mau." Alin berdiri dan pergi ke kamar mandi.
Thomas berfikir dia harus melakukan sesuatu untuk membuat Alin berpaling padanya. Sakit hati dan meninggalkannya.
********
Seminggu kemudian...
Hubungan Alin dan Thomas semakin membaik. Thomas juga merasa aneh seharusnya dia bersikap kejam pada Alin tapi kenapa malah sebaliknya.
"Kak apa kak Thomas menyukaiku?"
"Tentu saja aku menyukaimu Alin." Thomas tersenyum lembut pada Alin.
"Kak baru kali ini kakak bisa tersenyum seperti ini. Sering sering senyum dong kak, kalau kakak tersenyum jadi makin cakep deh," ujar Alin dengan sangat bahagia melihat Thomas tersenyum padanya.
"Haha kamu bisa aja sih Lin. Perkataanmu ini sama persis dengan apa yang diucapkan Rika dulu"
"Rika siapa kak?" Alin menjadi penasaran.
"Erika Anastasia."
"Ooh kak Erika. Kak Erika memang yang terbaik kak, udah orangnya cantik, baik, pintar pokoknya yang terbaik deh," puji Alin untuk Erika.
"Yaa begitulah wanitaku, dia selalu yang terbaik hahaha." Thomas tertawa miris mengingat Erika.
Alin terdiam, Thomas mengatakan Erika adalah wanitanya? Apa mungkin wanita yang dicintai Thomas adalah kak Erika? Thomas juga dulu berkata merelakan wanita yang dia cintai menikah dengan lelaki pilihannya. Alin menggelengkan kepalanya tak mungkin kak Erika wanita yang dimaksud.
Thomas mengajak Alin kesalah satu club nya. Banyak wanita melihat Alin dengan tatapan sinis dan tak suka tapi Alin tak memperdulikannya, sekarang dia lah wanita yang bersama Thomas. Alin dengan percaya diri berjalan disamping Thomas menautkan lengannya dengan lengan Thomas. Thomas meminta Alin untuk menunggu di dalam kantor Thomas dan tak boleh keluar dari ruangan tersebut. Setelah Alin menunggu Thomas selama tiga jam akhirnya Thomas datang ke kantor nya tapi ada yang aneh dengan Thomas.
Thomas merasa gelisah, badannya terasa panas, wajahnya memerah dan dia sangat b*******h ingin menuntaskan hasrat sexsualnya yang datang secara tiba tiba. Thomas tak pernah begini, dia selalu bisa menguasai emosi dan nafsunya tapi kenapa sekarang berbeda. Thomas teringat tadi saat rapat dengan beberapa anggota mafia dia meminum segelas wine. Apa mungkin dia diberi obat perangsang oleh diantara mereka.
Thomas langsung memeluk Alin, dia memegang wajah Alin melumat paksa bibir Alin. Alin sampai kewalahan menerima ciuman Thomas saat ini, Thomas tampak berbeda memperlakukan dia saat ini. Thomas memegang seluruh tubuhnya dengan kasar dan liar. Menjambak rambutnya saat berciuman, memukul p****t Alin sampai Alin mengerang kesakitan. Thomas makin bersemangat untuk melakukan lebih dan lebih pada Alin dan entah mengapa Alin malah menikmati kekasaran Thomas.
Thomas menyesapi ujung gunung kembar Alin.
"Aaah..."
"Say my name bitch." Thomas meremas kasar p****t Alin.
"Tom... aaaah Tom."
Thomas menjauhkan wajahnya dari kedua gunung kembar Alin. Alin melihat Thomas dengan aneh.
"Maaf aku tak bisa melakukannya denganmu Alin." Thomas keluar dari ruang kantornya dan pergi entah kemana.
Alin merasa kecewa oleh Thomas, ini kejadian yang kedua kalinya Thomas menolak dirinya saat akan melakukan hubungan intim. Alin merapikan bajunya dia mau menyusul Thomas.
Alin berjalan sepanjang koridor dan mendengar suara desahan desahan pria wanita di salah satu ruangan dan sepertinya tidak dengan satu wanita tapi dua wanita. Alin bergidik ngeri membayangkan dua wanita dengan satu pria berhubungan seksual bersama. Alin memilih untuk tak menghiraukan hal tersebut tapi tunggu dulu Alin mendengar salah satu wanita berkata "faster tom"
Alin mendekatkan telinganya di balik pintu dan Alin makin penasaran, Alin memegang handel pintu yang tidak terkunci itu melihat pemandangan yang membuat hatinya hancur dan sangat sakit. Thomas berhubungan seksual dengan dua wanita. Alin menutup mulut karena terkejut dengan pemandangan itu. Tubuh Alin bergetar walau ini bukan yang pertama kali Alin melihat Thomas bercinta dengan wanita di depan kepalanya sendiri tapi kali ini rasanya berbeda. Kali ini lebih sakit hatinya.
"Kak berhenti kak, jangan bercinta dengan jalang-jalang itu," teriak Alin.
Thomas hanya melihat sekilas Alin kembali melanjut goyangan pinggul pada salah wanita disitu dan wanita yang lainnya menjilati tubuh Thomas.
"Kak hentikan itu kak, aku jijik melihatnya." Alin menutup matanya tak tahan melihat adegan mereka.
"Pergi lah gadis cantik, wanita sepertimu yang belum punya pengalaman seperti kami tak pantas melayani bos Thomas. Kembali lah beberapa tahun lagi setelah semua onderdil bodymu sudah tumbuh sempurna untuk bercinta bersama sama seperti ini," ujar salah satu wanita yang bercinta dengan Thomas.
"Pergi Alin... aku tak bernapsu denganmu. Para wanita-wanita ini lebih nikmat dari pada kamu aaahhh." Thomas mendesah saat wanita malam tersebut mengoral junior Thomas. Alin langsung menutup matanya, dia tak tahan melihat hal menyakitkan itu.
"Aaapaaah kamuu ingin bergabunh Alin aaah..aah... enak banget mulutmu aaah," suara Thomas terdengar mendesah lagi membuat hati Alin makin sakit.
Alin membuka matanya dia sangat jijik melihat percintaan mereka. Alin berlari keluar dari club malam dengan berderai air mata menjatuhi pipinya. Disepanjang perjalanan Alin menangis, memukul d**a nya yang terasa sangat sakit. Supir Thomas hanya diam melihat Alin menangis dari spion.
Keesokan paginya...
Thomas kembali ke apartementnya dengan sangat menyesal. Tadi malam dia diluar kendali karena pengaruh obat perangsang.
Thomas melihat Alin masih ada di dalam apartementnya tertidur di sofa.
Thomas membelai lembut rambut Alin, mata wajah Alin terlihat bengkak dan memerah. Thomas yakin Alin menangis semalam melihat kelakuannya, Thomas berfikir lebih baik dia bercinta dengan wanita wanita bayaran dari pada harus merusak dam merenggut paksa kesucian Alin.
Alin terbangun saat menyadari jari jemari Thomas menyentuh wajah dan rambutnya.
"Lepaskan tanganmu yang kotor dari wajah dan rambutku," suara Alin terdengar menahan amarah.
"Aku bisa menjelaskannya Alin... aku diberikan obat perangsang dan kalau aku kena obat perangsang pasti aku akan melakukannya dengan kasar dan terus menerus sampai hilang efek obatnya." Thomas berusaha memberi penjelasan pada Alin.
"Hahaha alasan klise, aku tak percaya. Aku lihat didepan mataku kamu menikmati dan mendesah dengan para w************n itu."
"Walau aku seperti itu tapi kamu masih menungguku disini dan tak meninggalkanku kan? Aku tau kamu sangat mencintaiku, selalu menerima, dan memaafkan segala kesalahanku" Thomas melihat wajah Alin dengan tenang.
"Aduuh terlalu percaya diri sendiri sekali anda Tuan Thomas Saputra. Anda mau tau kenapa aku masih disini?" Alin tersenyum sinis pada Thomas dan pancaran matanya terlihat sangat benci juga sangat kecewa dengan apa yang Thomas perbuat padanya.
"Karena kamu mencintaiku," ujar Thomas pelan dan ragu.
"Anda salah Tuan Thomas. Aku hanya ingin bertanya, apa kah wanita yang dulu kamu ceritakan padaku dan sangat kamu cintai itu adalah kak Erika?" tanya Alin.
Thomas terdiam dia tak bisa menjawab pertanyaa Alin, dia tau resiko nya. Jika dia mengatakan "iya" akan menyebabkan hubungan Erika dan Alin menjadi tak baik. Erika kakak ipar Alin tentu sangat menyakitkan saat mengetahui bahwa wanita yang dicintai oleh Thomas adalah kakak ipar nya sendiri.
"Jawab Thomas. Jawab!!! Aku bilang jawab!! Jangan jadi pengecut kamu!!!" Alin berteriak dengan kencang dan sangat marah pada Thomas.
"Apa yang sudah Erika berikan padamu? Keperawanannya sampai kamu ga bisa melupakan Erika itu!! Ooh apa jangan jangan kamu berselingkuh dengan kak Erika lagi dan bermain api dibelakang kak Alden? Hmm Erika sama saja seperti perempuan-perempuan murahan yang biasa kamu pakai dong."
"Diam kamu Alin. Erika bukan wanita seperti itu!! Erika wanita terhormat dan bisa menjaga dirinya," bentak Thomas tak terima Erika di rendahakan.
"Bela terus perempuan murahan itu," teriak Alin makin tak terkendali.
"Plak"
Alin terdiam.
Tamparan Thomas tepat kena di pipinya, meninggalkan warna merah disana.
Untuk beberapa saat mereka saling diam, Alin masih shock dengan memegang pipinya dan Thomas melihat tangannya tak percaya dia sudah menampar Alin.
"Terima kasih atas segalanya. Mulai sekarang dan seterusnya kita hanya orang asing dan tak saling mengenal." Alin meninggalkan apartement Thomas dan kembali ke rumah mama nya Lucy.
*•*•*•*•*•*•*•*•*