Part 4

1020 Words
Thomas berada di hotel mewah tempat dia menginap beberapa hari ini. Thomas pergi ke London untuk bertemu dengan mommy nya Gloria juga ada urusan pekerjaan. Thomas sengaja tidak tinggal dirumah Gloria karena disana ada suami Gloria.  Gloria sudah menikah kembali dengan seorang pengacara di London dan memiliki seorang anak lelaki yang berumur 3 tahun sedangkan Doni daddy Thomas sudah meninggal 4 tahun yang lalu.  Meninggalanya Doni membuat Thomas harus mengambil alih perusahaan tapi ternyata bukan hanya perusahan tapi bisnis gelap daddynya. Doni Saputra ternyata seorang pembisnis dan salah satu mafia yang diseganani oleh orang orang aliran bawah tanah. Bisnis yang dijalaninya mencakup sampai ke beberapa negara terutama di Italia dan London.  Thomas sebenarnya tak ingin menjadi penerus mafia tersebut tapi dia tak bisa menolaknya, perusahaannya berhubungan dengan segala bisnis gelap yang dia tanganin sekarang ini. Berkat tangan dingin Doni Saputra perusahaannya membuat semua berjalan dengan seiring seirama.  Thomas merebahkan dirinya di kasur, Thomas tadi seperti melihat Alin walau hanya sekilas tapi sudah 4 tahun Alin menghilang dari Jakarta. Bagi Thomas sekarang hanya Alin satu satu nya wanita yang berhasil membuatnya menangis dan sangat terluka saat kehilangannya. Thomas mengeluarkan foto Alin dari kopernya, melihat wajah gadis kecil yang dia rindukan. "Aku merindukanmu Alin, aku sangat merindukanmu. Apa kamu bisa memaafkan dan menerima aku kembali sayang? Kamu dimana sekarang Alin, aku merindukan mu my little girl Alina" Thomas menutup matanya mengingat kenangan indahnya bersama Alin 4 tahun yang lalu. Flashbback  Alin setelah pulang sekolah dengan semangat perjuangan 45 datang ke perusahaan Thomas bermaksud untuk mengembalikan jas Thomas yang dia pakai km waktu malam itu menggendong Alin. Memang butuh waktu 2 minggu untuk Alin mengembalikan jas nya setelah selesai ujian nasional untuk kelulusan Alin.  Alin sekarang sudah berada di lobby perusahaan Thomas. "Selamat siang kak," sapa Alin ramah pada resepsionis. "Selamat siang, ada yang bisa saya bantu dik," balas resepsionis dengan senyum pada Alin. "Kak mau ketemu sama kak Thomas, nih." "Ooh ada keperluan apa yaa dengan pak Thomas Saputra? Dan adik ini nama nya siapa ya?"  "Banyak kak keperluannya kak sampai aku susah menyebutkannya dan ada pesan juga dari mama nih, ooh iya nama aku Alina," jawab Alin mencari alasan agar bisa masuk ke dalam kantor Thomas. "Ooh maafkan saya, saya tidak tahu kalau anda keluarganya pak Thomas. Silahkan masuk lewat lift lalu tekan tombol 18, disana nanti disana ada meja sekretarisnya pak Thomas tinggal konfirmasi aja disana." Alin menganggukan kepalanya tanda dia mengerti.  Saat sudah sampai di meja sekretarisnya Thomas tapi tak ada orang disana, Alin menunggu beberapa menit disofa ruang tunggu tapi tak kunjung ada sekretarisnya Thomas. Alin mendengar suara aneh diruang CEO, suara rintihan seorang wanita. Alin jadi penasaran dan ingin mengintip tapi dia tak dapa melihat apapun hanya suara saja karena makin jadi penasaran Alin membuka pintu ruangan Thomas.  Mata Alin terbelalak tas yang dibawa jatuh dilantai sehingga membuat Thomas dan Debora sekretaris Thomas melihat ke arah sumber suara tersebut. Alin tak bisa berkata apapun lagi, mulutnya menganga melihat adegan tak sepantasnya dia lihat. Alin melihat Thomas sedang bercinta dengan sekretarisnya sangat sakit hati Alin melihat hal itu.  Thomas tersenyum Alin dan Debora hanya diam saja.  "Maaf aku keluar dulu." Alin membalikan badannya akan keluar dari ruangan Thomas. "Alin tunggu." Alin menghentikan langkah kakinya. "Debora keluarlah ambil semua pakaianmu." Thomas memakai celananya kembali dan membenarkan pakaiannya yang berantakan. Sedangkan Debora dengan kesal keluar ruang tersebut. Memang Debora sudah mendapatkan kenikmatannya tapi dia belum puas jika hanya sekali saja melayani nafsu bos nya.  "Tutup pintunya Deb," teriak Thomas. Alin masih diam membatu bagaikan patung berdiri tegang disana. Thomas yang sudah berpakaian rapi berjalan mendekat Alin, Thomas memeluk Alin dari belakang. "Apa yang kamu lihat tadi adalah cara orang dewasa memuaskan napsunya, mendesah dan mencari kenikmatan," ujar Thomas mendekatkan wajahnya di leher Alin. "Bu--bukannya itu dilakukan kalau ada perasaan saling mencintai?" tanya Alin gugup. "Cinta dan napsu dua hal yang berbeda Alin, making love tidak perlu memakai perasaan cinta cukup napsu,"  "Ta–tapi bukan seperti itu kak, a–ku." "Kamu ingin mencobanya?" ujar Thomas menggoda Alin. "Kamu sudah mengganggu aku saat mencari kepuasan tadi dan kamu harus bertanggung jawabkannya. Aku suka lehermu Alin sangat sexy." Thomas menjilati leher Alin dan membuat tanda kepemilikan disana. Alin tak bisa berkata dan berbuat apapun, tubuhnya terasa kaku tapi juga dia merasa sensasi yang hebat saat Thomas menjilati lehernya dan mencium lehernya. "Aaaah," Alin mendesah, dia merasakan celana dalamnya basah.  Thomas menyeringai melihat reaksi Alin. "Kamu suka ini Alin?" Bisik Thomas dengan suara sensual di telinga Alin menjilatinya.  Alin tanpa sadar menganggukan kepalanya dia sangat terlena dengan perlakuan Thomas. Apa yang dilakukan membuat Alin seperti orang mabuk.  Thomas melihat wajah Alin yang memerah, dia memegang wajah Alin dan membelainya dengan lembut. Alin memejamkan mata, Thomas melumat bibir Alin dengan perlahan dan lembut. Alin membalas ciuman Thomas dengan kaku hanya mengikuti cara Thomas memperlakukan bibirnya. "Kamu kaku sekali Alin... apa ini ciuman pertamamu?" "I–iya kak... aku belum pernah berciuman dengan siapapun." "Sekarang kamu sudah mulai bisa berciuman Alin." Thomas masih terus menciumi bibir Alin, ciuman Alin yang kaku mengingat dia pada Erika. Saat dia pertama kali berciuman dengan Erika, Erika juga sangat kaku begitu pun dengan Alin. Walau ciuman Alin kaku membuat Thomas semakin ingin tarus berciuman denganmya.  "Sudah cukup untuk saat ini," ujar Thomas lalu kembali dikursi meja kerjanya. Alin tak bisa berkata apapun, dia merasa tak percaya dengan apa yang terjadi. Thomas mencium dirinya lagi bahkan sekarang Thomas menjilati leher dan telinganya benar benar hal yang tak pernah Alin duga sebelumnya. "Ada perlu kamu kesini?" tanya Thomas dengan dingin. "Ooh aku mau mengembalikan jas kak Thomas dua minggu yang lalu. Maaf yaa kak terlambat aku baru selesai ujian nasional," jawab Alin sambil menundukan kepalanya. "Yaa sudah kalau begitu pulang lah." "Eeh iya kak." Alin membalikan badannya menuju pintu lagi, Alin berharap Thomas menahannya seperti tadi dan melakukan hal yang lebih. "Kak...  "Ada apa?"  "Aku mencintaimu kak..." Alin langsung berlari meninggalkan ruangan Thomas.  Thomas  tertegun mendengar ucapan Alin yang mengatakan mencintainya bukannya Thomas tak menyadari bahwa Alin menyukainya. Thomas tersenyum kecil saat teringat di kafe dulu, terlihat kekecewaan dari wajah Alin saat Thomas pergi begitu saja dari hadapan Alin tapi sebenarnya Thomas tidak pergi dia menunggu Alin keluar dipintu kafe.  Gadis kecil itu tidak menyadari adanya dia yang mengikutinya, Alin jalan menunduk sehingga menabrak dirinya. Alin tetap berjalan sendiri, Thomas mengikutin Alin dari belakang, Thomas tak tega meninggalkan gadis itu sendirian di malam hari.  Tanpa Thomas sadari secara perlahan Alin mulai bisa masuk ke dalam perasaan dan pikirannya. Flashback off *•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD