“Xavier ... Xavier ...!” Panggilan James yang berkali-kali tak digubris olehnya, perasaan marah dan juga kecewa sudah tertanam dalam dalam diri Xavier, hingga sama sekali tiakd mempedulikan sang Papah. Sungguh, sampai saat ini perasaan amarah dan juga dendam atas kepergian sang Mamah, masih membuatny belum bisa mengikhlaskannnya. Xavier membanting pintu kamarnya dengan keras, hingga suara itu terdengar jelas di telinga James yang masih berada dibawah. Ia tahu, kemarahan Xavier sangat mengebu-gebu. Sifatnya ini memang berubah pasal kepergian Caroline, istri tercintanya. James mengusap seluruh wajahnya seraya menghela napasnya. ‘Caroline, aku tidak tahan denagn perlakuakn Xavier, semenjak kepergiamu ia jadi semakin menjadi seperti ini.’ batinnya. ***** Di kamarnya, seorang gadis canti

