Bunga Mawar

1064 Words
Tiba-tiba, tepukan seseorang dibahunya menyadarkannya yang mmebuatnya langsung menoleh. “Siapa yang telpon?” tanya Tania yang sempat mendengar sedikit pembicaraannya tadi ditelpon. “Dari kantor yang Xena lamar tadi Tante." “Terus gimana kabarnya? Sepertinya tadi saya mendengar kalau besok kamu sudah bisa interview." Xena mengangguk seraya tersenyum manis. “Iya Tante, besok pagi Xena sudah dipanggil untuk interview.” “Nah, itu berita bagus. Biasanya perlu waktu lama agar bisa di panggil untuk interview, tapi kamu baru saja tadi pagi menaruh berkasnya tapi besok sudah bisa untuk di interview.” Perkataan Tania Langsung di tanggapi senyuman oleh Xena. “Ingat. Kamu jawab sesuai dengan keahlian kamu, kalau perlu kamu lebih-lebihkan, agar kamu bisa diterima di perusahaan tersebut. Supaya saya dan suami saya tidak melulu membiyayai hidup kamu terus.” ketus Tania dan langsung pergi. Xena menagngguk dan mengatakan. “Iya Tante.” ***** Bruak! Xavier menggebrak meja itu dengan keras, hingga membuat Lucas yang berada disana pun terkejut dengan tingkah atasannya itu. Rahangnya mengeras serta tatapannya tajam menusuk. Sungguh, kali ini ia benar-benar marah pada Jovita karena membawa kabur Blackcrad miliknya keluar negri. Dan pastinya wanita ular itu memakai semuanya dengan sepuas hati. Xavier benar-benar emosi dibuatnya. Hingga ia menghantam dinding yang berada di dekatnya dan menimbulkan suara yang amat kerbas. Bugh! Lucas langsung berdiri menghampiri bosnya. Ia tak mau atasannya ini akan melakukan hal bodoh seperti malam itu yang mabuk berbat. “Tenang Pak.” ucap Lucas mencoba menenangkan bosnya Xavier menatap Lucas. “Bagaimana saya bisa tenang, Lucas! Kalau wanita ular itu masih terus menguras harta saya!” “Saya sudah memblokir semua kartu kredit milik Bapak yang berada ditangannya Pak. Tapi untuk blackcard itu, saya mohon maaf Pak, saya lupa mengatakannya kalau ternyata karty itu masih ditangannya.” Xavier menghela napasnya, lalu duduk disofa ruang kerjanya dengan menyadarkan kepalanya di dinding tersebut, ia menelan salivanya. “Kamu keluar Lucas." “Maaf, Pak kalau kedatangan saya membawa berita yang kurang mengeenakan. Tapi say—“ “Keluar Lucas!” Belum sempat Lucas menyelesaikan perkataannya, namun Xavier sudah membentaknya terlebih dahulu dan berhasil membuat Lucas terdiam, ia mengangguk lalu segera keluar dari ruangan itu. Lucas benar-benar merasa bersalah memberitahu akan hal ini pada atasannya, namun apa pun yang terjadi ia sebagai asisten pribadi Xavier harus mengatakan sekecil apapun informasi yang didapat mengenai Jovita, dan semua yang berhubungan dengan bosnya ini. Matanya memerah, rahangnya kembali mengeras serta kedua tangannya pun mengepal kuat hingga memperlihatkan urat tangannya yang menegang tebrlihat jelas. “Saya pasti akan balas perbuatan licik kamu Jovita.” geramnya. Ia mengambil ponselnya yang berada disaku jaznyya lalu menghubungi orang suruhannya. Tak lama, panggilan itu tersambung dan ia langsung mengatakan sesuatu pada mereka. “Saya punya tugas untuk kalian semua. Ini tentang wanita ular itu. " ***** Xena kembali berjalan menuju kamar Arabelle. Gadis cantik berambut sebahu yang telah menunggunya dari tadi pun langsung tersenyum kearah Xena. “Siapa Kak yang nelpon?” “Eum ....” Xena berpikir sejenak, kalau sampai Arabelle tahu ia akan bekerja, pasti Arabelle akan bercerita pada Omnya dan pasti ia tidak dibolehkan untuk bekerja. Maka dari itu Xea memilih untuk tidak memberitahu dulu pasal ini. “Bukan siapa-siapa. tadi itu Cuma ... teman arisannya Tante,” “Ouh ... teman Mamah.” ucapnta yang langsung dianggukan oleh Xena “Yaudah Kak, kita lanjutin lagi yuk, melukisnya.” “Boleh, kalau gitu sekarang Kaka ajarin kamu ya.” Xena pun memberi contoh pola bunga mawar dengan hati-hati pada Ara, agar sepupunya itu bisa mengikutinya dengan mudah. Dan tak butuh waktu lama, gambaran pola bunga mawyab itu pun telah selesai, kini Xena tengah memberi warna pada lukisan bunga tersebut. Aksen warna merah menyala dan juga warna merah pekat ia aplikasikan pada lukisan bunga itu. “Wah ... bunganya bagus banget Kak.” puji Arabelle yang takjub akan lukisan yang dibuat oleh Xena Xena melihat kearah Arabrelle sekilas dengan senyumannya lalu kembali melihat kearah lukisannya. Tiba-tiba, senyumannya memudar melihat lukisan bunga mawar yang ia lukis itu mengingatkannya pada sesuatu yang menyangkut pasal tergedi kedua orangtuanya. Brak! Xena melempar lukisan itu denagn tatapan takut dengan terus memundurkan dirinya menjauhi lukisan tersebut. Ia terus menggeleng dengan napas yang myuali tak beraturan. Keringat dingin pun muncul dipelipisnya, sungguh lukisan mawar merah itu membuatnya benar-benar ketakutan hingga ia terduduk dan terus menjauhi lukisan tersebut dengan bibir yang gemetar. Arabelle yang melihat ekspresi Xena pun bingung, ada apa dengan sepupunya itu. Ia melihat kearah lukisan bunga mawar tersebut dan tak ada yang aneh menurutnya, tapi mengapa Xena terlihat begitu sangat ketakutan. Ara pun mendekati Xena, ia memerhatikan Xena yang sudah duduk memojok di sudut dinding kamarnya dengan posisi memeluk lututnya dan napas yang tak beraturan. “Kak Xena kenapa?” tanya Ara dengan nada lembut. Xena masih terdiam, ia terus menggeleng dengan jari-jari tangannya yang ia gigit, padangan matanya fokus pada lukisan itu. Ia benar-benar sangat ketakutan. Arabrelle yang bingung semakin tak mengerti akan sepupunya ini, ia tak tahu apa yang harbus dilakukan. “Kak Xena kenapa?” ulang Arabelle yang kembali bertanya pada Xena seraya memegang bahunya dengan lembut. Perlahan, Xena menunjuk lukisan itu dan berbbricarba dengan suara gemetar. “Itu ... dia jahat!” Arabelle melihat sesuatu yang ditunjuk oleh Xena. “Apa Kak? Siapa yang jahat?” “Dia jahat! Jahat ... Pergi kamu! Pergi ....” Xena terus berteriak seraya terus menunjuk bunga mawar itu, sungguh Arabelle benar-benar tak paham dengan Xena. Tapi melihat Xena yang semakin ketakutan hingga menjambak-jambak rambutnya sendiri, membuat Ara pun mendekati lukisan itu dan ketika ia ingin mengambilnya Xena berteriak. “Jangan! Dia jahat, Ara!” Arabelle menoleh, ia mengerutkan dahinya dan bingung dengan perkataan Xena. Atensinya kembali tertuju pada lukisan itu. “Ada apa dengan lukisan ini?” gumamnya. Xena yang masih duduk dipojok dinding itu masih merasakan ketakutan, ia mengigit jari-jemarinya dengan bolamata yang berkeliaran menyusuri ruangan itu. Arabelle tetap mengambil lukisan itu namun tidak ia perlihatkan pada Xena, ia berjalan dan menyembunyikan lukisan itu dibawah kolong tempat tidurnya, lalu kembali mendekati Xena. “Udah ya Kak. Kak Xena nggak perlu takut lagi, lukisanya udah nggak ada. Udah Ara buang.” ucapnya seraya memeluk Xena mencoba menenangkannya dengan mengusap lembut bahunya. Sontak Xena pun langsung memeluk erat Arabelle. ‘Sebenarnya ada apa sih dengan lukisan mawar itu? Mengapa Kak Xena jadi seperti ini. Apa yang salah dari lukisan tersebut. Aku harus tanyakan hal ini pada Papah nanti. Aku penasaran.’ batinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD