Chapter 02: Bertemu Lagi

1534 Words
Raka berlari menghampiri Chesa yang sudah keluar dari Kantin. Dia ingin sekali mengatakan banyak hal ke sahabat masa kecilnya itu termasuk hal yang berhubungan dengan perasaan. Hana dan Keisha yang menyaksikan Raka terlihat sudah mengenal Chesa pun merasa bingung dan heran sendiri. Saat sudah berhasil membuat Chesa terhenti dengan genggaman tangannya, Raka terkejut karena tingkah laku Chesa yang seolah-seolah membencinya. "LEPAS!" bentak Chesa. Sontak mata memutar ke arah mereka berdua. Raka melepaskan genggamannya. "Sa, gue mau ngobrol sama lo," pinta Raka. Chesa menggeleng. "Tapi gue enggak mau" singkatnya, kemudian berlalu begitu saja. Raka diam melihat punggung Chesa yang berangsur-angsur sudah tidak kelihatan sebenarnya, dia ingin sekali melihat Chesa bersikap sama seperti waktu kecil. Sikap yang lucu, periang dan selalu memasang senyum di hadapannya. "Mungkin lo udah benci segitunya gara-gara dulu gue pergi enggak pamit sama lo" kata Raka. Dia sekarang menyesal karena belasan tahun lalu pindah ke kampung halamannya tanpa mengucapkan satu kata apapun kepada Chesa, pikirnya. "Maafin gue, Ka" batin Chesa. **** "Temen lo kenal sama si Chesa?" tanya Hana dengan serius setelah mereka sedari tadi saling bergurau. "Kenal, udah lama malah." sahut Devian. Devian mendekatkan wajahnya ke muka Hana. "Chesa itu jadi orang pertama dihati nya Raka. Dia setiap hari curhat mulu dan berharap ketemu lagi sama Chesa," jelas Devian singkat, tapi sukses membuat Hana semakin iri kepada Chesa. Devian menjauhkan wajahnya dan bersimpuh seperti semula. "Jadi maksudnya, si Chesa itu cinta pertamanya Raka? Mereka udah jadian?" Hana menanya. Kini Keisha dan Hana menatap serius Devian, menunggu jawaban. Devian mengetupkan mata. "Kepo banget ya" Hana menghembuskan nafas, berusaha agar kesabarannya tidak habis. "Cepetan jawab!" Keisha sedikit berteriak. "Ya udah... iya. Tapi jangan bilang kalau gue nyeritain hal ini ya, ke kalian" Hana memutar bola malas setelah mendengar perkataan Devian. "Iya" Keisha menganggutkan kepalanya. "Iya" balas Hana dengan malas. "Raka sama Chesa sebenarnya udah sahabatan dari kecil. Katanya sih, Raka suka sama Chesa tapi mereka belum pacaran dan Raka pernah bilang waktu itu kalau dia bakal ngungkapin perasannya pas udah ketemu lagi sama Chesa" jelas Devian panjang lebar. "Kenapa Raka suka sama Chesa?" Hana melipatkan tangannya di d**a. "Nanya mulu kaya Dora" balas Devian, seharusnya dirinya lah yang di tanya lebih dalam karena dia teman akrab Hana yang sudah lama tak bertemu. "Yang bener, Vian" Hana menyabar. Panggilan itu sudah sangat dirindukan oleh Devian sejak lama dan berharap agar sapaan itu keluar dari mulut Hana. Devian sangat menyukainya. "Kalau alasan Raka suka sama Chesa jelas gue enggak tahu lah, lo tanya langsung aja sama dia nya" akhirnya Devian menjawab serius, sebagaimana adanya. Hana mengerti sekarang, apa yang harus dilakukannya.. "Owh... gitu. Gue berharap Raka sama Chesa jadian. Aminn..." bohong Hana, padahal dihati nya berkata hal yang berlawanan. Keisha menatap Hana dengan tatapan bertanya-tanya. "ini bocah kenapa? tadi waktu di kelas bilang kalau dia suka sama Raka. Lah... sekarang malah doain jadian sama si parasit" batin Keisha. Hana berpaling ke arah Keisha yang sedang menatapnya. Hana menginjakkan kakinya tepat di bagian punggung kaki Keisha. Pandangan Keisha lurus ke arah Devian. "Gue juga berharap kaya gitu" ucapnya. Baru saja menjadi bahan perbincangan, Raka muncul dan mendudukkan diri tepat di sebelah Devian. "Panjang umur lo, Bro" Devian menepuk bahu Raka. "Panjang umur? Maksudnya?" Raka tidak mengerti. "Ya... gue berdoa biar lo panjang umur, bukannya berterimakasih malah masang raut muka kaya gitu" Devian beralasan. "Oh ya, kenalin dia Hana, teman kecil gue yang sering gue ceritain" Devian menunjuk Ke arah Hana. Hana tersenyum. "Dan gue Keisha, sahabatnya Hana" Keisha memperkenalkan dirinya sendiri. "Iya. Salken" singkat Raka. "Lo tadi habis kemana?" tanya Devian. "Gue habis ngejar Chesa, eh... dia nya malah cuek udah gitu, pas ditanyain jawabnya singkat banget lagi." raut wajah Raka menekuk seolah-olah tidak memiliki gairah hidup. "Lo enggak tahu ya, kalau Chesa itu wataknya dingin bukan cuma ke lo doang tapi ke semua murid di sekolah ini, makanya dia enggak punya teman sama sekali. " ucap Hana yang berbanding terbalik dengan kenyataan. Pandangan Raka teralih ke arah Hana. "Serius?" tanya Raka dengan penuh rasa tak percaya. Sekenalnya, Chesa adalah seorang gadis yang periang sekaligus mudah bergaul saat masih menjalin persahabatan dengannya. Hana mengangguk cepat. "Iya. Kalau enggak percaya, tanya murid lain." Hana meyakinkan. Raka yang masih diselimuti keraguan hanya mengiyakan ucapan Hana karena dia yakin, pasti ada alasan kenapa Chesa berubah drastis. ****** Chesa memakirkan sepeda tepat di samping rumahnya. Dia masuk ke dalam rumah, mendudukkan diri di kursi kayu yang di bagian bawahnya sudah terlihat sedikit rapuh. Sejak melihat Raka, Chesa memikirkan kenangan-kenangan yang dia buat bersama Raka. Kenangan masa kecil yang indah. Tak terasa bulir bening menetes dari kelopak matanya. "Andaikan bisa kaya dulu lagi," gumamnya. Dulu waktu Chesa berusia 7 tahun, hidupnya terasa sangat sempurna karena begitu banyak orang yang menyayangi nya. KRREEEKK Suara pintu yang terdengar seperti di buka, pertanda seseorang masuk ke rumahnya membuat Chesa duduk tegap sembari mengusap air matanya. Terlihat ibunya, Rumaisa beserta Lova, adiknya masuk. "Tumben jam segini udah pulang, Mah?" sambut Chesa dengan pertanyaan. Rumaisa melepaskan gendongan Lova. "Ibu dipecat" sahut Rumaisa. Chesa mengernyitkan dahi. "Kok bisa?" bingungnya. Rumaisa menghembuskan nafas, berusaha bersabar. "Karena enggak boleh bawa anak" jawabnya. Sejak suaminya meninggal karena kanker, Rumaisa merasakan susahnya menjadi single parent, mencari uang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidup. "Kamu sebaiknya berhenti sekolah aja. Mamah enggak bisa ngasih kamu uang saku setiap hari," kata Rumaisa. Mata Chesa sontak membulat sempurna. "Enggak, Mah. Nanti beasiswa Chesa mubazir, lagian kalau enggak ada uang saku yaudah enggakpapa" tolak Chesa secara halus. "Terserah kamu, asalkan kamu jangan nagih uang saku setiap pagi mulai hari ini." ujar Rumaisa dengan tegas. Chesa dengan terpaksa mengiyakan. Mulai hari rabu besok, dia harus menahan nafsu makan sebisa mungkin. ***** Hari masih pagi buta. Chesa mengendarai sepedanya, berniat untuk masuk ke sekolah lebih awal karena dirinya akan melaksanakan tugas piket. Sekolah terlihat hening dan satu murid pun belum muncul kecuali Chesa. Chesa tersenyum bahagia, setidaknya orang yang mengganggu nya saat piket. Pintu di buka oleh tangan kurusnya, lantai kelas tampak berdebu, papan tulis yang masih terdapat coretan bekas materi yang di berikan kemarin oleh guru, dan juga beberapa kursi yang berantakan. Semua murid di kelasnya tidak ada yang mau melaksanakan tugas piket hanya dirinya lah yang sukarela melakukannya. Chesa bahkan sudah dianggap sebagai pembantu oleh teman-teman sekelasnya. Chesa menyapu sembari bernyanyi riang melantunkan lagu lovesick girl milik Blackpink. Raka yang berangkat awal karena tugas piket juga, tiba-tiba saat hendak masuk dia melihat Chesa begitu bahagia. Raka tersenyum senang, dia mengurungkan niat memasuki kelas dan memilih untuk memantau Chesa. Tiba-tiba Hana dan Keisha datang, Chesa seketika diam menghentikan aktivitas menyanyinya. Keisha sengaja menghentakkan sepatu kotornya berkali-kali. Chesa menyabar, hal itu sudah biasa. "Jalang" bisik Hana tepat ditelinga Chesa. Hati dan perasaan Chesa memanas, dia boleh dikatai parasit atau apapun itu tapi dia tidak terima jika dimaki dengan kata jalang. Chesa sontak menatap tajam Hana dan tak lama kemudian, sebuah tamparan mendarat di pipi tirus Hana. Hana baru saja akan membalas, tapi saat menoleh ke arah jendela dia melihat Raka. Hana menangis pura-pura. Raka yang melihat hal itu merasa terkejut atas perilaku Chesa. Keisha ganar, biasanya Hana selalu melawan balik tapi kali ini sebaliknya. "Lo kenapa sih?" Mata Hana mengisyaratkan agar Keisha melihat ke arah jendela. Kepala Keisha menengok seperti yang di isyaratkan Hana, dia sudah mengerti sekarang. Keisha memeluk Hana dan mengusap punggung sahabatnya itu. "Lo kenapa sih, Sa? Hana udah baik sama lo" bibir Keisha melengkung. Hana terus mengalirkan air mata palsu. "Dasar!" Chesa menyenggol pundak Keisha dengan kasar dan berlalu begitu saja. Saat melihat Raka, Chesa acuh. Raka terkejut, dia tidak menyangka yang dilihatnya barusan. Raka kemudian menghampiri Hana dan Keisha. "Lo liat kan dari tadi?" Keisha sadar saat Raka berada di dekatnya. "Ya. Tapi dia enggak mungkin kaya gitu tanpa sebab," tegas Raka. "Percaya enggak percaya, tapi itu kenyataannya. Chesa emang udah dari dulu sikapnya enggak baik" ujar Keisha berusaha membuat Chesa buruk dimata Raka. "Duduk yuk" Keisha menuntun Hana ke tempat duduknya. ***** Kelas hening dan sepi karena seluruh murid sedang mengisi perutnya, bersiap untuk menghadapi beberapa materi agar bisa dicerna oleh otak. Hana dan Keisha yang sedang berdua di kelas kini sedang menumpahkan emosi yang dia pendam tadi pagi. "Dasar parasit! beraninya dia nampar gue," kesal Hana sembari meremas kuat kertas yang sedang digenggam nya. "Kita harus beri dia pelajaran!" Keisha bangkit, mengajak Hana mencari keberadaan Chesa. ****** Devian dan Raka sedang berjalan menuju kantin. Tiba-tiba mata Raka melihat Chesa sedang menyendiri di bangku kantin sembari melamun, terlihat sedih. Raka hendak menghampiri, tapi Hana dan Keisha terlebih dahulu mendekati Chesa. "Kenapa lo? Kok berhenti?" tanya Devian yang melihat Raka mematung. "Enggak," balas Raka melanjutkan langkahnya. Mata Raka sesekali memperhatikan saat Hana dan Keisha berbicara dengan Chesa. "Lo dari tadi merhatiin siapa sih?" Devian penasaran. Raka menoleh. "Enggak. Perasaan lo aja kali" ucap Raka dengan santai. Walaupun makanan sudah terpampang di hadapannya, Raka tetap tak bisa melahapnya karena matanya terlalu fokus ke arah Chesa. Hana dan Keisha terlihat bangkit begitupun Chesa. Raka penasaran dan dia ikut-ikutan beranjak. "Heh... lo mau kemana?" Devian mencegat. "Ke kamar mandi," bohong Raka. Hana, Keisha dan Chesa berhenti di depan perpustakaan yang keadaannya terlihat sepi. Raka mengintip, bersembunyi dan pada saat itu lah dia mengetahui bahwa dirinya telah salah menilai orang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD