CHAPTER 07: Lena

1534 Words
Baik Raka maupun Chesa, semuanya diam tak ada yang mau melontarkan pertanyaan. Chesa sendiri merasa canggung karena ini baru pertama kalinya dia ikut naik dimotor Raka. Entah kenapa semenjak Devian jujur mengatakan memukul Chesa untuk memberi pelajaran agar tidak menganggu Hana lagi, Raka menjadi kasihan kepada Chesa. Raka melupakan kebencian pada gadis yang ada di belakangnya kini. Dia bahkan curiga atas sikap Chesa yang tiba-tiba berubah dan hubungannya dengan Hana, si anak pemilik sekolah. Tes Tes Rintik-rintik hujan mulai turun dari awan perlahan berwarna kelabu sesekali bunyi petir datang menggelegar. Chesa panik karena takut kebasahan terlebih lagi, seragam yang dikenakannya sekarang akan dipakai lagi besok. "Lo bawa jas hujan nggak?" "Enggak. Gue lupa," "Nepi dulu gih," perintah Chesa, namun Raka menggeleng. "Peluk pinggang gue. Gue mau ngebut," perintah Raka mutlak membuat Chesa nanap. "Enggak! Lo modus ya?" tolak sang gadis membuat Raka menyeringai di balik helm fullface nya. "Yaudah kalau enggak mau. Siap-siap jatuh nanti," ujar Raka santai. Chesa tetap tidak mau merangkul pinggang. Dia malah menjaga jarak dari laki-laki yang ada di depannya. Sampai pada akhirnya, ada polisi tidur membuat motor terguncang. Sontak Chesa refleks melekap pinggang Raka karena takut terjatuh. Raka terkekeh. "Katanya tadi enggak mau kok sekarang ngelakuin?" tegurnya membuat Chesa malu. Chesa tak menjawab. Rintik-rintik hujan yang tadinya kecil lama-kelamaan menjadi deras membuat Raka tidak bisa mengendarai terlalu cepat motornya lantaran takut tergelincir karena jalan terlalu licin. "Lo enggak bisa cepetan apa? Seragam gue basah! Nanti besok gimana?" kesal sang gadis. "Gue juga basah. Kalau cepetan, lo mau kita dijemput malaikat maut?" ujar Raka menohok membuat Chesa seketika tak bergeming. Sudah sekitar 1 KM ditempuh awalnya motor yang dikendarai Raka baik-baik saja, akan tetapi di pertengahan jalan mesin kendaraan beroda 2 itu tersendat-sendat. "Yah, ini kenapa? Kok kaya gini sih?" "Gue lupa isi bensin," ucap Raka yang baru ingat. Alhasil motor Raka mogok membuat mereka berdua terpaksa turun dan mendorong kendaraan itu bersama-sama. "Maaf ya, gue jadi ngerepotin lo." sesal Raka. "Enggakpapa," singkat Chesa tanpa panjang lebar. Di dalam pikirannya dia jadi teringat kenangan saat dirinya dan Raka masih kecil biasanya ketika hujan deras seperti ini, mereka mengelilingi komplek untuk hujan-hujanan akibatnya mereka demam bersama-sama. "Lo inget enggak sih? Waktu kecil kita main hujan-hujanan keliling komplek trus demam bareng sampe-sampe mamah kita libur dari pekerjaannya," Chesa terkejut setelah mendengar perkataan Raka. Bagaimana Raka bisa memikirkan hal yang sama seperti dirinya? Chesa tersenyum singkat. "Inget," "Lo masih inget makanan kesukaan gue apa?" Raka kembali bertanya membuat Chesa tersentak. "Enggak, gue udah lupa." Chesa berpura-pura padahal dirinya ingat betul apa santapan yang disukai Raka. Dia tidak ingin begitu dekat dengan Raka terlebih lagi, ada Hana yang selalu mengawasi sekaligus melarangnya. "Oh, lo mungkin udah lupa makanan kesukaan gue, tapi gue masih inget makanan kesukaan lo." kata Raka. Chesa bungkam. Dia berusaha untuk tidak mengangkat sudut bibirnya sekaligus merespon. Tinggal beberapa langkah lagi, mereka sampai di tempat pengisian bensin. "Chesa!" suara berat yang memanggil dirinya dari arah belakang membuat Chesa menoleh dan matanya seketika membulat sempurna. "Revan," Ya, laki-laki itu adalah Revan. Entah mengikuti Chesa sedari tadi atau melihat secara tidak sengaja, Revan menghampiri Chesa sembari membawa payung dan seketika menggenggam tangan gadis itu dengan erat. "Dia siapa?" tanya Raka bingung. "Gue pacarnya. Lo siapa?" Revan menanya balik. Bagaikan ditusuk oleh puluhan pisau, hati Raka mendesir perih. Niatnya untuk menjadikan Chesa sebagai pacarnya sudah lenyap sekarang. Chesa antap. Kejadian ini memang ada untungnya karena Raka bisa menjauh darinya sehingga Chesa tidak diganggu lagi. "Naik ke mobil," suruh Revan. Chesa mengangguk pelan, dia berlari menuju mobil yang sudah terparkir di tepian jalan. "Jangan berani deketin cewek gue walaupun satu detikpun. Gue denger lo temen dari cowok yang berani mukulin Chesa kan? Berarti lo sama cowok itu enggak ada bedanya sama-sama pengecut!" ketus Revan membuat Raka sedikit emosi. Chesa yang berada di dalam mobil mengawasi mereka berdua. Rasa bersalah pasti ada melihat Raka yang tidak tahu apa-apa dimarahi oleh Revan. Raka memilih bungkam. Revan berbalik badan untuk menuju ke mobilnya. "Tunggu," kata Raka membuat Revan terhenti dan menengok. "Jagain dia baik-baik. Jangan sampai buat dia nangis oh ya, Chesa paling enggak suka kalau ada AC dimobil." ujar Raka menasehati. "Dia enggak suka jambu biji," "Chesa alergi kacang-kacangan," "Jangan selingkuhin dia!" teriak Raka yang melihat Revan membalikkan badan untuk menuju ke mobilnya. Chesa terharu mendengar Raka. Dia tidak menyangka bahwa sahabatnya itu masih ingat semua hal tentang dirinya padahal sudah lama Chesa tidak bercerita apapun kepada Raka. Sejak Dewi yang merupakan ibu kandung Raka meninggal akibat penyakit jantung, Raka pindah tanpa mengabari apapun kepada Chesa. Chesa berharap dirinya dipertemukan lagi oleh Raka, akhirnya doanya dikabulkan walaupun di waktu yang kurang tepat. Sekujur tubuh Raka kini sudah basah karena air hujan yang cukup deras. Dia tak sadar air matanya menetes ketika menatap Chesa yang masih kelihatan melalui kaca mobil. "Semoga lo bahagia," gumam Raka. Revan masuk ke mobilnya, melihat Chesa yang duduk di belakang. "Itu di samping lo ada selimut. Lo keringin aja sendiri apa perlu gue bantu?" "Enggak usah. Gue bisa sendiri," jawab Chesa. Badannya menggigil, bibir kecilnya bergetar di tambah lagi, AC mobil yang semakin membuatnya kedinginan. Revan melirik Chesa. "Lo enggak suka AC?" Chesa yang masih mengusap-usap telapak tangannya, mengangguk pelan. Revan mau tidak mau menurunkan suhu AC nya. Tidak ingin demam, Chesa dengan segera melingkupi dirinya menggunakan selimut seperti yang di arahkan Revan. Setelah suhu badannya stabil, Chesa ingin menanyakan sesuatu pada laki-laki yang ada di hadapannya kini. "Van," panggil Chesa. Revan berdeham. "Perasaan gue belum nerima ajakan balikan lo, kenapa lo bilang ke Raka kalau kita pacaran?" lirih Chesa, tetapi masih terdengar di telinga Revan. Revan menghentikan aktivitas menyetirnya, melongok Chesa. "Itu cara biar dia enggak berani deketin lo lagi," kata Revan. Chesa mengernyit heran, bagaimana Revan bisa tahu kalau Raka mendekatinya? **** "Mampus! Pasti setelah ini Raka enggak bakal berani deketin Chesa lagi." kata Hana kepada dirinya sendiri. "Yeay! Sebentar lagi gue bakal jadi pacarnya Raka!" dengan girangnya, Hana menari-nari di atas kasur size big nya. "Gue enggak mau bahagia sendiri!" seru Hana. Tangannya meraih ponsel yang terletak tepat di meja yang berada tepat di samping kasurnya. Akhirnya nama Keisha ketemu! "Hallo! Sa, gue ada kabar baik! Hari ini gue bahagia bangett ngeet ngeet!" "Bahagia kenapa?" "Raka sebentar lagi mau jadi pacar gue!" Hana begitu semangat menceritakan keberhasilan rencananya membuat Keisha yang ada di sembrang sana ikut senang, tapi masih ada ragu. "Kenapa lo bisa yakin kaya gitu?" "Lo masih inget Jihan kan? Gue tadi enggak sengaja ketemu dia waktu di minimarket habis pulang sekolah. Kita berdua sempat ngobrol dann..." "Serius lo ketemu Jihan yang temen kita masih SMP? Kalian berdua ngobrol apa? Kok gue enggak diajak sih" "Katanya enggak punya banyak waktu dan gue enggak sempet nelfon lo. Kebetulan saat gue sama Jihan udah selesai ngobrol, tiba-tiba cowok yang nganterin si parasit ke sekolah tempo hari muncul tepat di hadapan gue sama Jihan." "Iya, trus?" "Kata Jihan, cowok itu teman sekelasnya. Gue pura-pura mau kenalan gitu dan alhasil kita bertiga ngobrol gu-" "Langsung ke intinya napa! Jangan bertele-tele" "Dengerin gue dulu! Cowok itu ternyata namanya Revan. Gue bilang ke Revan kalau Chesa itu sering diganggu murid yang namanya Raka sama Devian. Dia kelihatan enggak terima banget cuy! Oh ya, gue juga cerita kalau Chesa sepedanya rusak dan sekarang lagi di anterin Raka," "What?! Trus si Revan itu gimana? Dia langsung cabut nyusul si parasit?" "Betul! Gue panas-panasin sekalian dan ngomong kalau Raka berusaha deketin Chesa" "Good job. Nanti kalau lo udah berhasil jadian, beliin gue baju ya," Hana mendecak. "Enak aja!" tanpa basa-basi, Hana memutus panggilan. Hana melempar ponselnya dengan asal. Dia kembali bersenang hati memikirkan potensi Raka untuk menjadi pacarnya sangat besar. ***** Malam yang dingin. Angin berhembus kencang sekaligus jalanan yang masih terlihat belecak akibat hujan tadi sore. Raka baru pulang ke kosannya membuat Devian penasaran. "Kemana aja lo?" tanya Devian tanpa mengalihkan pandangan. Raka tidak menjawab, dia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus mengganti pakaian. Raka sedikit terkejut melihat Devian sedang menyender dipintu kamarnya sembari menyilangkan tangan didada. Raka acuh. Dia meraih ponsel, memilih musik favoritnya, kemudian memasang headset ditelinganya. Devian mendengus kesal. "Lo kenapa tadi ninggalin gue waktu pulang?" Raka tak bergeming, dia memejamkan mata menikmati alunan musik yang bersenandung ditelinganya. "Gue tadi jalan kaki!" Devian mengangkat kaki dan menunjukkan kakinya yang memerah. "Nih lo lihat kan?!" "Itu motor milik ayah gue, Sat! Lo main bawa kabur aja tadi. Udah gitu malah boncengan sama si Chesa lagi," ya, sekarang Devian mengoceh layaknya seorang wanita yang marah karena pacarnya tidak datang tepat waktu. "Motor gue pasti mogok kan!" "Lo yang beli bensinnya nanti!" "Dan mulai besok lo naik angkot aja sono!" Diam-diam, Raka melirihkan volume musik. Dia dari tadi mendengarkan ocehan demi ocehan yang dilontarkan Devian. Sampai kapanpun dia tidak akan merespon ataupun berkata satu kata apapun pada Devian sampai teman kost nya itu meminta maaf pada Chesa. "Dasar! Pantesan aja ibu lo meninggal karena sakit jantung, mungkin ibu lo enggak kuat lihat kelakuan lo yang kaya anak setan!" misuh Devian. Raka membulatkan mata. Dia mencengkram kerah baju Devian, tetapi tiba-tiba... "BAGUS YA, LAGI BERANTEM!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD