Bagian 1

1187 Words
Terdengar alunan musik menggema di dalam sebuah gedung pertunjukan, mengiringi langkah dan gerak gemulai para penari. Penari-penari tampak lincah bergerak seirama dengan musik yang mengalun. Ketika alunan musik itu berhenti, semua penonton berdiri dari kursi mereka dan bertepuk tangan meriah. Dari reaksi penonton kita tahu bahwa pertunjukkan malam itu sukses diselenggarakan. Setelah pertunjukkan berakhir para penari kembali ke belakang panggung, lalu saling memberi ucapan selamat setelah berhasil tampil dengan baik. Seorang wanita paruh baya kemudian menghampiri Hae Ri dan timnya yang juga berada di belakang panggung. “Hae Ri-ssi aku sangat berterima kasih kau dan timmu dapat menghidupkan panggung,” ucap wanita paruh baya itu pada wanita bersurai cokelat itu sambil tersenyum. Hae Ri balas tersenyum. “Tidak daepyo-nim, para penarilah yang dapat menghidupkan panggung ini.” “Tapi berkat desain panggung yang kau buat, pertunjukkan ini menjadi lebih memukau.” “Terima kasih atas pujiannya.” Wanita paruh baya itu mengusap bahu Hae Ri sebelum berlalu meninggalkan gadis itu. Hae Ri meregangkan badannya. Kerja keras bersama timnya selama 2 minggu berbuah manis. Pertunjukkan tari hari ini berlangsung dengan lancar. Sekarang proyek terakhirnya untuk bulan ini sudah selesai. Besok dia hanya perlu datang ke kantor untuk menyerahkan laporan pekerjaannya, lalu setelah itu dia bisa beristirahat selama seminggu di rumah. Hae Ri sudah membayangkan betapa nyamannya tidur seharian selama seminggu ke depan. “Hae Ri-ya mau makan malam bersama?” ajak Shin Won rekan kerja sekaligus senior Hae Ri saat kuliah dulu. “Mian, aku sudah ada janji dengan Ahreum,” tolak Hae Ri. Dia memang sudah berjanji untuk makan malam bersama Ahreum setelah proyek ini selesai. “Begitukah, kalau begitu lain kali saja.” Hae Ri melirik jam tangannya, jika tidak berangkat sekarang dia akan terlambat bertemu Ahreum. “Sunbae, aku harus pergi sekarang. Sampai bertemu di kantor besok.” Sambil menghela napas Shin Won menatap punggung Hae Ri yang perlahan menghilang dari pandangannya. Sulit sekali mengajak gadis yang dia sukai itu untuk makan bersama. Lee Shin Won, senior sekaligus rekan kerja Hae Ri itu memang sudah lama menaruh hati pada Hae Ri. Tapi hingga saat ini Shin Won belum memiliko keberanian untuk mebgungkapkan perasaannya. *** Hae Ri menyusuri jalanan Myeongdong yang di setiap sisinya berderet rapi restoran-restoran yang menjayikan makan khas Korea Selatan. Seperti biasa jalanan Myeongdong selalu ramai. Banyak turis yang berlalu lalang, jalanan itu memang sangat terkenal dikalangan turis. Sesekali Hae Ri melihat papan nama setiap restoran yang ia lewati agar tidak salah tempat. Saat tengah sibuk mencari restoran tempat ia dan Ahreum berjanji makan bersama, tiba-tiba ponselnya berdering. “Halo, Ahreum-ah.” “Kau di mana?” “Aku sudah di jalan, sebentar lagi sampai,” jawab Hae Ri sambil tetap fokus membaca nama restoran yang ia lewati. “Begini...” Ahreum menggantung kalimatnya. "Wae?” “Ada temanku yang ikut makan bersama kita, kau tidak apa-apa? Aku sudah lama tidak bertemu mereka.” Hae Ri berpikir sejenak, mungkin suasananya akan sedikit canggung nanti karena dia tidak kenal teman-teman Ahreum. “Baiklah, asal mereka bayar sendiri-sendiri.” Akhirnya Hae Ri menyetujui permintaan Ahreum tanpa rasa curiga. “Tenang saja mereka yang traktir.” Mendengar kata traktir seutas senyum terukir di wajah cantik gadis itu. “Baiklah kalau begitu, sebentar lagi aku sampai di sana.” “Oke, aku tunggu.” Tutt. Hae Ri mengakhiri panggilan telepon itu dan memasukkan ponselnya ke dalam tas. Gadis itu lalu mempercepat langkahnya. *** Begitu Hae Ri masuk ke dalam restoran, indra penciumannya langsung disambut oleh bau harum dari daging yang dipanggang. Mencium bau lezat ini membuat Hae Ri semakin lapar apa lagi dia tidak sempat makan siang tadi. “Hae Ri Hae Ri,” panggil Ahreum sambil melambaikan tangannya. Hae Ri yang melihat temannya langsung menghampiri gadis itu. Ahreum menepuk kursi kosong di sebelahnya. "Duduk di sini." Hae Ri menjatuhkan pantatnya di kursi kosong di sebelah Ahreum, ia melirik sekilas ke arah dua teman Ahreum yang sudah lebih dahulu ada di sana. Tiba-tiba dia merasa curiga. “Hae Ri, ini Jang In Ha.” Ahreum menunjuk pria tinggi berkulit putih yang duduk di sampingnya. “Hai.” Pria bernama Jang In Ha itu tersenyum menyapa Hae Ri. “Dan yang itu Go Jung Ha.” Kali ini Ahreum menunjuk pria berwajah kalem di samping In Ha. Pria bernama Go Jung Ha itu hanya melirik sekilas ke arah Hae Ri tanpa tersenyum. “Aku Cho Hae Ri.” Hae Ri balas memperkenalkan diri sambil sedikit membungkuk. “Mereka dulu teman SMA-ku dan kebetulan kami juga kuliah di kampus yang sama.” Hae Ri mengangguk-angguk tanda mengerti. Melihat ada dua pria yang tiba-tiba ikut makan malam bersamanya, Hae Ri sebenarnya merasa curiga. Pasti Ahreum punya niat tersembunyi, tapi karena perutnya sangat lapar Hae Ri tidak mau memikirkannya terlalu jauh. Sekarang dia hanya ingin makan sampai kenyang apa lagi dia tidak perlu membayar. Setelah acara perkenalan yang singkat itu, suasana menjadi hening. Tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulut ke empat orang itu. Yang terdengar hanya suara mendesis dari daging yang dipanggang. Jung Ha dan Hae Ri sedang sibuk mengisi perut masing-masing, sementara Ahreum dan In Ha saling menatap memberi isyarat. In Ha kemudian berinisiatif untuk mencairkan suasana. “Hae Ri-ssi, Ahreum bilang kau adalah seorang set designer.” “Ne,” sahut Hae Ri singkat. “Jung Ha adalah seorang desainer grafis, wah kebetulan sekali ya kalian sama-sama bekerja di bidang desain.” Hae Ri hanya tersenyum sekilas, ia enggan menanggapi In Ha. Suasana menjadi hening kembali setelah percakapan nan singkat itu. In Ha dan Ahreum kembali saling bertatapan memberi isyarat. “Aku harus pergi ke toilet sekarang.” In Ha berdiri dari tempat duduknya dan berlalu menuju toilet. “Aku juga," kata Ahreum bergegas menyusul In Ha. Hae Ri melirik sekilas ke arah sahabatnya, perasaannya tidak enak. In Ha dan Ahreum berhenti di dekat pintu belakang restoran dan saling bertatapan. “Kau yakin akan menjodohkan Jung Ha dan temanmu itu?” tanya In Ha. “Tentu, memangnya kenapa dengan Hae Ri? Dia gadis yang baik dan cantik,” jawab Ahreum dengan yakin. Memangnya apa yang salah dari Hae Ri? In Ha menghela napas frustrasi, ia tidak yakin ini rencana menjodohkan Jung Ha dan Hae Ri adalah ide yang bagus. “Apa kau tidak lihat mereka berdua tadi? Jangankan saling bicara dan menatap, saling melirik saja tidak.” “Mereka kan baru bertemu wajar jika seperti itu.” “Kau tahukan Jung Ha itu orang seperti apa? Dia itu seperti es batu dari Kutub Utara dan kau ingin menjodohkannya dengan Hae Ri? Bukankah Hae Ri juga setipe dengan Jung Ha?" In Ha mengacak rambutnya karena frustrasi, sementara Ahreum hanya menghela napas pasrah karena diomeli oleh pemuda itu. Dia ingin sekali menjodohkan Hae Ri dengan Jung Ha, karena dia tahu Jung Ha adalah pria yang baik dan mereka akan terlihat serasi jika bersama. “Park Ahreum, aku rasa menjodohkan mereka bukan ide yang bagus. Menjodohkan mereka itu sama seperti mendekatkan dua kutub magnet yang sama, bukannya saling mendekat mereka malah saling menjauh.” “Tapi... aku ingin sekali agar mereka berdua menjadi dekat. Aku merasa mereka akan cocok satu sama lain, bukankah mereka terlihat serasi?" In Ha menghela napas, ia tahu Ahreum sangat keras kepala. “Lalu apa rencanamu sekarang?” Sambil tersenyum Ahreum menyuruh In Ha mendekat ke arahnya lalu membisikkan sesuatu pada pria yang berprofesi sebagai model itu. “Oke, ini demi masa depan percintaan Jung Ha,” seru In Ha. “Demi Hae Ri juga,” sahut Ahreum kemudian. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD