Hari ini Hae Ri, Ahreum, Jung Ha dan In Ha akan pergi menonton film bersama. Awalnya Hae Ri menolak untuk ikut, tapi Ahreum bersikeras memaksanya. Dan berakhirlah Hae Ri di sini menunggu Ahreum dan yang lainnya datang. Hae Ri sampai lebih dulu di bioskop. Ahreum bilang dia akan berangkat bersama Jung Ha dan In Ha.
“Hae Ri-ssi,” sapa Jung Ha yang juga baru saja datang.
Hae Ri sedikit membungkukkan badannya untuk menyapa. “Ahreum dan In Ha?"
Hae Ri melihat ke sekitar, dia tak menemukan sosok kedua orang itu.
“Mereka berangkat sendiri," jawab Jung Ha.
“Ohhh.”
Hae Ri dan Jung Ha melirik jam tangan masing-masing. Waktu sudah berlalu hampir 15 menit, tapi Ahreum maupun In Ha tak kunjung menampakkan batang hidung mereka. Jujur saat ini Hae Ri mulai merasa curiga dan khawatir. Dia tidak lagi dijebak oleh Ahreum untuk berduaan bersama Jung Ha bukan?
Ponsel Hae Ri dan Jung Ha berdering bersamaan. Mereka mengecek ponsel masing-masing. Ahreum dan In Ha mengirim pesan.
Ahreum :
Maaf, kalian menonton berdua saja ya
In Ha :
Maaf, kalian menonton berdua saja ya
Setelah membaca pesan itu Jung Ha dan Hae Ri saling bertatapan. Mereka berdua dijebak oleh In Ha dan Ahreum untuk yang ke sekian kalinya.
“Sepertinya kita telah dijebak,” kata Jung Ha sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Benar kita telah dijebak,” timpal Hae Ri sambil mengetik berbagai macam sumpah serapah dan mengirimnya pada Ahreum. Harusnya sejak awal dia menolak ajakan Ahreum. Sahabatnya itu memang tidak bisa dipercaya.
“Lalu bagaimana? Mau menonton berdua saja? In Ha sudah membeli tiketnya.” Jung Ha memperlihatkan dua tiket yang In Ha berikan tadi. Harusnya tadi dia merasa curiga kenapa In Ha memberinya dua tiket saat akan berangkat.
Hae Ri berpikir sejenak. Mungkin sedikit canggung menonton bersama Jung Ha, tapi jika tidak jadi sayang sekali tiketnya harus dibuang. Akhirnya Hae Ri memutuskan menonton film bersama Jung Ha, dia akan menganggap ini adalah hiburan di akhir pekan.
Jika pasangan yang mirip kutub magnet yang sama tadi tengah menikmati film yang mereka tonton, In Ha dan Ahreum sedang berada di Cafe yang tidak jauh dari bioskop tersebut. Mereka memang menjebak Jung Ha dan Hae Ri, berharap dengan menonton film berdua dapat membuat mereka semakin dekat.
“Film apa yang mereka tonton?” tanya Ahreum, In Ha yang membeli tiketnya jadi dia tidak tahu film apa yang ditonton Hae Ri dan Jung Ha.
“Avengers Endgame,” jawab In Ha cepat.
Mendengar jawaban In Ha itu, Ahreum yang sedang minum ice americano refleks menyembur In Ha.
“Kau bodoh ya!!!” teriak Ahreum kemudian.
In Ha mengelap wajahnya dengan tisu, Ahreum menyembur tepat ke wajahnya. “Kenapa? Kau menyuruhku untuk membeli tiket film yang sedang populer, film itu sedang populer sekarang.”
Ahreum saat ini sedang menahan amarahnya, dia ingin sekali menjambak rambut pria di hadapannya ini sampai botak.
“Yak Jang In Ha!!!” Kali ini Ahreum berteriak cukup keras hingga pengunjung Cafe yang lain menoleh ke arah mereka. “Kenapa kau tidak pernah bisa melakukan sesuatu dengan benar? Jika kau ingin mendekatkan mereka harusnya kau beli tiket film romantis atau horor. Avengers Endgame romantis dari mana?”
“Aku tidak berpikir sampai di sana.”
“Jung Ha benar, satu-satunya kelebihan yang kau miliki adalah wajah yang tampan, sekarang aku tahu alasan kau selalu ada di peringkat terakhir saat sekolah.” Hh... Ahreum menghela napas. Dia seperti bom yang siap untuk meledak.
“Tentu saja aku tahu aku tampan, aku bahkan mencari makan dengan wajahku yang tampan ini.” In Ha menunjuk wajahnya dengan percaya diri.
“Aku tidak memujimu!” bentak Ahreum.
Ahreum berharap rencana mereka tetap berjalan lancar walaupun In Ha salah memilih film.
***
Hae Ri dan Jung Ha baru saja selesai menonton film. Mereka berdua berdiri di depan bioskop dengan canggung. Sesekali mereka melirik satu sama lain. Sebenarnya mereka sedang bingung sekarang, jika langsung pergi rasanya itu kurang sopan. Tapi mereka juga tidak punya alasan untuk bersama lebih lama lagi.
“Mau makan bersama?” ajak Hae Ri dan Jung Ha bersamaan.
Mereka kemudian tertawa. Tawa yang canggung lebih tepatnya.
“Mau makan pasta?” ajak Jung Ha kemudian.
“Boleh.”
Hae Ri dan Jung Ha lalu berjalan menuju restoran Italia yang berada tidak jauh dari bioskop. Begitu sampai di sana mereka langsung duduk di meja yang kosong. Hae Ri memilih menu spaghetti carbonara sedangkan Jung Ha memilih spaghetti bolognese. Selagi pesanan mereka dibuat Jung Ha dan Hae Ri bertatapan lalu tertawa canggung. Aneh rasanya mereka makan hanya berdua. Karena biasanya selalu ada Ahreum dan In Ha bersama mereka.
“Bukankah Jang In Ha itu bodoh,” ucap Jung Ha sambil mengingat film yang mereka tonton tadi.
“Kenapa?” Hae Ri menatap Jung Ha bingung karena tiba-tiba pria itu mengatai sahabatnya bodoh.
“Bukankah mereka ingin mendekatkan kita?”
Hae Ri mengangguk mengiyakan, Ahreum dan In Ha memang ingin mereka menjadi dekat. “Lalu?”
“Jika begitu bukankah dia harus memilih film romantis? Tapi dia justru memilih Avengers Endgame,” jelas Jung Ha sambil tertawa. In Ha memang bodoh pantas dia selalu ditolak Ahreum.
“Kau benar." Hae Ri ikut tertawa, tapi itu hanya sesaat karena Hae Ri terkesima melihat Jung Ha yang tertawa lepas. Apa salah memilih film benar-benar lucu hingga membuat pria yang jarang tersenyum itu sampai tertawa lepas.
“Ehm... maaf aku berlebihan.” Jung Ha berhenti tertawa karena Hae Ri terus menatapnya.
“Tidak apa-apa, aku tidak tahu kalau kau bisa tertawa seperti itu.”
Yang Hae Ri tahu Jung Ha selalu berekspresi datar selama ini, tersenyum saja jarang. Dia masih ingat bagaimana dinginnya tatapan Jung Ha saat mereka pertama kali bertemu.
Tak butuh waktu lama makanan yang mereka pesan datang. Mereka lalu menikmati hidangan itu dalam keheningan. Selain karena lapar mereka juga tidak tahu harus mengobrol apa. Mereka hanya sebatas kenalan yang sedang dijebak untuk berduaan.
“Setelah ini kau akan langsung pulang?” tanya Jung Ha memecah keheningan.
Hae Ri berpikir sejenak, ia kemudian teringat sesuatu. “Tidak, di dekat sini ada toko buku aku akan ke sana dulu.”
Jung Ha mengangguk-angguk.
“Jung Ha-ssi sendiri?” Hae Ri balas bertanya.
Jung mengangkat pundaknya. Dia tidak tahu, langsung pulang juga bukan ide yang bagus.
“Jika mau kau boleh ikut denganku,” ajak Hae Ri ragu-ragu.
“Ne?” Jung Ha membulatkan kedua matanya.
Bodoh, Hae Ri membatin. Kenapa dia harus mengajak Jung Ha ke toko buku? Mereka baru kenal, pria itu pasti menganggap dirinya aneh. Toko buku? Hae Ri sudah gila. Jika itu Cafe atau tempat nongkrong yang lain tak masalah, kenapa Hae Ri harus mengajak Jung Ha ke toko buku.
“Sepertinya kau tidak tahu harus pergi ke mana, jadi jika kau tidak keberatan kau bisa ikut denganku. Barang kali ada sesuatu yang ingin kau beli, begitu. Ya ... begitu.” Hae Ri menjelaskan secara perlahan, ia takut jika Jung Ha salah paham.
Jung Ha tersenyum tipis mendengar penjelasan Hae Ri. Pergi bersama Hae Ri rasanya bukan ide yang buruk, pikir Jung Ha. Lagi pula Hae Ri bukan tipe wanita seperti yang dikenalkan In Ha padanya. Hae Ri sangat sopan.
“Baiklah aku akan ikut denganmu.”
***
Hae Ri dan Jung Ha memasuki toko buku yang dimaksud Hae Ri tadi. Itu toko buku yang cukup besar dan lengkap. Begitu kaki mereka melawati pintu masuk mata Hae Ri berbinar-binar menatap deretan buku dan alat tulis yang tertata rapi di rak. Dengan langkah cepat ia segera menuju bagian alat tulis. Bahkan karena terlalu antusias Hae Ri lupa jika ia datang bersama Jung Ha. Dia baru sadar akan keberadaan pria itu ketika Jung Ha bertanya padanya.
“Kau suka menggambar?” tanya Jung Ha ketika Hae Ri mengambil satu set pensil warna.
Hae Ri mengangguk. “Ya, bukankah aneh jika bekerja di bidang desain tapi tak suka menggambar?"
Jung Ha mengangguk setuju.
"Apa yang sering kau gambar?" tanya berlesung pipi itu.
Hae Ri berpikir sejenak lalu menjawab, "selain urusan pekerjaan, aku sering menggambar hal-hal yang aku alami seperti menulis di buku harian."
"Buku harian?"
"Ya, jika biasanya kita menuliskan pengalaman kita di buku harian aku lebih memilih mengabadikannya dalam gambar."
"Kenapa?"
"Karena rasanya jadi lebih berharga."
Jung Ha tersenyum tipis melihat bagaimana Hae Ri menjelaskan alasannya menggambar. Gadis itu tampak manis.
"Jung Ha-ssi sendiri?"
"Aku? Aku sudah lama tidak menggambar hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan."
"Kenapa?"
Jung Ha mengangkat bahunya. "Mungkin karena terlalu sibuk."
Hae Ri mengangguk setuju, dia tahu betapa sibuknya bekerja.
Setelah memilih beberapa barang yang ingin dia beli Hae Ri segera menuju lasir untuk membayarnya. Sebenarnya Hae Ri masih ingin melihat-lihat alat-alat tulis dan gambar di sana, tapi ia merasa tak enak pada Jung Ha jika terlalu lama berada di sana.
***
Jung Ha mengantar Hae Ri pulang sampai di depan gedung apartemen gadis itu. Awalnya Hae Ri menolak tapi Jung Ha bilang apartemennya searah dengan apartemen Hae Ri jadi sekalian mengantar gadis itu pulang.
“Terima kasih sudah mengantarku pulang,” ucap Hae Ri sambil tersenyum.
Jung Ha mengangguk. “Kalau begitu aku pergi sekarang.”
“Ah... tunggu.” Hae Ri teringat sesuatu. “Ini.” Gadis itu menyerahkan sebuah paper bag bewarna cokelat pada Jung Ha.
“Apa ini?” tanya Jung Ha sambil mengintip isi paper bag yang diberikan Hae Ri.
“Hadiah, terima kasih sudah menemaniku ke toko buku tadi,” jawab Hae Ri sambil tersenyum.
Jung Ha menyentuh pelipisnya. “Tapi ini agak...”
“Harganya memang tidak mahal, tapi aku harap kau mulai mencoba menggambar hal-hal di luar pekerjaan,” kata Hae Ri sambil tersenyum.
Jung Ha terdiam, sesuatu terlintas di benaknya. “Hae Ri-ssi mau berteman denganku?”
“Ne?” Hae Ri mengerjapkan matanya. Dia tidak salah dengar bukan.
***