Pengin cucu

1283 Words
Suara azan berkumandang di seluruh penjuru kota, menyadarkan seluruh umat yang bertakwa untuk kembali pada tuhannya. Sekarang seluruh wanita di kediaman keluarga Agam sedang melaksanakan tugasnya sebagai seorang muslim, sedangkan Agam, ayah dan ayah mertuanya pergi ke masjid komplek. **********"********** Pagi ini arfa akan kembali ke rumahnya dengan Agam. Mungkin suaminya itu akan menyusulnya beberapa hari lagi. "Kak arfa yakin mau pulang sekarang?" Aini bertanya saat melihat Arfa yang sedang membereskan barang barangnya "Iya aini, nanti kalau rumahnya kakak tinggal lama lama takutnya kotor, kakak pemalas soalnya" Ucap Arfa sedikit terkekeh, masih bisa ternyata dia untuk mengelabuhi orang-orang dengan kekehannya "Oh, tapi kan ini masih pagi banget kak. mas Agam aja belum pulang dari masjid" Aini berkata seraya menunjuk jendela yang sudah terbuka gorden nya "Gk papa, lagian juga kakak udah pesen taksi, sebentar lagi juga sampe" Arfa masih sibuk dengan acara membereskan barangnya "Kamu marah sama ibu fa?" Di tengah acaranya membereskan barang-barangnya Arfa mendengar suara ibu mertuanya, dan sekarang wanita yang tak lagi muda itu sudah berdiri diambang pintu "Eh ibu, sejak kapan ibu di situ?" Ucap Arfa seraya tersenyum menatap ibu mertuanya itu "Jawab pertanyaan ibu fa, kamu marah sama ibu?" Ucap Nina seraya mendekati menantunya "Gk ko Bu, kenapa ibu bilang begitu?" Arfa duduk di samping ibu mertuanya, yang Sekarang menatapnya "Maaf ya fa, ibu gk bisa bantu kamu, ibu itu udah tua, ibu juga udah pengen gendong cucu" ada sedikit tatapan penyesalan dari matanya, dia memang tak bisaelawan suaminya, lagipun dia sudah sangat menginginkan seorang cucu "Ibu gk perlu minta maaf, harusnya arfa yang minta maaf, maaf belum bisa jadi menantu yang baik, maaf belum bisa kasih ibu cucu, maafin arfa Bu.." Arfa menggenggam tangan ibu mertuanya, dia rindu dengan ibunya yang ada di kampung sekarang, dia rindu dengan pelukan ibunya dalam keadaannya yang sekarang tertekan "Gk sayang, kamu gk salah.. seharusnya ibu tau kalau kamu mungkin belum di kasih rezeki untuk punya anak, tapi ibu malah nurutin perkataan papah buat nikahin Agam sama Arum, harusnya ibu mikirin perasaan kamu juga, tapi ibu malah ngebiarin Agam menikah sama Arum, maafin ibu.." "Iya gk papa Bu, mungkin dengan cara ini mas Agam bisa cepet punya anak, dan ibu juga bisa secepatnya gendong cucu.." Arfa mencoba kembali tersenyum, siapakah orang yang lebih munafik darinya sekarang? "Jujur fa, sebenarnya ibu juga bahagia liat Agam sama Arum menikah, karna kemungkinan keinginan ibu sama papah akan terkabul, tapi setelah ibu liat kamu, ibu jadi merasa bersalah sama kamu.." "Ibu gk perlu merasa bersalah, insyaallah aku ikhlas Bu.." dimana ada seorang istri yang iklas saat suaminya menikah lagi? Mungkin hanya satu dari jutaan "Makasih fa, ibu berterima kasih sama kamu..." Titt...titt...titt... "Arfa pamit ya Bu, taksinya udah nyampe, salam buat ayah sama semuanya ya bu.. kalau nanti mas Agam nanya, bilangin aku pulang ke rumah ya bu, tadi arfa udah SMS mas Azam buat izin pulang, takutnya gk di baca..." Ucap Arfa seraya berdiri dan mengambil kopernya "Kenapa gk nunggu Agam pulang dulu fa, biar bisa di anterin.." "Gk perlu Bu, lagian taksinya juga udah datang.." "Ya udah hati hati ya..." "Iya Bu, arfa pamit. Aini kakak pamit juga ya.. Assalamu'alaikum" Ucap Arfa setelah menyalami tangan ibu mertuanya "Wa'alaikumussalam, hati hati ya kak.." Seutas senyum berkembang di bibir arfa,,, ternyata di balik rasa iba ibu sama aku, masih terselip kebahagiaan di sana, apa mas Agam juga begitu? **********"********** Assalamu'alaikum Ketiga pria beda generasi itu serempak mengucapkan salam.. "Wa'alaikumussalam, eh mas udah pulang?" Arumi bertanya kepada Agam yang baru datang dari masjid Setelahnya Arumi menyalami Agam papah dan ayahnya.. "Iya.." Ucap Agam seraya mencari keberadaan arfa yang biasa menyambutnya di subuh pagi seperti ini "Agam aja yang di tanyain? Ayah sama ayah mertua kamu gk di tanyain?" Ucap Burhan seraya terkekeh atas sikap puterinya "Eh iya.." arumi tersenyum malu, dia bukannya lupa, tapi memang dua takut jika harus menyapa ayah mertuanya "Ssttt.. namanya juga pengantin baru Han. Kaya gk pernah muda aja." Arif berkedip kepada besannya, lalu keduanya terkekeh dengan ulah mereka menggoda anak mereka "Iya Rif. Cuma ngetes aja, anak perempuan aku ini masih ingat sama papahnya apa enggak, gitu aja kok.." Arif menatap putrinya yang masih menunduk malu "Ih papah jangan gitu, aku pasti iget sama papah aku yang baik ini..." Ucap Arumi seraya memeluk ayahnya "Ya kali aja kamu lupa sama papah setelah kamu punya suami.." "ya enggak lah pah" "Ya udah sana kamu anterin suami kamu ke kamar.." "Ya udah pah, yah, Arum ke dalem dulu ya... Ayo mas." Arumi mengajak Agam untuk kembali ke kamarnya "Iya, ayo" "Mas mau di buatin apa? Kopi atau teh?" Ucap Aini kepada Agam setelah mereka sampai di dalam kamar mereka berdua "Aku minta s**u aja" ini memang kebiasaannya meminum s**u di pagi hari setelah dia menikah dengan arfa "Oh, ya udah tunggu ya mas" "Iya" arumi berlalu dari kamarnya, dia berjalan kearah dapur ubtuk membuat s**u yang suaminya inginkan Sepeninggalan arumi, Agam menuju balkon kamarnya dengan arfa, yang sekarang menjadi kamarnya dengan arumi. Pakaian Koko masih melekat di tubuhnya menambahkan kadar ketampanan yang ada pada dirinya, "Ya Allah bisakah hamba adil kepada kedua istri hamba" Sederet bayangan masa depan membayang di pelupuk matanya. Hanya do'a yang bisa mungkin bisa menjadi harapan nya sekarang, dia masih ragu apakah dia bisa bersikap adil nantinya **********"********** Setelah sarapan pak Arif dan pak Burhan sedang duduk bersantai di taman belakang, arumi dan Aina membereskan bekas makan mereka semua, ibu arumi di kamarnya untuk mengemas pakaiannya karena siang ini mereka pulang, ibu agam sedang membereskan pakaian yang sudah di setrika dan memasukannya ke dalam lemari. "Mah arfa kemana, Kok tadi gk ikut sarapan?" Ucap Agam kepada ibunya "Arfa pulang" Nina menjawab dengan singkat, dia masih serius dengan pekerjaannya Sekarang "Pulang kemana mah?" Agam mengerutkan keningnya, dia tak mau jika pulang yang dimaksud adalah pulang kerumah orangtuanya "Ya Pulang kerumah kamu lah, kemana lagi?" "Kapan mah? trus sama siapa?" "Tadi pagi, waktu kamu masih dimasjid, dia pulang sendiri naik taksi." "Loh kok gk ngasih tau aku mah? Kan bisa aku anterin" "Tadi juga mamah bilang suruh nunggu kamu, tapi tadi taksinya udah nyampe. Tadi arfa juga bilang kalau udah SMS kamu, mungkin kamu belum baca" "Ya udah mah aku ke kamar dulu.." "Iya sana.." Agam berlari menuju kamarnya, dia khawatir arfa marah karna pergi tak memberitahunya terlebih dahulu. Dia mengambil smartphone nya di atas nakas. Dan memang ada pesan dari arfa Mas aku pulang dulu ke rumah kita, soalnya rumah kita kosong gk ada yang ngisi, jangan khawatir, aku baik baik aja Syukurlah dia gk marah, Iya, hati hati di rumah ya sayang Iya mas, mas gk perlu khawatir Syukurlah dia gk marah, kalau misalnya dia marah trus kabur gimana? Ya Allah jangan sampe Mas nanti bisa anterin papah sama mamah pulang gk? Suara arumi menginterupsi "Jam berapa?" Tanya Agam kepada arumi "Jam 9, bisa kan mas?" "Iya bisa, lagian sekarang mas cuty 1 Minggu" "Makasih ya mas.." "Iya, sama sama.." **********"********** Arfa.. Setelah sampai di rumahnya, arfa langsung menuju kamarnya dan Agam, ia merasa kalau badannya sedikit meriang, mungkin karna terlalu lama menangis kemarin.. Tutt..tutt..tutt.. Getaran smartphone di atas nakas membuat mata yang baru sebentar terpejam itu terbuka lagi.. Loh, Dimas ngapain nelfon ya.. "Halo assalamu'alaikum dek, ada apa?" "Wa'alaikumussalam, mbak  mas Agam beneran udah nikah lagi?" "Kamu tau dari mana?" "Mbak gk perlu tau, mas Agam beneran udah nikah lagi?" "Iya, tapi kamu gk perlu salahin mas Agam, dia juga udah izin sama mbak" "Tapi mbak, kalau bapak sama ibu tau gimana?" "Jangan sampai bapak sama ibu tau, kamu jangan kasih tau apapun ke bapak sama ibu y, mbak gk mau mereka khawatir sama mbak." "Tapi aku gk bisa bohong terus kan kak, kalau bapak sama ibu nanya gimana?" "Nanti mbak fikirin, tapi untuk sekarang tolong jangan kasih tau bapak sama ibu. Mbak mohon." "Iya mbak, tapi sampai kapan?" "Sampai mbak siap buat ngomong ke bapak sama ibu." "Ya udah mbak, aku mau berangkat kerja dulu, takutnya telat." "Ya udah, hati hati ya dek. Jaga diri baik baik." "Iya mbak, Assalamu'alaikum" "Wa'alaikumussalam"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD