bc

He's my husband

book_age16+
29.1K
FOLLOW
139.8K
READ
love after marriage
pregnant
arranged marriage
dominant
sensitive
brave
confident
drama
first love
secrets
like
intro-logo
Blurb

"Ya udah mas kalau itu mau kamu, silahkan..."

"Kamu beneran? Kamu gk keberatan kalau aku nikah lagi?"

"Lagian, kalau aku nolak emang kamu bakal dengerin?"

"Bukan begitu sayang... Mas gk mau kamu sakit hati, makannya mas izin dulu sama kamu.."

"Ya udah terserah mas aja, tapi aku minta saat kamu udah nikah sama dia,,, aku gk mau kalau serumah sama istri baru kamu selama 3 bulan, aku mau menata hati dulu buat ikhlas berbagi suami.. aku gk mau nantinya aku musuhan sama istri baru kamu kalau aku langsung tinggal serumah sama istri dari suamiku.."

"Iya sayang, nanti mas bicara dulu sama semua keluarga...

Maaf ya sayang......"

chap-preview
Free preview
Awal mula
Saya terima nikah dan kawinnya Arumi Nasha Razita binti burhanudin dengan maskawin tersebut di bayar tunai. Ucapan sakral itu dengan lancar keluar dari mulut pria ber-jas hitam dengan satu tarikan nafas seakan Tak ada beban yang memberatkannya. Bagaimana para saksi, Sah? Suara pak penghulu menginterupsi kepalaku untuk menatap sekitar SAH!! Arfa Berusaha menulikan telinga, menundukan kepala dan tersenyum miris mendengarnya, sudah hancurkah pernikahan yang sudah dia bina lima tahun ini hanya karena sosok perempuan baru? Semua orang tertawa bahagia seperti sedang menertawakannya yang berada di pojok ruangan, menyaksikan pernikahan suaminya sendiri dengan orang yang sudah di anggap sebagai kakak perempuannya itu.. Arfa menatap suaminya yang juga sedang menatapnya dengan mulutnya bergerak seperti mengucapkan kata maaf. Dia hanya bisa mengalihkan pandangan dari suaminya dan pergi meninggalkan tempat yang meninggalkan rasa sesak berlebih itu, berusaha mencari pasokan udara yang terasa menghilang dari sekitar rumah orang tua pria itu Arfa Berjalan gontai kelantai atas dan masuk kedalam kamar, mengambil koper yang sudah di siapkan tadi, dia sadar diri, mana mungkin dia  tidur di kamar ini malam ini? Pria pasti akan tidur bersama istri barunya di sini, jadi Arfa memutuskan untuk pergi ke kamar Aini, adik perempuan suaminya yang tak dia lihat dibawah tadi, "Aini.." panggilnya saat sudah berada di depan kamar adik iparnya itu "Iya kak.." dia mendengar suara adiknya yang berteriak dari dalam "Boleh kakak masuk?" Balasnya dengan suara pelan, dia seakan kehilangan tenaga bahkan untuk berbicara sekalipun "Masuk aja kak gk di kunci" Arfa membuka pintu kamar adik iparnya perlahan, terasa sepi dan menenangkan sekaligus. Suasana yang terdengar riuh di bawahpun seakan tertahan daun pintu yang tertutup sejak pagi "kakak boleh tidur disini?" "Iya kak masuk aja, jangan cuma berdiri didepan pintu.." Ucap Aini yang segera bangun dari posisi berbaringnya "Oh..iya, makasih yah Ai.." "Iya kak sama sama," Aini memperhatikan Arfa seksama, melihat raut kesedihan yang kentara di wajah cantik kakak iparnya itu  "hmm kak.." "Iya?" Arfa mengalihkan pandangannya menatap Aini yang terlihat ragu menatapnya "Kakak nggak marah liat mas Agam nikah lagi? Kakak emangnya gk sakit hati lihat suami kakak sendiri menikah dengan orang lain?" Aini menatap Arfa lamat-lamat, mencoba mencari ekspresi yang mungkin saja sedang kakaknya sembunyikan "Tentu saja kakak marah, dan sakit hati tentunya. istri mana yang nggak marah dan sakit hati saat suaminya menikah lagi, kakak pernah berpikir buat minta cerai dari mas agam, tapi kakak tau Allah nggak suka perceraian, memang sih di bolehkan.. tapi Allah benci sebuah perceraian, kalau kakak rasa kakak udah nggak kuat lagi, mungkin, itu jalan terbaik.." jawab Arfa seraya berjalan mendekat kearah adik iparnya itu "Tapi kak, kakak tau kalau kak Arumi itu suka sama mas Agam dari dulu?" Inilah yang membuat Aini penasaran, apakah mungkin Arfa tau jika arumi menyukai kakaknya sejak dulu "Nggak, tapi setelah kakak tau kalau mbak Arumi suka sama mas Agam, kakak rasa pernikahan ini yang terbaik, setidaknya setelah mbak Arumi menikah sama mas Agam Allah menjaga mbak Arumi untuk tidak terjerumus ke hal yang lebih buruk lagi" Arfa memposisikan badannya di samping adiknya itu. "Kakak tidur dulu ya, mungkin dengan istirahat bisa mengalihkan fikiran kakak untuk sementara" "Iya kak, nanti kalau sudah azan Aini bangunin" "Iya, Makasih Ai" "Sama-sama kak" **********"********** Hari mulai beranjak malam, meninggalkan jejak jingga di langit karna sinarnya, semenjak Arfa naik kelantai atas siang tadi, Agam belum melihatnya lagi. Dengan langkah tergesa Agam melangkah menuju kamarnya dengan arfa, mungkin wanita itu ada di sana. "assalamu'alaikum" salam Agam setelah mengetuk pintu kamarnya "Wa'alaikumussalam" jawaban lirih dari dalam membuat Agam mengerutkan keningnya Suara siapa itu? Agam yakin jika itu bukanlah suara Arfa,Agam membuka pintu kamarnya perlahan dan masuk kedalamnya. Dia menatap sekeliling dan tidak melihat tanda-tanda ada orang lain dikamar ini. Dimana Arfa? Kenapa justru Arumi yang ada disini, dia tau jika wanita itu juga istrinya, tapi ini adalah kamarnya bersama arfa. "Mas mau mandi dulu??" Suara instruksi dari Arumi mengagetkan Agam dari fikirannya, dia tersenyum canggung"ah..iya,, aku mau bersih-bersih dulu" "Ya udah mas aku siapin dulu ya,," Arumi hendak beranjak dari duduknya diatas ranjang, namun ditahan oleh Agam karena tidak suka segala privasinya dilihat orang lain kecuali Arfa "Nggak usah, kamu keliatan capek,aku ambil sendiri aja." Agam berjalan menuju lemarinya untuk mengambil baju ganti serta handuknya "Oh iya" jawab arumi singkat Saat agam membuka lemarinya dia tak melihat ada satupun pakaian Arfa di sini, kemana semua pakaian Arfa yang biasanya tertata rapi didalam lemari? Agam membuka pintu lemari lainnya, dan tetap tak menemukan pakaian istrinya disana. Agam berjalan menuju samping lemari tempat Arfa bisanya menyimpan koper dan tak menemukan benda itu disana, Apa mungkin arfa kabur? Agam  berjalan keluar kamarnya, dia tak mau jika karena pernikahan nya yang sekarang dia harus kehilangan Arfa yang sudah menemaninya sejak lama. "Mas mau kemana, katanya mau mandi?" Arumi bertanya saat melihat Agam berjalan keluar kamar "Aku keluar sebentar, mau ketemu mamah dulu.." Ucap Agam beralasan Tanpa menunggu jawaban dari Arumi, Agam berjalan keluar kamar mencari ibunya, mungkin saja ibunya tau keberadaan Arfa saat ini "Mah, liat Arfa nggak?" Tanya Agam saat sudah berdiri di depan ibunya yang sedang duduk di ruang keluarga bersama adik perempuannya "Nggak, mama gk liat dari tadi siang." "Arfa kemana yah mah? Tadi waktu aku masuk kamar baju sama kopernya udah gk ada.." Agam sudah kebingungan, sudah dikatakan di tak mau kehilangan Arfa, wanita itu yang sudah mensuport nya selama ini, dan dia tak mau kehilangannya hanya karena wanita itu memilih pergi dari hidupnya "Kak Arfa ada di kamar aku.." Ucap Aini memberi tahukan keberadaan kakak iparnya "Beneran?" Agam menatap Aini dengan tatapan bertanya "Iya, katanya nggak mau ganggu kakak, jadi dia pindah ke kamar aku.." jawab Aini dengan nada yang sedikit kesal kearah kakaknya "Kenapa harus pindah? Kamar kakak kan kamar dia juga." Agam menjawab perkataan Aini dengan tak kalah kesalnya "Iya, tapi dikamar kakak kan ada istri baru kakak, masa iya mau tidur bertiga?!, kadang aku ragu kakak itu kalau mikir pake otak atau enggak!" Jawab Aini tambah kesal. Entahlah, intinya dia tak suka saat kakaknya itu menikah lagi "udah sana kakak mandi, sholat tobat juga jangan lupa!" Dengan kesal Aini menghentakkan langkahnya menuju kamarnya sendiri, lebih baik dia di dalam kamar seraya membuka media sosialnya dari pada menghadapi kakaknya itu. **********"********** Selepas sholat isya keluarga Agam dan Arumi sudah bersiap makan malam, semua sudah berkumpul disini kecuali arfa dan Aini. Pernikahan Agam dan Arumi memang tak terlalu meriah, hanya mendatangkan beberapa sanak keluarga dan juga beberapa kolega bisnis kedua keluarga, dan acara resepsipun tidak di lakukan sampai malam karena itu memang permintaan kedua mempelai pengantin "Bi Narsih, tolong panggilkan Arfa dan Aini untuk makan malam." Ucap ibu Agam kepada asisten rumah tangga yang ada disana "Baik, nyonya..." Setelah mendapat perintah dari tuannya wanita yang sudah berumur itu naik kelantai atas, tak lama kemudian wanita paruh itu turun bersama Arfa dan Aini bersamanya. Agam menatap Arfa, dan saat itu Matanya bersibobok dengan istrinya, Agam merindukan wajah itu, wajah yang masih kentara sekali jejak air mata di pelupuknya dan juga matanya yang sudah bengkak itu. Mereka semua sudah duduk di tempat masing masing, meja makan ini berbentuk persegi panjang, dengan 3 kursi di samping kanan, 3 kursi di samping kiri dan masing masing satu di bagian yang lain Ayahnya duduk di kepala meja makan, dan ayah Arumi di sebrangnya, di bagian kiri agam, arumi, dan ibu mertua barunya, di bagian kanan ada ibunya, Aini dan Arfa. Arfa duduk di depan ibu mertuanya, Aini di depan Arumi, dan ibunya di depan agam. Agam manatap Arfa yang masih saj menunduk. kenapa harus wanitanya yang menjauh? **********"********** Selesai makan seluruh keluarga berbincang-bincang sambil menonton televisi, kecuali Arfa dan Arumi.. "Agam mau ke atas dulu yah, mau istirahat" pamit Agam kepada semua orang yang ada di ruang keluarga "Duh pengantin baru udah nggak sabar yah.. Ya udah sana, keburu di tungguin." Goda ayahnya kepada Agam, apa maksudnya?? Ini adalah pernikahan keduanya, dia bukanlah seorang bujangan yang baru pertama kali menikah, jadi tak perlu diejek seperti itu bukan? "Ya udah permisi ya mah, pah, Bu,yah.." dari pada Agam mengeluarkan unek-uneknya lebih baik dia pergi dari sana sebelum kembali mendapatkan ejekan dari keluarganya "Iya...." Saat berjalan kelantai atas Agam berfikir kenapa ibu dan ayah arumi tidak melarang arumi menikah dengannya yang notabenenya sudah punya istri? Dia rasa Arumi bukanlah wanita yang mempunyai kekurangan Sampai harus menikah dengan Seseorang  yang sudah beristri, jadi apa masalahnya disini? Pikiran itu hilang seketika saat agam sudah berada di depan kamar adiknya, dia berusaha menarik nafasnya dalam-dalam untuk memasok stok udara di paru-parunya "Arfa" panggil Agam setelah mengetuk pintu Tak ada jawaban.. "Arfa, boleh mas masuk?" Panggilnya lebih keras di depan kamar adiknya yang tertutup "Iya mas, masuk aja.." jawab suara dari dalam lirih Agam masuk kedalam kamar adiknya dan melihat arfa yang sedang tidur memunggunginya, dia dapat merlihat punggung istrinya yang sedikit bergetar "Arfa, kamu sakit?" Tanyanya sekedar basa-basi memulai percakapan "Nggak mas, cuma capek aja.." jawab syafaasoh dengan posisi memunggungi suaminya "Arfa, nggak baik loh munggungin suami saat di ajak bicara.." tegur Agam agar Syafa mau berbalik arah menghadapnya "Maaf mas aku pilek, takutnya nanti nular sama kamu mas" Agam tidak tuli saat mendengar suara istrinya yang tercekat diakhir kalimatnya, dia tahu jika wanita itu sedang menyembunyikan tangis saat ini "Arfa..." "__" "Arfa..." "__" "Arfa, kalau kamu sakit? Kita ke dokter aja yuk" bujuk Agam seraya berjalan mendekat dan ikut duduk di ranjang adiknya dan coba membalikan badan istrinya pelan "Nggak usah mas, aku cuma kecapean doang, mendingan mas ke kamar mas aja, mbak Arumi pasti udah nungguin" suaranya yang terdengar serak semakin membuat Agam kehilangan akalnya "Itu kamar kita sayang, mas nggak mau pergi kalau kamu nggakk mau liat mas dan berhenti nangis kayak gini, mas nggak ada niatan buat bikin kamu nangis kayak gini fa" "Aku pilek mas, takutnya nanti kamu ketularan" "__" "Mas.." "__" "Mas.." Srek.! Tubuh arfa berbalik seketika saat tangan kokoh suaminya membalikan tubuh dalam selimut itu, Arfa kaget, dia mencoba untuk menutupi wajahnya yang sembab akibat menangis dari tadi siang tapi apa daya saat tenaganya tak lebih  Besar dari suaminya? "Arfa lihat mas" Agam mencoba membuat wajah arfa menghadap kearahnya "Aku Malu mas.." Arfa memiringkan Kepalanya untuk menghindari tatapan suaminya "Kenapa harus malu?" Tanya Agam jengah "Muka aku lagi jelek, soalnya lagi pilek" Cup Agam mencium mata istrinya bergantian. "Mas" "Udah jangan nangis lagi, maafin mas, mas nggak bisa nolak pernikahan ini, ini demi papah" Mendengar ucapan Agam Arfa pun kembali menangis dan tangisnya ia keluarkan semuanya, dia tak ingin menahannya lagi seperti tadi, dia butuh pelampiasan bukan? "Mas jahat! Mas jahat, mas udah nggak sayang lagi sama aku.." Arfa meronta di dalam pelukan suaminya "Iya iya, mas minta maaf, tapi asal kamu tahu mas itu sayang banget sama kamu fa" Abbas mempererat pelukannya, berusaha memberikan kenyamanan untuk Arfa yang sedang melampiaskan kesakitannya "Mas bohong!!!" "Nggak fa, kan dulu mas udah pernah bilang kalau mas itu menikah demi papah, kamu inget itu?" Setelah beberapa lama menenangkan istrinya, akhirnya Agam bisa menenangkan wanita itu "Mas ini udah jam 9 malam, kamu nggak balik ke kamar kamu?" Arfa mendongak menatap wajah suaminya dengan posisi mereka yang berpelukan seperti ini "Tapi nanti kalau aku pergi kamu nangis lagi gimana?" Agam menunjukan wajah manjanya dan mencium puncak kepala istrinya "Nggak mas, udah sana!" Arfa mendorong badan suaminya dan memintanya untuk kembali ke kamar pria itu "Jadi mas di usir?" Abbas menunjukan wajah kesalnya "Iya, udah sana, nanti keburu Mbak Arumi yang nyariin mas.." "Ya udah mas pergi dulu yah,, jaga diri baik baik,, jangan nangis lagi,, assalamu'alaikum" "Wa'alaikumussalam.."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.4K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.2K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

Hurt

read
1.1M
bc

PATAH

read
514.7K
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
464.5K
bc

Long Road

read
118.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook