Oh My King-02

1257 Words
Oh My King-02 Yuri dan Nita pergi ke hutan dengan membawa peta dan kompas jika seandainya mereka tersesat. Selain itu mereka juga membawa senter, tali, pisau kecil, makanan ringan, air minum, dan lain-lain. Mereka memasuki hutan dengan semangat yang berkobar. Celotehan riang terus mengisi perjalanan mereka. Saking semangatnya, mereka tidak sadar memasuki area hutan terlalu dalam. Mereka terlalu terpesona dengan keindahan yang disajikan alam. Pohon yang rindang, bunga yang bermacam jenis dan warna, serta hewan-hewan yang berlarian kecil dan beterbangan. Sesekali Yuri mengabadikan pemandangan yang menurutnya bagus. Nita pun juga tak jauh berbeda dari gadis cantik itu. Namun, acara mengagumi hutan mereka terhenti ketika mendengar suara lolongan serigala. Terdengar begitu mengerikan di hutan yang sepi dan mencekam. "Nita!!!! Ada serigala!" panik Yuri akibat suara lolongan serigala yang terdengar tidak jauh dari tempat tempat mereka berada. AUUUUU!!! "Larii!!" Nita pun ikut panik mendengar lolongan serigala tersebut untuk yang ke dua kalinya. Mereka berdua berlari sambil berpegangan tangan. Takut salah satu di antara mereka tertinggal nantinya. Mereka terus berlari sejauh mungkin dari asal suara. Tapi lama kelamaan mereka menjadi lelah. "Yur, kita berhenti dulu. Aku capek." Nita akhirnya menyerah. Tak kuat lagi untuk berlari. "Kenapa kita bisa mendengar suara lolongan serigala? Apa kita masuk ke hutan terlalu dalam?" Yuri mengeluarkan suaranya setelah mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. "Mungkin. Aih, kita terlalu terpesona dengan alam hingga membuat kita lupa diri." Nita memijit-mijit kakinya yang terasa pegal. Yuri manggut-manggut. Setuju dengan ucapan Nita yang benar adanya. Geraman hewan buas di belakang mereka membuat kedua gadis cantik tersebut terhenyak. Dengan gerakan yang sangat pelan mereka menengok ke belakang. Alangkah kagetnya mereka saat melihat seekor serigala abu-abu yang tak jauh dari tempat mereka berada. "ARGHHHH!" jeritan mereka berdua memecah kesunyian. Dengan secepat kilat mereka berdiri dan berlari sekuat tenaga. Jangan lupakan tangan mereka yang saling bertautan. Mereka semakin terdesak kala berada di tebing yang sangat curam, di bawahnya mengalir air yang sangat deras. Mungkin itu sungai, entah lah, otak mereka tidak dapat berpikir dengan baik karena sudah kacau akibat serigala itu terus berjalan mendekat ke arah mereka dengan air liur yang menetes di kedua sudut bibirnya. Sepertinya hewan itu sudah tidak sabar memangsa mereka. sekali lagi, serigala itu melolong keras hingga membuat mereka ketakutan setengah mati. Mereka memang suka perjalanan yang menantang tapi tidak sampai membahayakan nyawa juga. Mereka masih ingin hidup, menikah, punya anak, dan jadi seorang nenek. Yuri yang sudah panik hanya memikirkan 1 cara. Yaitu melompat ke dasar tebing. Pilihannya sekarang hanya 2. Melompat atau di terkam serigala? Walau, ke dua pilihan itu membuat nyawa mereka di dalam bahaya. "Kita harus melompat ke dalam air, Nit." "Kita kan nggak bisa berenang, Yuri." Nita tidak setuju dengan ide gila Yuri. "Ya mau gimana lagi? Kau lebih pilih yang mana? Berdiam diri di sini dan mati karena hewan itu atau melompat ke dalam air walau nyawa kita tantangnnya, tapi setidaknya kita masih bisa selamat walau kecil kemungkinan." Nita terdiam mendengarnya. Dia bimbang. Kedua pilihan itu tidak ada yang membuatnya di zona aman. Matanya menutup erat untuk sejenak. Dengan mantap ia berucap, "Yaudah, aku lebih baik melompat ke bawah daripada di makan hewan buas yang berada di depan kita." Yuri mengenggam erat tangan sahabatnya seraya menatap serius."Dalam hitungan ke dua kita harus melompat, ok?" Auuuuu!!!! "Ok." Satu... Duuua... Byyurr!! Tepat saat serigala itu hendak menyerang, mereka melompat dari tebing dengan saling berpegangan tangan. Tubuh mereka menghantam air dengan sangat kuat. Sakit, itu lah yang mereka rasakan. Tubuh mereka seperti batu. Tenggelam. Pegangan tangan mereka terlepas tanpa di sengaja. Kedua gadis cantik tersebut berusaha kembali ke permukaan air namun sia-sia karena memang pada dasarnya mereka tidak bisa berenang. Yang bisa mereka lakukan hanya lah pasrah sambil menahan napas agar air tidak masuk ke dalam hidung dan tenggorokan mereka. Sialnya mereka hanya manusia biasa yang tidak punya insang seperti ikan. Yuri kelepasan, dia menghirup air hingga air tersebut masuk ke dalam hidungnya. Mulutnya juga ikut terbuka hingga air tertelan olehnya. Yuri merasa sesak. Sangat sesak. Air matanya keluar dan bercampur dengan air sungai begitu saja. Inikah akhir hidupku? Seperti ini kah kisah kematianku? Tenggelam di dalam air yang sangat dalam tanpa di ketahui oleh siapa pun. Miris memang. Ya tuhan, maafkan semua khilaf dan salah yang ku lakukan selama ini. Eomma, appa, semoga kalian selalu bahagia. Terimakasih karena sudah merawatku selama 20 tahun ini. Aku sangat-sangat menyayangi kalian. Perlahan pandangan Yuri mulai menggelap. Semuanya terasa gelap, kosong, dan hampa. Nita masih bisa bertahan. Merasa sangat kalut kala tidak melihat sahabatnya. Yang ada di pikirannya; apakah Yuri sudah mati?? Dan dimana Yuri?? Yuri!!! Kau dimana? Apakah kau masih hidup? Yuri, aku takut. Ah, mommy, daddy, maafkan putri kalian yang pernah membenci kalian ini. Sepertinya ini lah akhir hidupku. Walaupun kalian sangat jarang bersamaku dari kecil, aku tetap bahagia karena masih memiliki orang tua yang lengkap. Aku sayang kalian. Semoga setelah ini kalian tidak lagi mementingkan pekerjaan daripada anak-anak kalian. Kasihan ke dua adikku yang masih remaja dan kecil. Aku--- Nita terkulai lemas. Tubuhnya turun secara perlahan hingga ke dasar sungai. **** "Hormat kami, king!" ucap seorang prajurit sambil membungkuk hormat. "Ada apa?" tanya pria yang di panggil king tersebut dengan nada dingin yang mampu membuat seseorang bergidik. Aldrik Denni Brown, namanya. King para Werewolf sekaligus king dari semua makhluk immortal. Semua makhluk immortal tunduk dan takut kepadanya karena kekuatannya yang tidak tertandingi. Campuran antara Demon dan Werewolf, namun sampai sekarang dia masih belum menemukan matenya. Belum pernah menjalin hubungan dengan perempuan mana pun karena sikapnya yang dingin dan acuh. "Ada beberapa Vampir yang memberontak di perbatasan, king." "Cihh!! Mereka hanya mengantarkan nyawa kepadaku." remeh Aldrik dengan seringaian menyeramkankan yang mampu membuat siapa pun meneguk saliva dengan kasar. Sama halnya dengan yang dirasakan para prajurit. Mereka meneguk saliva dengan kasar karena merasa takut melihat seringaian Aldrik. "Aku yang akan turun tangan sendiri agar tidak akan ada lagi yang berani menentangku." Aldrik bangkit dari singgahsananya, sayap hitam lebar nan kokohnya membentang sempurna dengan perkasa. Kakinya mulai tidak menapak di lantai. Terbang, menuju tempat yang di maksud. Setibanya di tempat, para Vampir meneguk saliva dengan kasar karena ketakutan merasakan intimidasi yang dikeluarkan sang king. Namun, mereka cepat-cepat mengubah ekspresi mereka menjadi ekspresi yang menantang dan meremehkan agar tidak diremehkan. "Sepertinya kalian sudah tidak sabar untuk pergi ke neraka." desis sang king dingin. "Kami yang akan membuatmu pergi ke neraka." sahut salah satu di antara para vampir pemberontak itu dengan nada congkak. "Oh ya?" tanya Aldrik dengan nada menantang. Sedetik setelah mengatakan kata tersebut, Vampir itu sudah tumbang karena pengaruh kekuatannya. Aldrik mempunyai kekuatan menyerang musuh hanya lewat pikiran dan mata tanpa perlu menguras tenaga lebih. Sungguh kekuatan yang menyeramkan, bukan? "Cihh, belum melawanku saja sudah jatuh." Aldrik menatap angkuh. Kala vampir hendak berdiri, Aldrik sudah maju dan menarik jantung mereka hingga vampir itu mati dan menjadi abu. Semua orang yang melihat kejadian itu hanya terdiam sambil bergidik ngeri. Walau pun mereka sudah biasa melihat pemandangan seperti itu tapi tetap saja mereka merasa sangat ngeri. "Ini lah akibatnya kalau kalian berani menentangku." sinisnya sebelum menghilang dalam sekejap mata. Pria itu muncul di dalam kamarnya. Memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Aldrik sendiri mandi tanpa bantuan pelayan. Dia tidak suka ada orang asing yang memasuki kamar pribadinya. Setelah selesai, ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Semoga aku menemukanmu secepatnya, mate." Sekejam, seangkuh, searogan, dan sesadis apa pun dia. Dia tetap makhluk hidup yang membutuhkan pasangan hidup. -TBC- *immortal: Dunia abadi. *mate: pasangan abadi yang telah di tentukan oleh moongoddes. *mongoddes: Seorang dewi bulan yang di percayai kaum immortal sebagai penciptanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD