bc

CEO Arogan : Jatuh dalam pelukanmu

book_age18+
77
FOLLOW
1K
READ
HE
badboy
office/work place
secrets
friends with benefits
like
intro-logo
Blurb

Hilda seorang wanita, mencari cinta karena usia yang seharusnya sudah menikah, dan memiliki anak, bertemu CEO tampan arogan berusia 45 tahun, dan masih lajang juga, tanpa sengaja mereka bertemu ketika liburan di luar negri, dengan konflik yang mendekatkan mereka, menuju ke pernikahan, dan di bumbui kecemburuan wanita lain.

chap-preview
Free preview
Berhenti kerja dan liburan
"Hilda ... jelasin sama Mama apa maksudnya ini ?". teriakan seorang ibu yang sangat kesal dengan kelakuan putrinya. "Jam berapa ini mah? tanya Hilda, gadis ini seolah tidak menghiraukan teriakan ibunya yang membawa secarik kertas, dia meraba-raba nakas di samping tempat tidurnya, untuk mencari kacamata pandangannya kabur ngeblur, setelah itu dia memakai kacamata itu dan terlihat jelas di hadapannya ada sang ibu dengan emosi tingkat tinggi. Dia melihat sekelilingnya dan tertuju pada sebuah jam dinding yang berbentuk bulat itu, saat ini sudah pukul 09.00 pagi sementara dia harus take off jam 11.00 siang. "Eh, anak ini kok kurangajar ya, ditanya sama mamanya, kok malah clingak-clinguk, kamu pikir Mama lagi bercanda? coba jelasin kamu berhenti kerja..? kenapa ada surat resign di mejamu?" tanya wanita paruh baya ini dengan kekesalan tingkat dewa. "Iya mah, aku udah nggak kuat lagi dengan tekanan pimpinan, atasanku itu semena-mena, dan maaf mah aku mau mandi, pesawatnya berangkat jam 11.00" ucap Hilda. "Loh apa maksudnya ini? tiba-tiba naik pesawat jam 11.00?" tanya sang ibu yang masih kebingungan sambil memegang surat pengunduran diri milik Hilda itu. "Iya mah, aku butuh penyegaran, kalau mama mau ikut ayo aku udah beli tiket 2 tapi kalau nggak mau ya nggak apa-apa paling hangus." ucap Hilda yang masuk ke dalam kamar mandi, ya siap-siap membersihkan diri. "Bocah iki edan, mau pergi ya langsung tinggal pergi, Mama ini belum siap-siap loh, coba jelasin sebentar mau ngapain ke sana?" tanya sang ibu "Liburan mah, nyegerin pikiran udah mumet aku, 5 tahun nggak pernah ke mana-mana, saatnya nikmati tabunganku" ucap Hilda keluar dari kamar mandi dan dia sudah rapi, sementara handuk masih di kepalanya. Ternyata sejak semalam Hilda sudah mempersiapkan barang bawaannya, yang akan dia bawa di dalam kopernya, dan itu hanya sebuah koper berukuran sedang saja, tidak terlalu banyak bawaan yang dibawanya, sang Ibu masih berdiri di hadapannya mengikuti langkah kakinya yang mengambil tas dari dalam lemarinya, "Coba jelasin dulu, apartemen kita ini dikit lagi kontraknya habis, kok kamu malah berhenti kerja, terus hidup kita kedepannya bagaimana? ini kok malah keluar negeri? liburan, ngabisin duit, apa kamu nggak mikir masa depan ingat umurmu berapa?" ucap sang ibu, dia sudah di brondong pertanyaan dari ibunya, wajar saja seorang ibu sepanik ini, mengingat usia Hilda yang tidak muda lagi, saat ini dia memasuki usia 35 tahun lalu dia berencana untuk berhenti bekerja, "Mah,? bisa nggak sekali aja Hilda pengen banget nikmatin hidup, pengen mikir tentang masa depan Hilda, kalau cuma di Jakarta aja kayaknya udah nggak bisa mikir, lagian seumur hidup belum pernah ke luar negeri mungkin suasana baru ada harapan baru.." ucap Hilda dengan muka teduh pandangan kosong seolah ada tekanan yang begitu berat dalam dirinya. Sang ibu melihat putrinya begitu tertekan dia jadi tidak ingin ikut, dia ingin memberikan ruang yang banyak untuk putrinya berpikir tanpa harus memikirkannya, "Yowes, silakan kamu liburan nyeger nyegerin pikiran, udah mama biar di sini saja di apartemen ngobrol sama ibu-ibu, biaya hidup di luar negeri kan mahal, jajanan hitungannya dolar, kalau di sini kan murah-murah, udah kamu aja". ucap sang Ibu, dia jadi serba salah, ingin menuntut putrinya agar segera menikah, tapi melihat putrinya begitu tertekan, dia tidak berani menolak keinginan putrinya untuk liburan. "Aku harus nanya ke si Lina, sebenarnya ada apa di kantornya Hilda?" benak sang ibu, ketika mengantar putrinya hingga lantai bawah, sampai Hilda menaiki taksi jemputan yang sudah dipesannya menuju bandara. "Pamit Bu, sampai jumpa lagi?" ucap Hilda dari dalam taksi itu, dia berbicara melalui jendela pintu mobil itu. "Iyo, hati-hati jaga diri baik-baik, seneng-seneng yo?" jawab sang ibu. Dalam mobil itu tepatnya dalam taksi, Hilda menahan kejengkelannya, karena hinaan atasan dan sekretaris atasannya itu, dia sudah bekerja semaksimal mungkin membantu atasannya itu meloloskan kontrak-kontrak proyek kerjasama dengan perusahaan lain, dia masih terngiang-ngiang mengingat perkataan sang bos dan sekretarisnya. "Hilda kamu ikut saya, kalau bisa kamu bawa lingeri, aku ingin mengganti sekretarisku mungkin kamu akan menjadi sekretarisku?" ucap atasannya itu yang memang terkenal m***m, tapi selama ini dia tidak pernah melecehkan atau menghina Hilda akan tetapi hari ini mengapa dia berkata demikian. "Maksud Bapak apa ya? lingeri? apa Ibu mesen lingerie? kayak apa modelnya? nanti saya cariin" jawab Hilda dia tidak menaruh curiga sedikitpun terhadap atasannya ini, bahkan dia berpikir itu adalah pesanan istrinya. "Bukan untuk istriku, tapi untukmu! aku tahu usiamu tidak muda lagi, bukankah ini menyenangkan..? pengalaman pertamamu denganku..? jangan khawatir aku akan memberikan jatah bulanan yang lebih padamu" ucap atasannya itu, ternyata dia sudah memperhatikan Hilda sejak lama, akan tetapi sekretarisnya selalu menempel padanya, bahkan menawarkan diri tanpa dipinta nya. "Maaf Pak, saya perempuan baik-baik, saya tidak bermaksud menyinggung bapak, tapi saya tidak ingin menjadi wanita ketiga dalam rumah tangga seseorang" ucap Hilda sesopan mungkin. "Munafik, apa kau tahu sekretarisku si Lina? sahabatmu itu! dia salah satu simpananku, mengapa kau tidak mau? jatah bulanan kalian bisa 10 kali lipat gaji kalian?" ucap sang atasan. "Apa maksud Bapak? menyamakanku dengan Lina. Maaf Pak, saya bekerja di perusahaan ini mendedikasikan diri untuk kemajuan perusahaan, bukan sebagai simpanan bapak!" jawab Hilda yang langsung tersulut emosinya dia disamakan dengan Lina, dan dia baru tahu ternyata sahabat dekatnya itu adalah simpanan bosnya sendiri. Lelaki m***m ini berusaha mendekati Hilda memegang bahunya, sontak saja Hilda menepis tangan atasannya itu, yang sudah berani memegang tubuhnya, meskipun baru dibahunya saja, baginya itu sebuah pelecehan, dia belum masuk bekerja di sini bukan menjual diri, sang atasan yang melihat penolakan Hilda menjadi sangat bersemangat ini dia berusaha memeluk Hilda, dengan reflek Hilda menampar atasannya itu sekeras mungkin sekuat tenaganya. "Plaaak !" suara nyaring tamparan itu terdengar juga oleh Lina sahabatnya, yang sedang menguping di belakang pintu, dalam hatinya begitu kesal mendengar atasannya itu menawarkan sejumlah uang pada sahabatnya, beruntung Hilda tidak tertarik, Hilda langsung merapikan bajunya, dia buru-buru keluar ruangan atasannya itu, dan berpapasan dengan Lina, yang berada di depan pintu, dia membawa map yang dipegangnya "Sebaiknya lo mengundurkan diri" ucap Lina, kali ini dia berbicara ketus, tapi dalam hatinya, dia sedang membantu sahabatnya untuk keluar dari situasi ini. "Yah, nggak usah lu ajarin, gua gak mau kerja di sini lagi, dan gua nggak nyangka lo..? ucap Hilda, perkataannya belum selesai dan langsung ditengkas oleh Lina. "Ini pilihan gua, dan gua sarankan cepet-cepet lo keluar dari perusahaan ini" ucap Lina, dia masuk ke dalam ruangan atasannya itu, kalau nutup pintunya. Ingatan Hilda ini terjadi kemarin siang, dia mengingatnya lagi di dalam taksi ini, sambil mengepalkan tangannya, dia berpikir dia sudah menyia-nyiakan waktunya, bekerja selama 5 tahun di perusahaan ini, hanya untuk dihina dan hampir dilecehkan oleh atasannya. Bersambung

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook