03 |TUGAS TAMBAHAN KHUSUS

1035 Words
Setelah pelajaran Pak Glen berakhir, aku dan Rossa akan pergi ke kantin untuk menunggu jam pelajaran selanjutnya tetapi tertunda begitu kami mendengar Pak Glen berkata, “Kalian berdua ikut saya ke ruang dosen sekarang!” O Em Ji! Ternyata Pak Glen tidak membiarkan kami bebas begitu saja. Aku yakin, setibanya kami di ruang dosen—Pak Glen akan menceramahi kami habis-habisan di depan para dosen lainnya kemudian menghukum kami dengan memberi tugas tambahan. “Sekarang!!” Pak Glen membentak lagi ketika aku dan Rossa masih bergeming karena sibuk melamun. Aku pun segera menjawab, “Eh i-iya Pak.” Kemudian bersama Rossa berjalan mengekori Pak Glen menuju ruang dosen. Setibanya kami berdua di ruang dosen, sesuai yang kuduga ketika dalam perjalanan ke sini. Pak Glen tidak henti-hentinya mengomel. Rossa menjadi tersangka utama yang sedari tadi menjadi tatapan sengit Pak Glen karena aksi drama tik-toknya, sedangkan keberadaanku di sini seolah-olah hanya sebagai pengacara Rossa saja yang siap membantunya apabila dibutuhkan. Aku menguap diam-diam sambil melirik ke sekitar ruang dosen yang sepi karena aku dengar mereka sedang ada rapat, untungnya. Lalu di salah satu meja dosen yang tak berpenghuni, mataku melihat sebuah banner berisikan jadwal kegiatan camping untuk jurusan psikolog. Pikiranku seketika teralihkan ke isi banner tersebut. Camping? Di hutan harapan Jambi? Aku jadi orang pertama yang mengetahui tentang hal ini. Aku tersenyum tanpa sadar ketika tidak sabar menantikan jadwal camping yang akan dilaksanakan di provinsi Jambi. Pasti akan seru. “Jeha!” Bentakan Pak Glen spontan mengembalikan mataku ke arahnya. “Kamu dengerin saya ngomong nggak sih?” tegur pria itu padaku. “Ma-maaf Pak, saya dengerin kok,” alibiku sambil setengah menunduk menghindari tatapan tajamnya. “Kalau begitu cepat ulangi perkataan saya tadi.” Pak Glen mengetes. Aku menoleh menatap Rossa yang mengedikkan bahu pertanda ia tidak bisa membantu, lalu akhirnya akupun menjawab sesuai apa yang indra pendengaranku tangkap meski tak semuanya. “Pak Glen memberikan nasihat agar saya dan Rossa tidak mengulang kesalahan, lalu Pak Glen memberi kami tugas tambahan yaitu pergi camping ke hutan harapan Jambi eh…” Aku mengerjap ketika perkataan terakhirku justru tidak ada sangkut pautnya dengan tugas Pak Glen. Haishh, ini pasti gara-gara otakku masih memikirkan soal camping yang kulihat di banner tadi. “Maksud saya tugas tambahan… ekmm… anu…” Tanganku menggaruk tengkuk yang tak gatal ketika tidak tahu tadi Pak Glen memberi tugas tambahan apa. “Nangkep tikus di gorong-gorong depan Univ,” bisikan Rossa di samping membuat bibirku otomatis menirukannya, “Nangkep tikus di gorong-gorong depan Univ. Ha?” Aku sendiri bingung setelah mengatakannya, sedangkan Rossa sudah terkikik geli menertawakan aku. Gezzz, aku dibegoin manusia kampreeet! “Nangkep tikus? Kamu mau saya kasih tugas tambahan nangkep tikus?” Pak Glen menantang sedangkan kepalaku sontak menggeleng enggan. “Jangan Pak!” “Terus apa?” Pak Glen kembali bertanya masih dengan tampang garangnya. “Nangkep hati bapak aja,” tambahku menjurus ke sebuah gombalan yang semakin membuat Rossa ngakak di sebelahku. “Jeha…” Pak Glen menggeram, kemarahannya sekarang mungkin tidak bisa ditoleransi. Tapi mau bagaimana lagi? Aku juga tidak punya jawaban lain. “Tugas tambahan kedua khusus untuk kamu adalah saat camping di hutan harapan tanggal 30 besok!” Mataku terbelalak, bukan terkejut sebab mendapat tugas tambahan lagi saat camping, melainkan terkejut karena senang akhirnya tahu kapan jadwal camping itu dilaksanakan. Tanggal 30, okehhhh… itu berarti kurang seminggu lagi dihitung sejak hari ini. Dengan tampang polos dan senyum yang terulas di bibir, aku bertanya dengan antusias, “Tanggal 30 besok, siap! Dengan senang hati Pak. Tapi by the way, tugas tambahan saya saat camping apa Pak?” Pak Glen mengambil napas, tampaknya sedang berusaha sabar meladeni aku sebelum kemudian menjawab sinis, “Nyari serigala di hutan!” Alamak! Cari serigala? Lah dikira aku ini penjaga hutan apa pakai disuruh mencari hewan buas seperti itu. Pak Glen kalau marah ternyata suka bicara ngawur. Apesnya aku. *** Sesampainya di rumah setelah kuliah, Rossa tidak berhenti menertawakan aku sejak dalam perjalanan sedangkan aku hanya bisa bersungut-sungut melihat kebahagiaannya di atas kesengsaraanku. “Salah lo juga sih pakek bawa-bawa camping pas ngomong ke Pak Glen, dapet kan tuh tugas tambahan cariin serigala,” ledek Rossa sambil melempar tasnya ke atas sofa dan duduk di sampingku yang sibuk melepas kaos kaki. “Pak Glen aneh banget coba, buat apa dia ngasih aku tugas tambahan nyari hewan buas kayak gitu?” Aku menggerutu kesal. Pasalnya tugas tambahan khusus yang diberi Pak Glen sangat diluar nalar. Masih dengan senyum yang menggantung dibibirnya, Rossa menceletuk, “Buat dikawinin sama anjing peliharaannya di rumah, hahaha!!” Lagi—cewek itu tertawa terbahak-bahak seolah kengenesanku adalah karunianya. Senyum jail perlahan terbit di bibirku ketika menemukan ide cemerlang yang bisa membuat Rossa berhenti tertawa. “Makan tuh kaos kaki!” Tanganku bergerak menyumpal mulut Rossa menggunakan kaos kaki bekas yang kupakai kuliah hari ini. Kemudian dengan gesit kakiku berlari kabur ke kamar mandi sekalian mandi sore, mengabaikan teriakan histeris Rossa yang mencak-mencak jijik karena mulutnya ternodai bekas kaos kakiku. “Jehaaaa kamprett!!!!” Hahaha, rasain. Aku senyum-senyum sendiri di kamar mandi seperti orang gila sambil membayangkan betapa sebalnya Rossa saat ini. Santuy saja, kejailin ini masih belum ada apa-apanya dibandingkan kejailan Rossa yang pernah naruh kotoraan kambing di piring aku dan bilang itu kissmiss. Iiuy, untung otak aku waktu itu masih cerdas bisa bedain mana kotoraan kambing dan mana yang kissmiss beneran. Andai waktu itu aku lagi kalap, pasti bakal jadi sejarah—pertama kali manusia makan taai kambing. Wedusss emang -_- Jangan ditiru ya temen-temen, jaillah sewajarnya. Kalau aku sama Rossa orangnya memang tidak wajar, duo sambleng yang kata orang-orang untungnya aku masih diberi kelebihan otak encer dan Rossa yang diberi kelebihan wajah glowing. Dan tenang saja. Kami berdua tidak terus-terusan jadi cewek sableng. Ada kalanya kami serius dan bertingkah seperti manusia sewajarnya. Maka jangan kira kami alien yah, kami nggak aneh kok, hanya sedikit berbeda. Oh ya ngomong-ngomong soal tugas tambahan khusus dari Pak Glen, kayaknya aku perlu putar rencana supaya bisa nangkap serigala dan kembali dalam keadaan hidup-hidup sehat wal afiat. Nangkap serigala vegetarian aja kali’ yah. Kayaknya ada deh serigala yang nggak makan daging. Oke-oke, jadi rencana tanggal 30 besok untuk memenuhi tugas tambahan khusus yang diberi Pak Glen adalah mencari serigala vegetarian. BERSAMBUNG...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD