Bab 152: "Menanti Takdir 2"

1946 Words
Sementara itu, Lord Alastairs jarang pulang karena tugas kenegaraannya. Kehadiran Lady Earlene hanya sepintas lalu. Di tempat yang begitu besar ini, ibu tirinya itu bisa muncul darimana saja, kapan saja, dan menghilang dengan cara yang sama. Ia adalah sesosok ibu buatan yang jauh untuk dipetik kehangatannya. Komunikasi yang terjalin nyaris hanya tiga kalimat per hari, "Hi'', "Apa kabar?'', dan "Aku baik-baik saja''. Luna tidak yakin apakah dirinya bisa menerima Lady Earlene sebagai ibu seutuhnya menggantikan Catherine yang tak pernah dilihatnya. Keadaan tak pernah mendukungnya untuk bergerak ke arah itu. Pun meski Lord Alastairs pernah berkata, "Betapapun, sesungguhnya dia menyayangimu.'' Luna berfikir, semua orang dapat menggunakan kalimat tersebut untuk menutupi ketidakpeduliannya pada orang lain. Betapapun, sesungguhnya... betapapun, sesungguhnya... Ah, bukankah ayahnya juga sering menggunakan kalimat itu untuk menyakinkan keraguannya. Luna termenung, untuk sekian kalinya ia menyimpan sendiri persoalan itu. ***** "Inilah kamarmu!!!'' seru Mrs. Durkham. Luna terperanjat. Kamar itu berukuran persegi panjang mungil. Didalamnya, ada dua buah ranjang bertingkat, dua buah lemari kayu yang kayunya sudah lapuk dimakan rayap, sebuah meja belajar yang penuh dengan coretan kunci jawaban, sebuah cermin yang telah retak, empat buah kursi goyang, bertumpuk-tumpuk bangku plastik, sebuah rak buku berukuran besar yang buku-bukunya sangat berantakan, sebuah tong sampah, sekantong plastik sampah sisa bungkus makanan ringan yang tergeletak di atas ranjang, dan sebuah kipas angin. "Oh,Ya Ampun!!!'' teriak Mrs. Durkham begitu melihat keadaan kamar itu. "Apa yang telah dilakukan begundal ini?'' tanyanya sembari menatap ke lantai putih yang tercoreng noda cokelat. "Anak kampung!!! Udik!!!'' gerutunya. "Akan ku beri mereka bogem mentah!!!''. Mrs. Durkham berkacak pinggang kesal. Ia meminta maaf pada Luna atas kondisi kamar ini. Sepertinya ia juga lupa tak memberi tahu Luna bahwa disini satu kamar dihuni empat orang. Luna mencoba memakluminya meski ia sendiri merasa jijik. Ia tak habis pikir bagaimana kamar dengan ukuran sekecil ini dapat ditaruh begitu banyak barang yang memberatkan. Melihat kamar ini membuat Luna merasa sesak napas. "Baiklah, Lady. Sebaiknya kau tidak tidur disini, aku akan usahakan mencari kamar lain yang lebih baik dari ini untukmu, Lady. Ah, Aku tak bisa membayangkan bagaimana seorang anak pre__________'' "Tidak apa-apa,'' kata Luna pelan, nyaris tak terdengar. Mrs. Durkham terkejut mendengar sebuah suara keluar dari bibir Luna. lembut sekali. Alih-alih mengganti kamar Luna, Mrs. Durkham akhirnya mengikuti negosiasi Luna yang berkata tak apa tidur di kamar menjijikkan ini. Huh, Mrs. Durkham menghela napas lega. " Ya sudah, sekarang kau ku beri waktu untuk berkeliling Honeysuckle sepuasmu sampai jam belajar sore dimulai. David akan menemanimu, sebentar lagi dia pasti datang''. Luna mengangguk. Kemudian, Mrs. Durkham pun pamit. Meninggalkan Luna sendirian di sebuah kamar yang buruk. Luna berjalan menuju jendela, memandang dari teralis besi jendela kamarnya ke sebuah pekarangan asrama yang dipenuhi dengan bunga-bungaan yang basah. Ia juga dapat mencium bau basah tanah yang lembap. Rasanya sejuk sekali. Kondisi Honeysuckle yang seperti ini membuatnya menurunkan persentase kekhawatiran akan asramanya yang buruk disini, mengingat ia baru saja disuguhi sebuah kapal pecah. ***** Awal berkenalan dengan asrama yang benar-benar asing baginya. Lord Alastair yang mengirim Luna kesini dan bereskpetasi pada suatu misi. Sebelumnya Luna tidak sekolah di sekolah manapun, ia adalah murid privat school. Namun ia tahu, di Brescon, Great Tower adalah sekolah terbaik. Disana semua serba mewah nan canggih. Betapa jeniusnya Mrs. Durkham, ia tahu asrama yang dibangunnya belum mampu menandingi Great Tower, tapi ia menyentuhkan nuansa hijau pada asramanya sehingga asrama ini terkesan alamiah. Layaknya sekolah di Great Brescon yang berpetak-petak antara sekolah si kaya dan si miskin, begitu pula yang terjadi dengan rakyatnya. Secara eksplisit bangsa Brescon terbagi menjadi tiga kasta, kasta pertama adalah berasal dari klan Bangsawan, yakni orang-orang berharta nan terhormat. Kedua kasta Borjuis, isinya orang kaya baru, dan kasta terakhir adalah klan proletar, yakni orang-orang buruh dan jelata. Seperti halnya di England, di Great Brescon sendiri memiliki lima gelar bangsawan tertinggi yang menempati tahta terhormat di seantero negeri. Gelar ini diberikan berdasarkan keturunan, kekuatan pengaruh, kekayaan, kehormatan, dan kedudukannya di pemerintahan. Gelar tertinggi pertama adalah "The Duke''. The Duke untuk laki-laki, dan The Duchess untuk perempuan. Ini adalah gelar bangsawan paling terhormat. Di Great Brescon, gelar ini dimiliki oleh Ratu Bethany dan Raja Humbert, penguasa kerajaan Great Brescon terdahulu. Mereka berdua saat ini sudah meninggal dunia. Sekarang, gelar itu dipegang oleh Lord Alastairs, Lady Earlene, Olivander dan Istri, Laughaire dan Istri, serta Harry dan Istri. Meskipun Harry sudah meninggal. Namun, selain itu, tidak ada lagi yang bergelar The Duke ataupun The Duchess. Untuk itulah Luna heran ketika tadi ada yang mengaku sebagai The Duke. Di novel ini, Lord Alastairs dipanggil "Lord'' sementara Olivander, Laughaire, dan Harry yang bergelar sederajat dengannya tidak ditulis dengan 'Lord' adalah semata-mata untuk menegaskan kekuasaan Lord Alastairs sebagai presiden Great Brescon. Gelar kedua adalah "The Marquess''. The Marquess untuk laki-laki dan The Marchioness untuk perempuan. Inilah gelar yang diterima Luna sejak resmi dideklarasikan oleh Lord Alastair sebagai anak angkatnya. Panggilan untuk seorang The Marchioness adalah Lady dan untuk The Marquess adalah Lord. Jadi jangan heran jika Luna akrab juga disapa Lady Luna. Ya, Luna adalah seorang The Marchioness, The Marchioness of Courtland tepatnya. Gelar ketiga adalah "The Earl''. The Earl untuk laki-laki dan "The Countess'' untuk perempuan. Seorang The Earl juga akrab disapa Lord, dan seorang The Countess akrab dengan sapaan Lady. Anak sulung dari The Earl biasanya akan mendapat gelar The Courtesy dan si bungsu akan mendapat gelar The Honourable. Gelar keempat adalah "The Viscount''. The Viscount untuk laki-laki dan The Viscountess untuk perempuan. Sang Viscount akrab disapa Lord dan sang Viscountess disapa Lady. Gelar terakhir atau gelar terbawah adalah "The Baron''. The Baron untuk laki-laki dan The Baroness untuk perempuan. Gelar ini khusus diperuntukkan bagi para pendeta atau pastur yang ada di Great Brescon. Penentuan gelar untuk setiap bangsawan didasarkan kepada garis keturunan, kekuasaan, serta pengaruhnya terhadap publik. Semakin besar kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki seseorang, semakin tinggi gelar bangsawannya, dan itu menjadi hal tersendiri bagi seorang bangsawan untuk memantapkan kedudukannya diantara para bangsawan yang lain. Di zaman sekarang ini, bangsawan dan borjuis cenderung menyatu, melebur jadi masyarakat kapital. Pembedanya hanya pada gelar yang dinobatkan. Jika seseorang membicarakan borjuis, artinya ia sedang membicarakan borjuis juga bangsawan. Tapi apabila seseorang membicarakan bangsawan dengan gelarnya yang bersayap-sayap, maka artinya ia hanya bicara tentang bangsawan, borjuis tidak ikut. Suatu waktu, Luna pernah mendengar dari balik dinding, Lord Alastair tengah bercengkrama kepada salah seorang rekannya bernama Laughaire, Sang Perdana Menteri, sambil menyebut-nyebut kata bangsawan. "Menjadi seorang bangsawan adalah suatu kebanggaan dan suatu kehormatan. Bagaimana bisa kita menghilangkan kebanggaan dan kehormatan itu dari perbendaharaan hidup ini? Bagaimana bisa mereka berfikir kita akan sudi disetarakan derajatnya dengan kaum proletar? Orang-orang yang mengaku intelek itu sebenarnya sangat egois, mereka hanya mementingkan diri mereka. Untunglah, kita sudah berhasil menumpas mereka semua.'' Luna menghela napasnya lembut. Pernyataan Lord Alastair telah membuktikan kepada Luna atas apa yang sebenarnya terjadi kepada ratusan kaum intelek dan reaksioner yang terkurung di dalam ruangan saat pidato sang presiden 1943. Luna tahu bahwa ayahnya telah melakukan politik kediktaktoran untuk mempertahankan kekuasaannya sehingga segala pemberontakan dari sekte-sekte revolusioner dapat ditekan. Kediktatoran ini berjalan sangat cantik sehingga masyarakat awam tidak akan menyadari bahwa pemerintahan ini mengontrol mereka. Mereka dibuat nyaman dalam ketakutan. Luna menghela nafasnya lagi. Ia ingin sekali mengatakan kebenarannya. Namun ia sendiri berada di bawah belenggunya. Apa yang dapat dilakukannya? ***** Luna masih memandangi pekarangan asrama dari balik teralis jendela, wangi bunga-bunga basah menusuk hidungnya. Dibetulkannya topi bulunya sambil mengingat kejadian bersama Mrs. Durkham. Wanita n***o itu tadi sempat berbisik padanya bahwa hanya ia satu-satunya The Marchioness disini dan itu membuatnya sedikit....khawatir. "Maaf lama menunggu...'' seseorang tiba-tiba menyembul dari balik pintu. Seorang pria, Luna menoleh ke arah lelaki tersebut dan takjub. Lelaki itu.......sangat tampan. Rambutnya kasar berwarna cokelat madu. Tubuhnya yang proposional berdiri dengan gagah di samping pintu, matanya kelabu bersinar seperti berlian memandangi Luna dengan sejuk. "Selamat siang Lady,'' katanya hangat. "Selamat siang,'' balas Luna pelan. "Saya Melchars. David Melchars,'' serunya kembali sambil mengulurkan tangan. "Luna Cobbold,'' Luna menjabat tangan David yang setelah Luna memegangnya-meski tangan Luna memakai sarung tangan, namun terasa amat lembut. "Apakah kau sudah siap berkeliling Honeysuckle, Lady?'' David memiringkan kepalanya, melukis segaris senyum di bibir tipisnya. Luna sedikit terpesona akan tingkahnya, namun ia masih bisa mengendalikan diri. Ia hanya mengangguk pelan. Kemudian, David berjalan mendekati Luna, menarik tangan perempuan itu lembut, menuntunnya ke luar kamar menuju pemandangan yang khas dengan udara Honeysuckle. ***** Bagian pertama adalah keluar dari sebuah bangunan persegi panjang bercat merah bata, bertingkat empat dan jendelanya berbentuk gabungan antara bujur sangkar dan busur di puncaknya. Pada atapnya mirip seperti sebuah benteng pertahanan yang bisa di tempati untuk berlindung, dikelilingi oleh tembok-tembok yang tiap-tiap meter di beri rongga. Bukankah sudah pernah diceritakan bahwa arsitektur Honeysuckle mirip seperti sebuah kastil? Pada kanan kirinya terdapat menara berbentuk persegi yang menempel dengan bangunan utama. Hal ini memberikan sensasi gaya klasik di abad dua puluh yang memukau. Di bagian depannya tumbuh subur bunga-bunga milkweed, berjejer rapi dan dikelilingi batu-batu granit yang kecil dan halus. Ada juga tanaman hias yang digantung diantara tiap-tiap tiang penyangga bangunan yang berukir meliuk-liuk seperti ular. Itulah bangunan kamar tidur para murid Honeysuckle. Bangunan pertama yang dimasuki Luna selama semenit disini. Luna dan David melanjutkan langkah menyusuri jalan setapak yang dirambati pepohonan anggrek membentuk kanopi, melewati halaman depan Honeysuckle, halaman yang tadi sempat dilalui Luna. Luna membetulkan sedikit headpiecenya ketika ranting-ranting anggrek menusuk kepalanya. David tersenyum melihat Luna. Akhirnya, mereka pun sampai di sebuah lapangan bundar yang rumputnya jarang-jarang. Luna menjejakkan kaki di atas lapangan. Ah, becek dan lembap. Hujan beberapa waktu yang lalu telah cukup membuat lapangan ini tergenang bercak-bercak air. Walhasil, pantofel cantiknya pun menjadi kotor karena terkena genangan, kakinya yang mulus ikut kena imbasnya. David menarik tangan Luna dan mendudukannya di tribun depan. Ia bergumam, "Naahh!!!'' serunya. " Kau sudah berkenalan dengan lapangan Honeysuckle.'' Luna menaikkan alisnya. David terkekeh pelan, "Jangan heran, inilah Honeysuckle. Asrama dengan bangunan yang diselimuti bunga-bunga, tapi lapangannya kotor dan jorok'' David menunjuk ke arah gawang-gawang berkarat di tepi utara dan selatan lapangan. "Lapangan ini adalah kemubadziran, sangat jarang murid-murid yang bermain di sekitar sini. Selain karena kondisinya yang kurang terawat, keberadaan lapangan ini juga sudah banyak di gantikan oleh gelanggang itu.'' Kali ini David menunjuk ke sebuah bangunan tinggi berwarna merah bata. Luna menuruti arah telunjuk David, dilihatnya bangunan merah bata itu bersinar cerah dan dikelilingi oleh rambatan sulur-sulur anggur yang lebih mengisyaratkan sebuah bangunan di taman gantung babilonia daripada gelanggang olahraga. "Sulit dipercaya, tapi bangunan itu adalah gedung olahraga kami yang baru,'' kata David seolah bisa membaca pikiran Luna. "Kecuali sepak bola, semua jenis olahraga bisa dilakukan di tempat itu.'' David menghela napas, tiga ekor merpati melintas di udara. "Menurut kabar burung, lapangan malang ini nantinya akan direnovasi menjadi stadion sepak bola yang____indah.'' David ragu-ragu mengucapkannya. "Atau mungkin tempat parkir, aku pikir hal itu lebih berguna karena asrama ini kekurangan area parkir, jadi banyak para orang tua siswa yang saat menjenguk anak-anaknya tidak bisa memarkir kendaraannya lagi karena sudah penuh, karena perkara itu makannya akhirnya mereka dilarang membawa kendaraan.'' Luna mengangguk mengerti. Ekspresinya seperti orang yang sedang mendengar pendeta berceramah. Tak banyak protes, lebih kepada tersenyum dan menganggukkan kepala. "Nah, inilah kertas tentang tata tertib Honeysuckle. Kau dapat membacanya dan....patuhi aturannya, wajib!'' David memberikan sebuah papiruz berisi catatan-catatan miring, berlembar-lembar pada Luna. Sebelumnya ia menyingkirkan dulu majalah National Geographic Great Brescon yang ditemukannya di bangku tribun. Luna melirik sekilas pada majalah itu, pada sampul halaman depannya tertera tulisan "Mengenang sejarah negeri kita.'' Luna menelan ludah. David tersenyum. "Apa yang kau ketahui tentang negeri ini?'' mendadak David bertanya demikian seolah-olah lirikan Luna tadi dapat dimengerti olehnya. Luna menggeleng, "Pada mulanya adalah kerajaan, lalu... kudeta..lalu...'' "Pengkhianatan?'' potong David. Luna tertohok. Aneh sekali, pikirnya. David tertawa, seperti mengejek sesuatu di dalamnya. Ia tersenyum lalu berdiri, "Ayo, masih banyak ruangan yang harus ku tunjukkan padamu!''
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD