Bab 155 : "Tragedi Manusia 1"

1545 Words
Setelah Lord Alastairs untuk pertama kali resmi memproklamirkan kekuasaannya, yakni tahun 1917. Kau harus tahu bahwa Lord Alastairs memerintah negeri ini dua kali pertama tahun 1917-1922 dan kedua tahun 1943-sekarang. Jadi siklus kepresidenan di Great Brescon seperti ini; -Tahun 1917, Lord Alastairs, Olivander Torrence, Laughaire Kant Lothar, dan Harry Harold berhasil mengambil alih kekuasaan dari Raja Humbert dan Ratu Bethany. Mereka lalu mengumumkan berdirinya Republik Great Brescon dengan Lord Alastairs sebagai presiden pertama. -5 tahun kemudian, diadakan pemilu dan Harry Harold terpilih sebagai presiden. Setelah itu, pada pemilu selanjutnya giliran Laughaire yang memerintah dimana ia memerintah selama sepuluh tahun dan mendapat penolakan dari Harry. Kemudian, Harry Harold tewas tertembak orang tidak dikenal. -Kekuasaan diambil alih oleh Olivander seperti yang sudah disebutkan di awal. Ia memerintah sampai 1942 sebelum diberontak oleh kaum revolusioner yang menemukan keganjilan diantara masanya. -Jabatan presiden akhirnya dipegang kembali oleh Lord Alastairs atas jasanya mengatasi kerusuhan yang terjadi antara pendukung dan penentang Olivander. Maka, waktu itu tahun 1917, tidak ada yang lebih ditanya oleh publik selain siapa wanita nomor satu di negara ini? Artinya, siapa yang akan menjadi pendamping hidup presiden Lord Alastairs? Semua orang mengira-ngira, apakah seorang bangsawan atau seorang rakyat biasa. Apakah seorang idealis seperti Anna Sullivan ataukah seorang gadis cantik berotak kosong. Apakah seorang pemberani dan memiliki jiwa kelaki-lakian ataukah seorang yang keanggunannya tak tertandingi. Lord Alastairs menyangkal semua tuduhan itu dan berkata pada publik bahwa dia tidak ingin menikah, setidaknya untuk saat ini. Kenapa? Karena ya dia tak ingin saja. Jadi, kalau dia ingin, dia akan menikah? Ya, bisa jadi tapi dia tidak ingin menikah. Akan tetapi omongan begitu saja tidak cukup memuaskan. Seseorang yang memiliki nama besar, apalagi yang tengah menjadi pusat gravitasi dari semua perhatian dari semua kalangan bagi publik menginginkan cerita yang super, tidak biasa, indah maupun tragedi. Dalam alam bawah sadarnya, publik sudah terdoktrinisasi untuk terbiasa menerima kisah-kisah dari para tokoh dunia yang memukau, cemerlang, lain daripada yang lain, contoh: Thomas Alva Edison, Isaac Newton, Albert Einstein, Leonardo Da Vinci. Bagaimana kisah mereka? Baiklah, semua kehidupan seseorang memang menarik. Tetapi untuk orang-orang tertentu, kisah hidup mereka mesti harus lebih menarik daripada orang biasa. Jadi konfrontasi kehidupan yang menarik-tidak menarik ini memaksa orang-orang untuk berdebat mengenai lembaran-lembaran hidup Lord Alastairs. "Mengapa dia tidak menikah? Mengapa? Seseorang harus menikah, kenapa dia tidak ingin?'' seseorang berkepala setengah botak berbicara di halte bus. Sepasang matanya menyudut pada lawan bicaranya yang jauh lebih ganteng. "Jadi, Apa dia seorang pastur ataukah uskup yang diberkati untuk tidak menikah? Atau jangan-jangan ia telah jatuh cinta pada biarawati yang jelas-jelas takkan menikah? Jika Lord Alastairs tidak menikah maka Great Brescon tidak memiliki ibu negara! Anda tahu bagaimana rasanya menjadi penduduk dari negara yang tak punya ibu sebagai identitasnya!'' Saat itu dua minggu menjelang pelantikan Lord Alastairs sebagai presiden. "Yang pasti, karena Lord Alastairs itu tampan!'' kata si lelaki ganteng bergaya maskulin, berbau wangi dan berkulit cerah. Umurnya sekitar dua puluh dua tahun dan insting keplayboy-annya mewakili gaya bahasanya. "Jadi aku rasa dia tidak menikah pasti bukan karena dia tidak.... Kau tahu maksudku?'' "Ya, lalu apa? Pernahkah Anda melihat seorang presiden di dunia ini berjalan sendirian tanpa seorang istri? Ribuan orang di negeri ini rela melakukan apapun demi dapat menikah! Tsar pun menikah! Louis pun menikah! Lord Alastairs?'' "Dia tidak mengenal cinta,'' kata pria ganteng itu. Pengalaman telah berbicara padanya. "Itu sebabnya ia tidak merasa penting untuk menikah.'' "Atau yang lebih parah,'' sambung si botak. "Dia terlalu mengenal cinta dan itu menyakitkan hatinya. Ia takut jatuh sakit karena hal yang demikian itu.'' Pada akhirnya, kedua insan itu menyimpulkan perbincangan mereka dengan begitu filosofis penuh kedamaian. Bus berwarna kuning datang dan berhenti di depan mereka. Pria ganteng masuk ke dalam bus dan melambaikan tangan pada rekan sesaatnya itu. Brrmmm, bunyi kendaraan menderu-deru ketika sopir menancap gas. Setelah itu, perbincangan selesai. Mereka tidak tahu, tidak akan pernah tahu sebab mereka hanyalah rakyat biasa, bahwa apa yang mereka bicarakan itu nantinya menjadi suatu kebenaran tunggal yang amat amat rahasia. ***** Pernikahan itu diadakan dengan buru-buru. Untuk memendam keburukan masa lalu, untuk meredam bisikan publik, untuk.... Untuk sesuatu yang tak bisa dibicarakan dalam waktu sesingkat ini-dua minggu. Akhirnya, Lord Alastairs memutuskan untuk mencari mempelai wanitanya. Sepasang bangsawan Miguel Westminster menawarkan anaknya yang paling cantik untuk menjadi mempelai bagi Lord Alastairs. Anaknya adalah seorang gadis berambut seterang matahari berusia delapan belas tahun yang suka menghabiskan waktunya tinggal di balik dinding haveli kecil di belakang rumah megahnya. Perangainya sangat gadis. Ia terampil, pintar, dan seperti bangsawan-bangsawan pada umumnya, ia begitu sopan dan lemah lembut. Kakak perempuannya yang juga cantik telah pergi meninggalkannya sehari sebelum hari pernikahannya. Kata dokter, ia menderita kanker usus dan tak bisa disembuhkan. Calon suaminya-seorang pria berusia 35 tahun menjadi depresi lantaran hal tersebut, dan sebelum menjadi gila, ia meminta adiknya untuk menikah dengannya sebagai ganti rugi. Tentu saja gagasan ini tidak bisa diterima oleh akal siapapun kecuali pria itu, dan ia tetap menagih sesuatu yang tak pernah dijanjikan. Bentuk penagihannya bisa bermacam-macam, ia berkamuflase menjadi perampok, teroris, bahkan serigala hutan untuk mendapatkan pinangan. Jadi dalam keterdesakan itu, keluarga Miguel Westminter berupaya mencari suaka perlindungan. Lord Alastairs berserta kekuasaan yang dimilikinya merupakan satu-satunya peluang menumpas pria yang nyaris gila tersebut. "Namanya Earlene Al'esienne Miguel Westminster,'' kata Nyonya Miguel kepada Lord Alastairs. "Dia anak kami satu-satunya sekarang. Dia gadis yang sangat pintar. Dia memiliki adat dan budi yang luar biasa. Kalau saja Anda tahu, dia sangat mengagumi Anda.'' Pasangan Miguel Westiminster itu berbicara seperti pedagang menjajakan buahnya di pasar. Begitu mengharap dan terkesan mengambil kesempatan. Pada saat itu, ada sekitar dua puluh orang tua bangsawan yang mengambil jalan yang sama guna mencuri peluang ini. Tetapi bangsawan ini adalah yang pertama bertindak, dan meskipun Lord Alastairs curiga bahwa dialog yang diungkapkan mereka telah dihapal dan dilatih berhari-hari yang lalu. Pada akhirnya, Lord Alastairs mengamini jua inisiatif mereka, mengunjungi Earlene. Oh, Earlene! Sebuah nama yang amat agung. Untunglah ia seorang bangsawan, sebab kalau saja pemilik nama itu adalah seorang jelata, Lord Alastairs pasti akan menertawainya habis-habisan. ***** Mata hitam. Alis tebal. Hidung mancung-sempit-bengkok. Garis wajah kuat..dan apalagi? Lord Alastairs tampak menyeramkan jika dilihat dari dekat. Di pipinya sebelah kanan ada codet parang, dalam dan bergerigi. Ia terlihat lebih tua dari usianya. Lady Earlene menelan ludah saat pertama kali melihat Lord Alastairs. Giginya bergemelutuk dan tak kuasa menahan gemetar, selang lima menit kemudian ia permisi dengan kesopanan yang terpaksa, lari terbirit-b***t menuju haveli kecil-nya. Ia tidak tampan sama sekali, pikirnya. Sementara dari sudut pandang sang presiden sendiri, Lady Earlene adalah sesosok makhluk yang terlalu banyak berkhayal akan keluasan dunia yang sesungguhnya sulit dipahami, tetapi begitu memukau. Ia bisa melihat itu ketika pertama kali berkunjung ke rumahnya dan melihat perempuan itu dari balik jendela haveli kecil, duduk membaca buku. Angin menggetarkan kaca-kaca jendela, dan Lady Earlene memejamkan mata, membawa pikirannya keluar dari dedaunan hijau, langit biru, menuju suatu kelembutan angin lembah. Dunia begitu besar nan luas, tetapi ia sendiri terkotak dalam suatu ruang bermata safir dan tak mampu menggapai angannya sendiri. Lalu, pernikahan itu pun dilangsungkan secara besar-besaran dan dalam tempo yang sesingkat singkatnya. Publik bertepuk tangan dan bersorak sorak menanggapi pernikahan ini. ***** Dang dang dang tang, bunyi denting harpa menjalari kediaman mempelai pria. Sepasang bangsawan Westminster meleleh ke dalam nyanyian yang mereka buat sendiri. Bangsawan yang lain mendengarkan sembari menyesap brendi dan rokok. Sekelompok pemain musik yang dari awal memainkan Wedding Day akhirnya menyerah dan bergabung bersama mereka. "A glory day... a glory day...'' mereka bernyanyi seolah-olah suara mereka enak didengar. Para muda mudi ningrat dan para bangsawan tua heboh dengan persoalan mereka sendiri. Mereka berdansa, bergosip, berbicara tentang sang mempelai, percintaan, politik, percintaan lagi, dan humor orang kaya, bukan lelucon orang-orang t***l dan pandir, dan ada juga yang hanya duduk menghabiskan kue-kue pesta. Headpiece-headpiece mereka bersenggolan, dan sebab gaun mereka sangat lebar, mereka jadi menghabiskan dua kursi tiap kali ingin duduk. Satu untuk pantatnya, satu untuk gaunnya. Ruangan berbau air mawar. Lampu-lampu kristal bercahaya. Pukulan angin dingin. Orang-orang terbuai. Tetapi di ruang bawah tanah, para pelayan berjuang mengais sisa-sisa harum aroma pesta. Anak-anak mereka menjilati panci bekas kukusan kue, botol-botol anggur, dan para lelaki memunguti batang-batang rokok zipper yang tak dipedulikan, juga botol-botol calmpose serta talisker. Seekor tikus jumbo mengambil sebatang keju di piring sisa, dan mereka berjingkat-jingkat kaget. Mereka menjadi ribut. Si pelayan gendut cekatan mengambil pemukul lalat dan tergopoh-gopoh mengejar si tikus. Anak-anak bersorak. Si tikus masuk lubang, si pelayan kecapean. Anak-anak tertawa. Betapa bodohnya! Betapa bodohnya! ***** Waktu itu pukul dua belas kurang dan rembulan bersinar lebih cerah dari yang dibayangkan, dan orang-orang di pesta mulai pulang sambil di pikirannya menebak-nebak apa yang kemudian akan dilakukan sepasang merpati yang baru kawin ini? Kesadaran pikiran ini membuat beberapa orang kaget sebab selama pesta, beberapa orang bahkan tak memikirkan kemungkinan itu. Kuenya.. kuenya... musiknya.. musiknya.. cahayanya.. gaunnya.. bunganya.. tudungnya... suaranya... pelayannya... ini adalah pesta yang luar biasa! Untuk menghadapi malam ini, Lord Alastairs telah menenggak lima botol grand marnier, yang membuatnya terbenam oleh awang-awang, sekaligus membuat keberaniannya naik drastis, tetapi secara ganjil jatuh lagi dengan tragis. Ia berharap sesuatu di dalam dirinya menegak. Dengan begitu, malam ini akan terjadi secara wajar seperti malam-malam pengantin yang lain. Namun walau kuat ia berusaha, walau berbotol-botol alkohol di tenggaknya, kejantanannya tak terkuak. Ia menjadi sangat frustasi akan rahasia nafsu-nafsunya. Ia teringat Ratu Bethany dalam awang-awangnya. Oh ratu, betapa ia mencintainya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD