Bab 219 : "Pengorbanan."

1244 Words
Harum pernis merah dan buah anggur. Di dalam ruangan melengkung berwarna cokelat bata, anak-anak dari Kapelarium Zerubabel duduk dibelakang meja panjang dan melaksanakan ritual makan malam; nasi, sup ayam, teh dan s**u. Atalya, seorang ketua pengasih perempuan, berjalan mondar-mandir memastikan seratusan lebih anak-anak di ruangan raksasa ini mendapatkan jatah yang cukup. Lilin-lilin mahkota bertengger di dinding setiap dua meter, memberikan kesan kuno dan sangat sakral. Di ujung ruangan, naik satu anak tangga, terdapat panggung berkarpet merah, tempat para Salem dan pengasih makan bersama. Sinar mentari menelisik melalui celah-celah jendela berulir, menghasilkan cahaya panjang dan lurus mendarat di lantai. Sesekali seorang pengasih menarik gorden dan membukanya kembali, hanya untuk mengatur pencahayaan kalau-kalau anak-anak merasa silau dengan cahaya yang ada. "Mihlail!" seru Nayef, laki-laki bertubuh gempal yang tengah mengunyah paha ayam bulat-bulat. Ia melambaikan tangannya kepada Mihlail yang baru datang supaya duduk di dekat dirinya. Haran dan Nahor ikut berseru. "Akhirnya kita tujuh belas tahun juga!" pekik Nayef, kocak. "Bagaimana rasanya pesta semalam, kawan? Aku yakin kau tidak bisa melupakannya." Mihlail tertawa. Ia meletakkan nampan tempat makannya di atas meja dan mulai makan dengan tenang. Ia berbincang-bincang dengan Haran, Nahor dan Nayef tentang pelajaran-pelajaran hari ini yang akan mulai mereka pelajari setelah umur tujuh belas tahun. Selingan tawa dan kelakar renyah mengiringi acara makan, menjadikan suasana riuh redam oleh suara manusia. "Permisi, apa disini sudah ditempati?" seru seorang perempuan, tiba-tiba datang dan menyela candaan Mihlail dengan kawan-kawannya. Gadis itu bertubuh mungil, berambut merah keriting panjang dan mekar, serta berkulit pucat. Bintik-bintik hitam di sekitar wajahnya menandakan bahwa gadis itu adalah seorang campuran antara bangsa Tabliq Suci dan De Shoshi. "Namaku Katyusha, aku murid baru pindahan dari Kapelarium Svarovich," gadis itu memperkenalkan diri. Dilihat dari postur tubuhnya, ia tampak berusia tak kurang dari tiga belas tahun. Sekali lagi, Katyusha tersenyum lebar, memperlihatkan dua gigi kelincinya yang kinclong, mempertegas bahwa ia memang masih kecil dan imut. Haran, Nahor dan Nayef terkekeh tak bisa menyembunyikan betapa lucunya murid baru ini. "Ya, silahkan saja duduk," Mihlail menjawab, santai. "Selamat datang di Kapelarium Zerubabel!" "Aku senang bisa satu sekolah sama Kaka Mihlail," Katyusha blak-blakan. "Kamu tahu, kemarin kakak-kakakku juga datang ke acara pesta tujuh belas tahun anak-anak Kapelarium Zerubabel, kamu pasti masih ingat, bukan? Namanya Kaka Naomi dan Kaka Labebba. Mereka sempat bertemu sama kamu." "Pita kamu lucu banget!" serobot Nayef, mengomentari pita yang melingkari rambut Katyusha. Haran dan Nahor tertawa. Tidak ada gadis yang memakai pita warna-warni dengan gaya seheboh itu. Katyusha memang manis dan lucu. Luar biasa! Mihlail juga diam-diam menahan tawa. "Svalome. Terima kasih," balas Katyusha, seraya menyampirkan kerudung ke atas rambutnya dengan asal. Mereka makan dengan tenang selama beberapa saat, sampai tiba-tiba Mikhael datang. "Itu harusnya tempat dudukku!" serunya, kekesalan terpancar dari raut wajahnya. Katyusha mendongak, melihat siapa yang protes. "Kau, bocah kecil! Duduklah di tempatmu!" hardik Mikhael, menunjuk pojok ruangan tempat anak-anak berusia lima sampai tujuh tahun makan. "Aku bukan anak kecil. Umurku tiga belas tahun dan aku boleh duduk dimanapun aku suka!" "Tapi ini tempat dudukku! Pergilah kau!" Mikhael menyingkirkan nampan tempat makan Katyusha ke pinggir, dan menggantinya dengan nampan makanan miliknya. Katyusha bangkit tak terima. "Jangan otoriter! Kapelarium ini bukan punyamu!" "Dasar kau..." "Sudah-sudah, jangan bertengkar," Mihlail melerai. Haran, Nahor dan Nayef ikut melerai. "Dia adalah murid baru, dia belum mengerti. Sudah, kau mengalah saja, Mikhael." "Apa? Mengalah? Jangan jadi pahlawan kesiangan deh!" Mikhael menyunggingkan senyum sinis kepada kawan-kawannya. Ia menunjuk kedua gigi kelinci Katyusha, "Dasar kau marmut jelek! Pergi sana! Aku tak peduli kau murid baru atau murid yang sudah lumutan disini. Ini adalah kursiku. Ini adalah kedudukkan dan hakku. Kau cari saja kursi lain! Jangan merebut kursi orang!" Dengan berkata demikian, Mikhael mendorong Katyusha ke belakang dan duduk di kursinya. Katyusha memandangi tingkah Mikhael dengan kesal. Gadis berambut keriting itu lalu menumpahkan semangkuk sup miliknya ke atas kepala Mikhael. Oohhhhhh! Anak-anak lain berseru menyaksikan adegan potongan-potongan ayam dan daun seledri mengguyur rambut Mikhael. "Makan tuh! Dasar otoriter!" seru Katyusha. Sontak Mikhael naik pitam. Wajahnya merah padam. Dalam satu tarikan napas, ia bangkit dan menjenggut rambut Katyusha sekaligus mendorong badan gadis itu ke belakang. Katyusha meronta-ronta kesakitan. "Hei, Mikhael! Hentikan!" Mihlail ikut bangkit dan melerai perkelahian tersebut. "Kau tidak pantas berbuat kasar kepada seorang perempuan, Mikhael!" "Apa urusanmu, Mihlail? Kau selalu ikut campur urusan orang!" Mikhael mendorong Mihlail hingga jatuh tersungkur. Haran, Nahor dan Nayef ingin ikut melerai tapi Mikhael mengancam untuk tidak ikut-ikutan. Katyusha lari terbirit-b***t keluar ruang makan dan Mikhael tertawa terbahak-bahak dengan kemenangannya. "Bangunlah, Mihlail! Aku belum puas memukulmu!" Seperti jagoan, Mikhael menarik Mihlail dan memukul wajahnya. Buk! Tepat kena pelipis! Buk! Tepat kena rahang! Buk! Buk! Buk! Anak-anak di ruangan mulai bersorak saling menjagokan satu sama lain. "Ayo! Ayo! Ayo! Ayo! Ayo!" "Mikhael, hentikan!" teriak Haran, Nahor dan Nayef. Tapi suara mereka teredam oleh suara anak-anak lain yang bising meneriakkan Mikhael dan Mihlail. Akhirnya... "SSSSTTTTTTOOOOOPPPPPP!!!!!!!!!!" Teriakan dari Salem Yosafat laksana peluit panjang. Seketika, semua terdiam dan duduk di posisinya masing-masing. Hening. Mikhael dan Mihlail Jilid1 Di ruangan para Salem, di ruangan cokelat penuh pernak-pernik kuno, Mihlail dan Mikhael duduk tertunduk di hadapan Salem Henokh. Jarak diantara mereka dengan Salem Henokh hanya dipisahkan oleh meja kayu tempat Salem Henokh meletakkan buku catatan "Kenakalan-kenakalan di Kapelarium Zerubabel". Tak lama berselang, masuk Katyusha dan dengan wajah tertunduk, ia ikut duduk di samping Mihlail dan Mikhael. "Apa yang terjadi, Mikhael?" tanya Salem Henokh. Mikhael menceritakan apa yang terjadi versinya. Ia menyalahkan Katyusha. Katyusha juga menceritakan apa yang terjadi versinya. Ia menyalahkan Mikhael. Mihlail bercerita... "Aku hanya berusaha melerai keduanya, Salem." Salem Henokh menarik napas. Salem Ere dan Salem Yosafat yang ada di pinggir ruangan juga ikut menarik napas. Akhirnya dicapailah kesepakatan antara Mikhael dan Katyusha. Keduanya sepakat berdamai. Mikhael tidak boleh bertindak sewenang-wenang lagi dan Katyusha harus melihat situasi dan kondisi saat ingin berbuat sesuatu. Akan tetapi, Mikhael dan Mihlail adalah permasalahan lain. "Ini sudah yang kesekian kalinya kalian bertengkar," kata Salem Henokh. Ia membuka-buka lagi catatan lama tentang pertengkaran mereka. "Dia selalu ikut campu urusanku," sergah Mikhael. "Dia selalu mencari gara-gara, Salem." "Tidak, Salem! Hanya..." "Baiklah-baiklah, tunggu sebentar..." Para Salem berdiskusi sebentar. Beberapa menit kemudian, hukuman diputuskan! Mikhael, karena ulahnya memukul Mihlail, maka ia akan menjalani hukuman memotong rumput dan membersihkan taman di belakang Kapelarium selama seminggu. Sementara itu, dalam upaya mendamaikan Mikhael dan Mihlail untuk selamanya, maka Mihlail harus tinggal bersama Mikhael selama seminggu. Jika dalam seminggu mereka masih bertengkar juga, maka masa hukuman bisa ditambah. ****** "Tidak!" Mikhael protes. "Itu bukan hukuman! Itu kutukan!" Tapi para Salem telah menyetop celotehnya yang menggelora dengan segenggam tangan. Mikhael bersungut-sungut. Ia lirik Mihlail yang dengan senyum mematuhi semua perintah Para Salem. "Jangan sok bersikap manis, Mihlail!" gerutu Mikhael. "Kau itu iblis! Kau pikir aku tidak tahu dibalik sikap baikmu itu, kau ingin menghancurkan bangsa Tabliq Suci huh? Lewat catatan di buku 'Ode To Fear' yang kau baca di malam peresmian tujuh belas tahun anak-anak Kapelarium Zerubabel, kau pikir aku bodoh untuk tidak menyadarinya?" "Mikhael! Apa-apaan ini?!" Salem Henokh naik pitam. "Dia membaca di depan umum sebuah buku terlarang! Dan tidak ada seorang pun yang menegurnya! Tidak seorang pun menghukumnya! Aku hanya memukul si iblis Mihlail agar dia sadar apa yang dia lakukan! Dan tak seorang pun menghargaiku! Apa-apaan ini!" "SUDAH, CUKUP, HENTIKAN!" teriak Salem Henokh, ia bangkit dari kursinya hendak menampar lelaki berambut cokelat Mikhael itu, tetapi diurungkannya dan tangannya terkepal di udara. Keadaan menjadi tegang. Katyusha ketakutan, para Salem menenangkan. Mikhael dan Salem Henokh saling bertatapan. "Keluar kalian semua," kata Salem Henokh, suaranya dalam. Kemudian, semuanya keluar dalam diam dan rasa mencekam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD