Hubungan Tanpa Status

1334 Words
“Setiap anak yang terlahir di dunia ini merupakan produk dari keluarganya masing-masing. Dan fakta itu tidak akan pernah berubah sampai kapan pun juga.” Selamat membaca! Ж     Ж     Ж  Ж     Ж     Ж  Ia pernah melihat kalimat seperti ini di suatu komik Jepang terkenal yang ia baca saat baru saja memasuki usia remaja. Seperti ini kalimatnya, “Never before had I laid my eyes on a person this beautiful [1].” Kata-kata itu sekarang seperti sedang memenuhi pikirannya. Yang memiliki makna dalam bahasa Indonesia, belum pernah saya melihat orang seindah ini sebelumnya. Wajahnya saja sudah bagaikan suatu rute panorama. Sepasang mata cokelat gadis belia itu. Yang bulat indah bak bola ping pong terpana menatap pemandangan di dalam bingkai. Seolah itu adalah pemandangan terindah yang pernah ia saksikan dalam hidupnya. Pemandangan yang indah selalu dibungkus oleh bingkai yang juga indah. Dengan suasana yang menawan dan mewah. Dikerumuni oleh orang-orang yang berasal dari kalangan atas. Sesuatu yang tak ingin ia lupakan bahkan sampai kapan pun. Ia gerakkan jemari-jemari lentik tangan putih mulusnya. Hendak menyentuh pemandangan yang begitu menggunggah itu. Namun, sebuah tangan yang terbalut sarung tangan segera menghentikan. “Izvinite, miss. Eto foto nel'zya trogat' golymi rukami,” peringat wanita berseragam itu. Ucapannya memiliki makna, maaf, Nona. Foto ini tidak boleh disentuh oleh tangan kosong. “I snova ty tozhe ...[2]” Dilirik tempat kaki mungil bersepatu marry jane gadis itu berpijak. Ia sudah melewati batas yang seharusnya. Ia tidak begitu memahami bahasa Rusia. Tapi, ia sedikit paham makna ucapannya lewat sorot mata dan intonasi. Maka ia berkata, “I’m so sorry[3],” pohonnya sopan. Seraya kembali ke batas yang seharusnya. Dari jarak yang sudah tidak terlalu dekat itu pun ia masih senantiasa mengamati pemandangan dalam bingkai. Cahaya lampu yang terletak di atas bingkai seolah menambah segala keindahan. Ia belum pernah merasa lebih berkesan dari ini. Seolah itu adalah pemandangan terindah. Yang pernah ia saksikan. Ia tatap kertas yang menjelaskan beragam informasi mengenai pemandangan indah itu. “Ia” berjudul “SADINA SADAJIWA”. Memiliki makna “empunya kebaikan yang akan terus hidup untuk selama-lamanya”. Kebaikan sejati yang abadi. Kebaikan serta keindahan yang hakiki. Kebaikan dan keindahan yang tidak palsu serta menyakiti. Kebaikan dan keindahan bernama cinta sejati. Terbata-bata ia coba bertanya, “Kto... imya… fotomodeli?[4]” Ж     Ж     Ж Ж     Ж     Ж  Kenna sedang duduk sendirian di bangku kayu dekat air mancur taman bunga dekat SMA Nevanov Independent Strategic. Sering disebut SMA N. I. S. atau terkadang SMA Nevanov saja. Wajahnya terus tersenyum memancarkan segala keindahan dan pesonanya. Memandang ke taman bagian kiri. Terkadang ke bagian kanan. Menatap burung-burung kenari dan kupu-kupu yang berterbangan. Tak lupa kumbang dan belalang. Ditambah cuaca yang cerah namun tak panas. Sore itu benar-benar tampil sempurna untuk ia nikmati seorang diri di taman sepi.             Rasanya seperti surga. Dan ia tak akan menyesali semua yang sudah ia korbankan untuk mendapatkan pesona akan hari ini. Sekalipun orang bilang… tak ada kebahagiaan tanpa diliputi tragedi.             Seorang pemuda berseragam sama seperti Kenna melihatnya dari luar gerbang batu taman sekolah. Sebuah hasrat membuncah. Detak jantungnya tak bisa disembunyikan lagi. Akan ia datangi gadis menawan itu. Dan dinyatakan seluruh perasaannya.             “Kastara.” Gadis itu tiba-tiba menoleh ke arahnya. Memanggil nama pertama utuhnya dalam satu tarikan nafas. Keduanya terdiam. Pandangan keduanya terpaut satu sama lain. Kastara Sentana yang biasa disapa Tara mendekatinya. Tersenyum ramah. “Apa bangku ini kosong?” tanya Tara. Tiba-tiba wajah Kenna menjadi sedikit kecut. Dialihkan pandangannya sepintas. Lantas melihat wajah Tara lagi. Dengan senyuman yang seperti kepura-puraan. Ia menjawab dengan suara lirih yang syahdu, “Iya.” Mungkin sebagian dari kita sudah paham. Kalimat  “apa bangku ini kosong” hanya bermakna basa-basi agar bisa duduk di sana. Apabila bangkunya kosong. Pada umumnya orang yang ditanyai begitu akan melanjutkan jawabannya dengan kalimat “silahkan”. Namun, gadis rupawan yang otaknya sudah dicekoki buku tata krama sejak usia empat tahun. Tak mungkin tak mengetahui aturan dasar semacam itu. Ia tampak tak mengharapkan keberadaan Tara. Atau tengah menanti keberadaan orang lain. Yang harusnya menempati tempat kosong di sisinya. Mungkin juga… di hatinya. Tanpa mendaratkan pantatnya di space kosong sisi Kenna. Tara bertanya, “Apa kamu lagi suka sama seseorang?” Kenna menggeleng pelan. “Nggak, kok,” jawabnya kalem. “Kalau gitu gimana kalau kita pacaran aja?” tanya Tara to the point. Terkadang cowok juga lelah menunggu kepekaan hati wanitanya. Kenna tersenyum menatap wajah Tara yang selalu tampak percaya diri. “Itu bukan suatu hal yang bisa kamu putuskan seorang diri, ‘kan?” tanyanya. Tara mendekatkan wajahnya ke wajah Kenna yang tersipu malu. Tersenyum menyeringai dengan ujung bibirnya yang berwarna indah. “Kalau gitu ayo kita putuskan berdua,” ucapnya. “Maaf, Tara. Aku sama sekali nggak akan bisa menjalin hubungan sama seseorang yang…” Dipotong kalimatnya. Melihat tidak enak ke arah wajah Tara. Yang masih setia menanti jawabannya. “Yang apa?” tanya Tara. “Tentu aja yang kelihatannya nggak ada di hatinya,” jawab sebuah suara dari belakang mereka berdua. Suara yang datar dan meluncur mulus dari bibir kering merah muda seorang pemuda jangkung berkacamata. “Sebenarnya ini sama sekali bukan urusan kamu, Liam,” peringat Tara. “Memangnya kenapa?” tanya Liam berlagak b**o. “Karena itu pertanyaan yang kutujukan buat Kenna,” jawab Tara. “Benarkah? Kalau begitu coba tanyakan sama cewek di sampingmu itu. Apa jawabanku salah?” tantang Liam. Tara mendenguskan nafasnya kesal. Dengan bola mata kepalanya sendiri. Dilihat Liam mendekati Kenna. Menarik pergelangan tangannya menjauh darinya. Dari taman bunga itu. Kenna tampak tak keberatan dengan tindakan itu. Dan hanya memasang gestur meminta maaf dari kejauhan. “Kalau merasa nggak nyaman langsung bertindak, dong. Jangan diam aja kayak sapi cengok gitu,” nasihat Liam sambil meledeki Kenna. “Diam kayak sapi cengok? Emangnya bagian mana dari aku keliatan kayak sapi cengok?” tanya Kenna balas menggoda. Liam tertawa kecil. Menjawab, “Semuanya.” Langsung dilepas gandengan tangan pemuda dengan kacamata berbingkai hitam itu. Dikerucutkan bibirnya. “Aku marah lho kalau kamu kata-katain terus gitu. Yang boleh ngatain aku tuh cuma kakakku, ya.” “Ciyee, sapi cengok marah, ya? Nanti kualitas dagingnya turun, lho. Nggak jadi sapi wagyu nanti susah masuk restoran hotel kamu, ‘kan?” tanya Liam belum puas menjahili Kenna. Semakin dikerucutkan bibirnya. Disilangkan kedua tangannya di d**a. Ditatap wajah pemuda itu penuh emosi. “Kamu tuh bener-bener ngeselin, ya. Aku nggak mau kamu ajak ngomong lagi sampai tahun depan kalau begini,” ancamnya. Liam mencoel ujung hidung mancung Kenna. “Berapa purnama, tuh?” tanyanya. “Hitung aja sendiri sono!” jawab Kenna kesal. Berlari kecil menjauhi Liam. Liam mengangkat satu tangannya berusaha menggapai punggung Kenna. “Tunggu, dong!” pintanya. “Ogah,” jawab Kenna cepat. Grep. Dipeluk punggung gadis itu dari belakang. Ditaruh dagunya di pundak kanan Kenna. Ia biarkan gadis itu merasakan detak jantungnya yang entah bermakna apa. Kehidupan. Atau sesuatu yang lebih penting dari itu. Cinta? Dipindahkan dagunya ke batok kepala Kenna. “Mungkin kamu baru mau ngomong lagi sama aku. Saat detak di d**a ini sudah berhenti.” DBUGH! Kenna langsung membalik badannya dan menonjok mantap perut Liam. “Akan kubuat detak jantung itu beneran berhenti. Kalau sampai kamu bicara seperti itu lagi,” ancamnya. “A HA HA HA HA HA!!!” tawa Liam. Entah kenapa ucapan Kenna sangat menggelitik hatinya. Kenna ikut tertawa, “A HA HA HA HA HA!!!” Tawa mereka. Perasaan mereka. Semua cerita mereka. Bahkan belum mampu membuat ada status diantara mereka. Apa namanya? [1] Belum pernah saya melihat orang seindah ini sebelumnya.[2] Dan lagi Anda juga… [3] Saya sangat meminta maaf. [4] Siapa… nama model foto itu? [ TERIMA KASIH BANYAK untuk kalian yang sudah memutuskan untuk mengikuti aku, menambah cerita ini ke perpustakaan atau daftar bacaan kalian, membaca, berkomentar, atau memberi vote di bab mana saja. Aku sangat menghargai itu dan aku harap kalian terus terhibur oleh cerita buatanku - . < ] Sampai bertemu di chapter selanjutnya, cinta !
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD