Hujan

1303 Words
“satu, dua, tiga, emp..” Leeyara tidak jadi melanjutkan hitungannya karena seseorang yang tiba-tiba menarik lengannya sehingga dia tidak jadi lari. Saat ini sedang hujan, tidak deras akan tetapi tetap akan membuat dirinya basah. Dia berencana menerobos hujan dan sudah meletakkan tasnya diatas kepala, namun karena seseorang menarik tangannya dia tidak jadi melangkah. Leeyara sempat kaget dan langsung membalikkan badan untuk melihat siapa yang berani-beraninya menarik tangannya sembarangan. Belum sempat mengeluarkan kata u*****n, orang tersebut sudah lebih dulu memasang senyum. “ mau kesana kan? Yuk bareng sama gue” ucap laki-laki tersebut sambil membuka payungnya Leeyara terlihat menarik nafas untuk membuang rasa kesalnya. “ tidak usah, saya bisa pakai ini” ucap Leeyara sambil menunjukkan tasnya “ kalau kamu kena hujan, nanti jadi sakit. Kalau kamu sakit, besok kamu tidak akan bisa masuk kelas Prof. Suwardo. Kalau ga masuk kelas pak Suwardo besok, kamu bisa dapat nilai jelek di mata kuliah beliau karna besok beliau bilang akan ada kuis di awal perkuliahan sama diakhir perkuliahan” ucapnya dengan penjelasan yang panjang.             Leeyara terbengong sendiri mendengar penjelasan laki-laki tersebut. “ Kamu penguntit ya?” tuduh Leeyara             Jelas saja dia mengatakan laki-laki tersebut penguntit karena laki-laki itu mengetahui jadwal Leeyara dan sejak tadi seakan berusaha mendekatinya “ tenang, gue bukan penguntit. Lo teman satu jurusan gue, beda program studi aja” ucapnya dengan santai sambil menggandeng lengan Leeyara “ yukk, mumpung ada payung” Leeyara mau tidak mau harus mengikuti langkah laki-laki itu “ kamu biasanya emang suka sok dekat gini ya ?” Leeyara dengan blak-blakan mengomentasi sifat laki-laki tersebut . Ya. Laki-laki itu adalah Sabian, orang yang memberikan kotak makan kepada Leeyara. “ APAAA? SUARA LO TERLALU PELAN, KALAH SAMA HUJAN” Teriak Sabian Leeyaara memutar bola matanya. Dia yakin kalau Sabian sengaja teriak untuk menggodanya “ orang aneh” keluhnya “ gue dengerrr” “ ohh, kirain budeg” Mereka berdua masih sempat-sempatnya adu mulut ditengah hujan yang semakin deras. “ kita berhenti di Lawson itu aja” perintah Leeyara Sabian mengikuti permintaan Leeyara. Kaki mereka melangkah lebih cepat dari sebelumnya. Leeyara bisa merasakan air masuk kedalam sepatunya, tapi itu tidak jadi masalah sekarang. Dia butuh untuk cepat sampai ditempat yang aman dari hujan. “ Akhirnyaa” keluh Leeyara sambil melepaskan ikat rambutnya yang sudah basah karena sebelumnya dia sempat kehujanan Dia melihat lengan kirinya basah sedikit. Mata Leeyara langsung menuju kepada Sabian. Lai-laki itu terlihat lebih banyak basah ketimbang dia “ Sori, gara-gara aku, jadinya baju kamu basah” ucapnya merasa bersalah “ kalau gitu traktirin makan mie disini” “ mie?” “ iya, gue laper” jawab Sabian santai dan langsung masuk ke dalam Lawson tersebut. “ Dasar aneh” *** Leeyara tampak membuka sebuah tissue dan memberikannya kepada Sabian yang sedang asik menuangkan bumbu kedalam cup mie instannya. “ Baju kamu masih basah banget, keringkan sama ini aja. Setidaknya sedikit berkurang” Sabian tersenyum dan mengambil tissue dari tangan Leeyara “ kamu ga laper? Makan mie pas hujan-hujan gini enak loh” Leeyara menggelengkan kepalanya “ ya sudah kalau gitu” Sabian langsung menikmati mie nya yang sudah terlihat matang, sementara Leeyara memandangi Sabian dengan seksama.             Sabian yang merasa dirinya diperhatikan, malah makin bertingkah dari pada salah tingkah “ ummmmmm, enaknyaaa” ucapnya sambil menyeruput kuahnya “ mau lagi?” Leeyara malah menawarkan Sabian untuk membeli mie “ kamu sepertinya sedang kelaperan” “ dibayarin?” Leeyara memutar bola matanya mendengar pertanyaan Sabian. Baru kali ini dia bertemu orang baru yang tidak tahu malu. “ umm” jawab Leeyara singkat “ Ambilin bisa ga ya? Gue masih makan nih” kata Sabian sambil menyeka keringat di dahinya Leeyara yang merasa risih dengan cara Sabian membersihkan keringatnya, langsung meletakkan tissue dihadapan Sabian “ jorok. Pakai ini” ucapnya Leeyara kemudian pergi ke rak tempat mie cup dan menuangkan air panas. “nihh” Sabian tertawa melihat wajah Leeyara dan kepolosan gadis itu. Bisa-bisanya dia menuruti permintaannya. Sebenarnya Sabian sudah merasa kenyang, dia hanya menggoda Leeyara tapi ternyata gadis itu malah menganggapnya serius. Sabian mau tidak mau harus menghabiskannya karena tidak ingin membuat Leeyara kecewa. “ kenyang?” “ bangett” Balas Sabian dengan suara lemas karena kekenyangan “ baru kali ini gue makan mie sebanyak ini” keluhnya “ salahku?” Leeyara tidak mau disalahkan atas penderitaan yang dialami perut Sabian Sabian tertawa mendengar ucapan Leeyara. Dia melihat sisi baru dari Leeyara. Leeyara hanya melengos mendengar tawa Sabian. Walaupun kesal dengan Sabian, tapi ada perasaan aneh yang Leeyara rasakan. Dia biasanya akan risih dengan orang baru yang tiba-tiba sok dekat dengannya. Dia merasa seperti bukan pertama kalinya melihat Sabian, seakan-akan mereka sudah lama kenal. Cara dia menanggapi Sabian dan cara Sabian bertingkah menurutnya seperti hubungan dalam sebuah pertemanan yang sudah lama. “ salahku” Sabian akhirnya menyalahkan dirinya sendiri, sambil memasang wajah gemas yang malah membuat Leeyara melotot “ Ganteng-ganteng kok bertingkah menel gitu” kata Leeyara “ By the way hujannya udah reda, gue duluan gapapa ya?” “ buru-buru banget?” “ gue jam lima ada kerjaan” Sabian mengangguk “ kalau gitu bagi nomor hape lo dong” kata Sabian sambil mengeluarkan hape dari kantong jaketnya Leeyara sedikit terkejut mendengar permintaan Sabian. Dia bukan orang yang sembarangan memberikan nomor hapenya kepada orang lain, apalagi orang yang baru dia kenal. “ umm, kalau kita ketemu lagi baru gue kasih ya” ucapnya merasa tidak enak hati. Walaupun dia merasa Sabian orang baik, tapi dia tetap berjaga-jaga. Sabian yang mengerti akan rasa ragu Leeyara akhirnya mengangguk sambil tersenyum “ mudah-mudahan besok kita ketemu ya” Leeyara tidak membalas ucapan Sabian “ umm, kalau gitu gue pergi ya” ucapnya dan langsung meninggalkan Sabian tanpa menunggu balasan. Sabian melihat Leeyara sampai mengilang dari pandangannya. Gadis itu terlihat terburu-buru sampai melupakan ikat rambutnya yang ada diatas meja. Sabian mengambilnya dan menjadikan gelang tangganya. Dia juga menyusul Leeyara keluar pintu. *** Leeyara sampai di rumah sekitar jam sembilan malam. Dia bersyukur hari ini temannya mau berganti shift kerja dengannya, sehingga dia dia tidak harus meninggalkan pekerjaannya dan juga castingnya. “ udah makan kak?” Ibunya yang sedang asik membuat adonan pangsit langsung menanyakan putrinya yang baru saja pulang Leeyara memeluk mamanya dari belakang “ mama buat pangsit untuk siapa?” tanya Leeyara sambil meletakkan dagunya di pundak ibunya. “ papa kamu tadi minta dibuatin pangsit. Tadi katanya lihat ada yang di jalan pulang, tapi harganya mahal” jawab Liana, Ibu dari Leeyara sambil tersenyum “ kamu udah makan?” “ udah mam” jawabnya Liana tersenyum melihat anak gadisnya ini “ capek yaa ka?” “ enggak kok maaa. Leeya mandi dulu ya, mau langsung tidur, besok soalnya ada kelas pagi” ucapnya. Dia mencium pipi ibunya dan langsung masuk ke dalam kamarnya.   Hidup pas-pasan tidak membuat Leeyara patah semangat. Dia tahu kalau orang tuanya sudah berusaha keras untuk bekerja, walau hasilnya tidak banyak dan tidak akan cukup untuk membiaya sekolahnya dan kedua adiknya. Leeyara selalu berusaha mengerti keadaan keluarganya. Dia juga bersyukur, walau hidup pas pasan, tapi dia tidak pernah kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ibunya yang bekerja sebagai penjual sayuran di kios kecil milik keluarga mereka, dan ayahnya yang bekerja sebagai guru SMP yang memiliki gaji pas-pasan tidak lantas membuatnya berkecil hati. Ayah Leeyara bahkan bekerja sampingan sebagai supir motor online “ walaupun kita kekurangan, kita tetap harus mencari uang dengan cara yang halal ya nak” berkali-kali nasehat itu diberikan ayahnya kepada mereka semua dan Leeyara selalu mengingat hal tersebut. Namun dia bukan orang yang ingin terus-terusan hidup serba pas-pasan. Dia selalu membayangkan bisa membuat kedua orang tuanya hidup di rumah yang nyaman dan bagus, membeli makan yang enak dengan bebas, dan berpakaian yang bagus. Maka itu, Leeyara mencari cara untuk mencapai itu semua dan dia yakit kalau rejeki yang baik akan selalu datang kepada orang-orang yang meminta dengan tulus kepada Tuhan dan bekerja keras. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD