Musik sensual masih berdentum pelan, seperti bisikan nakal yang merambat di antara desahan dan napas yang belum stabil. Lampu temaram menyiram tubuh mereka dalam bayangan oranye kemerahan, membuat kulit Keira tampak seperti pahatan cahaya yang hidup—hangat, basah, dan menggoda dalam kegelisahan yang belum reda. Delon menarik tubuh Keira yang runtuh di bawah tubuhnya. Tangan besarnya membelai punggung wanita itu dengan ketenangan yang menipu—karena bara di balik kulitnya masih menyala terang. “Berdiri, Kei,” bisiknya, rendah, dalam, dan seperti cambuk pelan yang mencambuk langsung ke pusat gemetar Keira. “Aku belum selesai.” Keira menatapnya, mata sayu yang sudah terlalu basah oleh nikmat, tapi masih menyala oleh sesuatu yang lebih dalam—pengabdian. Kakinya gemetar saat berdiri, tubuhnya

