Pagi itu turun perlahan di Hong Kong. Langit masih keperakan, dengan cahaya matahari yang menyelinap malu-malu di antara tirai tipis penthouse. Udara terasa bersih dan lembut, dibalut keheningan yang hanya dipecah oleh detak jam dan tarikan napas dari dua jiwa yang masih enggan terjaga sepenuhnya dari malam sebelumnya. Keira berdiri di depan jendela besar yang menghadap langsung ke siluet kota. Ia belum sepenuhnya berpakaian—hanya mengenakan sehelai gaun satin putih tipis yang ia keluarkan dari koper. Potongannya sederhana, nyaris seperti slip dress untuk tidur, tapi jatuhnya di tubuh Keira seperti desahan yang tak selesai. Sutra itu membelai lekuknya dengan manja, membiarkan sinar pagi menyusup di sela-sela lipatan dan membentuk siluet yang nyaris terlalu indah untuk nyata. Delon keluar

