Langit Paris berwarna abu-abu pucat, seperti kanvas yang belum disentuh kuas. Angin sore menyapu ringan trotoar batu yang mengkilap habis hujan pagi tadi. Aroma bunga musim panas berbaur dengan wangi parfum mahal yang melayang dari butik-butik di sepanjang jalan ini. Di depan butik Dior, Keira berdiri mematung. Mata cokelatnya terpaku pada sehelai gaun malam berwarna perak yang tergantung anggun di balik kaca etalase. Gaun itu nyaris sempurna—berkilau lembut, dengan potongan punggung rendah dan jahitan yang membentuk lekuk tubuh seperti ukiran. Tapi bukan itu yang membuat Keira terpaku. Bukan gaunnya. Bukan harganya. Melainkan… kekosongan yang aneh di dadanya. “Lo mau masuk nggak? Atau lo naksir manequin-nya sekalian?” Suara familiar terdengar dari belakang. Sheena muncul sambil menen

