Delon menatap keluar jendela mobil dengan pandangan kosong, sementara lampu-lampu kota Hong Kong mulai menyala, menghiasi jalanan dengan cahaya kekuningan yang lembut. Napasnya terhembus pelan, berat, seakan paru-parunya terlalu penuh dengan kenyataan yang baru saja mengetuk pintu kesadarannya. Ia duduk di kursi belakang, mengenakan mantel bulu abu-abu mahal dan kacamata hitam, bahkan saat senja telah jatuh. Tangan kanannya memegang segelas bourbon yang hanya disentuh bibirnya sekaliโlebih sebagai penyangga ketegangan daripada pelepasnya. Di sampingnya, Keira tampak seperti lukisan hidup. Gaun putih panjang menyelimuti tubuh rampingnya dengan anggun, sementara mantel gading yang menjuntai ke lantai membuatnya tampak seperti ratu dari dunia yang tak pernah ia harapkan untuk memerintah. Ra

