Nayyara dan Hazig

1157 Words
Malam semakin larut, namun mata Nayyara masih belum terpejam. Ia yang duduk di atas kursi di balkon kamarnya sedang meminum sisa s**u coklatnya untuk menghangatkan tubuhnya. Ia sudah memeriksa tiga jilid skripsi mahasiswa sejak satu jam yang lalu, tapi tetap tak membuat tubuhnya lelah. Jilbab instan yang menutup rambut panjangnya tertiup angin. Sejenak ia merasakan keheningan malam dengan memejamkan mata. Ia mengharapkan angin yang berhembus pelan mampu meredakan amarah yang sempat ia rasakan tadi siang. Amarah yang berusaha ia kubur dalam-dalam selama 21 tahun terakhir hidupnya. Flashback On Nayyara yang baru saja keluar dari ruang kelas mahasiswa semester 3 tiba-tiba dikejar oleh salah satu mahasiswinya. "Ibu Nay, ada yang datang mencari Anda. Beliau sudah menunggu dari tadi di ruangan Anda," ujar Keyra, mahasiswi Sastra Arab semester 5 yang cukup akrab dengannya. "Oh, ya? Baiklah. Terima kasih, ya!" "Sama-sama, Bu!" balas Keyra. Nayyara bergegas ke ruangannya. Saat ia membuka pintu, ia terkejut. Orang itu pun juga terkejut, lalu tersenyum sendu dengan sorot mata memancarkan kerinduan. Berbeda dengan tatapan dingin Nayyara pada pria paruh baya yang menyebabkan kehadirannya ke dunia. Pria yang tak pernah ia lihat selama 21 tahun terakhir dan sekarang tiba-tiba muncul di hadapannya. Pria itu adalah Denis Prayudha, ayah kandungnya. "Ada perlu apa Anda kemari?" tanyanya dingin. Nayyara sedang tak ingin basa-basi pada ayah kandungnya. "Apa kabar, Nak?" Denis menanyakan kabar putrinya sambil menahan air mata kerinduan. "Oh, gadis kecilku sudah tumbuh dewasa dan cantik," batin Denis. "Alhamdulillah, saya baik-baik saja. Ternyata Anda masih ingat kalau Anda memiliki seorang anak perempuan". "Papa tidak pernah melupakanmu, Nak!" "Anda sudah melupakan saya sejak saya berumur 5 tahun. Anda lebih memilih sekertaris itu daripada Mama yang sakit-sakitan saat itu. Bahkan Anda sampai menikah siri dengan perempuan itu dan memiliki seorang anak laki-laki tanpa sepengetahuan kami. Anda tidak peduli dengan tangisan saya sambil menahan kaki Anda agar tidak meninggalkan kami!" Denis melangkah demi mendekati putrinya, namun Nayyara menaikkan tangan kanannya. Sebuah isyarat bahwa ia tak ingin didekati. "Maafkan Papa, Nak!" "Stop! Katakan saja Anda perlu apa!" Denis menghela napas pelan. "Papa ingin memintamu datang ke acara ulang tahun perusahaan Papa, Nak! Papa ingin memperkenalkanmu pada semua orang bahwa kamu adalah putri Papa. Acaranya dua minggu lagi." "Anda tidak perlu repot-repot ke sini hanya untuk menyampaikan hal itu. Anda sudah memiliki anak laki-laki yang sangat Anda harapkan untuk menjadi pewaris Anda. Anda bisa lihat sendiri, saya dan Mama mampu bertahan hidup tanpa fasilitas mewah dari Anda, meskipun akhirnya Mama memilih menyerah karena tak mampu lagi menahan rasa sakit di tubuhnya. Mohon maaf, saya tidak akan datang ke acara Anda. Bila tidak ada lagi yang ingin Anda bicarakan, saya minta Anda tinggalkan tempat ini!" "Nayyara ...." "Saya mohon!" sergah Nayyara. Dengan langkah gontai, ia meninggalkan ruang kerja Nayyara. Air mata yang sedari tadi ia tahan pun tumpah juga. Flashback Off Nayyara melihat jam di layar ponselnya yang menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Ia memilih masuk ke dalam kamarnya karena hawa dingin semakin menusuk kulitnya. Ia melepas jilbab dan ikat rambutnya, lalu merebahkan diri sambil menarik selimut agar ia segera terlelap. *** Hazig, pengusaha muda keturunan Turki, sedang menikmati segelas Vodka bersama seorang wanita berpakaian minim yang sedari tadi menggoda dirinya. Tangan wanita itu tak berhenti menggerakkan jemari lentiknya di rahang tegas pria itu. Hazig yang sudah setengah mabuk itu segera meraih tangan wanita itu, lalu mengecup punggung tangannya dengan lembut. Ia pun membisikkan sesuatu di telinga wanita itu, "Jadilah kekasihku malam ini. Saya akan memberikan apapun yang kau mau. Gimana?" ujar Hazig sambil menggigit pelan telinganya. "Oke, Sayang," lirih wanita itu seraya mencium pipi Hazig. Dalam keadaan sempoyongan, mereka melangkah keluar dari bar itu setelah meninggalkan beberapa lembar uang merah di atas meja yang tadi ia tempati. *** Di sebuah kamar hotel, Hazigdan wanita itu sedang menikmati sisa pelepasannya setelah bercinta selama 2 jam. Kemudian ia bangkit dari tempat tidur itu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak butuh waktu lama, ia keluar mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai lalu masuk kembali ke kamar mandi untuk berpakaian. Sementara wanita itu sudah terlelap karena kelelahan. Hazig keluar dari kamar mandi dan memandang wanita itu sambil tersenyum miring. Ia mengeluarkan pulpen dan selembar cek dari saku jasnya, menuliskan nominal beberapa digit, dan meletakkan cek itu di atas nakas. "Bayaran yang setimpal untukmu karena sudab menghangatkan malamku," bisiknya di telinga wanita itu. Hazig segera memakai sepatunya, mengambil kunci mobil beserta dompetnya, lalu melangkah keluar dari kamar hotel dengan tergesa-gesa agar ia segera sampai ke apartemennya untuk beristirahat. Karena besok hari Minggu, ia berharap bisa tidur sepuasnya. *** "Ah! Siapa sih yang berani ganggu tidur gue!" Hazig yang masih berselimut menggeram kesal pada orang yang berani mengacaukan tidur paginya. Ia bergegas keluar kamar dan membuka pintu apartemennya. "Assalamu 'alaikum, Kakakku sayang!" Ternyata yang datang adalah Keyra Nadhifa Maqil, adik Hazig satu-satunya. "Wa 'alaikum salam. Ngapain ke sini pagi-pagi?" "What? Pagi? Ini sudah jam 12 siang, Kakak!" pekik Keyra. Hazig hanya tersenyum lebar. Rasa kesalnya hilang seketika karena ia memang tak bisa marah pada adiknya yang sangat berisik itu. Ya berhubung ia juga merindukan tingkah gadis itu karena sudah sebulan ia tak bertemu dengannya. "Ini aku bawain roti bakar selai coklat dan isi telur kesukaan Kakak. Buatan Umma ini." Mata Hazig berbinar begitu membuka kotak makanan itu. Ia begitu merindukan Ummanya, ibu yang melahirkannya. Tanpa ragu ia mengambil roti bakar isi telur dan mengunyah dengan pelan. "Ya elah, gak baca bismillah lagi," Cibir Keyra. Hazig hanya tersenyum malu. "Udah keburu lapar soalnya, Dek." "Eh, Kak. Ini isi kulkasnya kok masih penuh? Kakak jarang masak ya? Makanya, Kakak cepat cari istri, deh! Udah tua juga. Tuh Umma di rumah udah pusing mikirin Kakak yang sampai saat ini masih SENDIRI!" Keyra sengaja menegaskan kata sendiri "Dasar adik kurang ajar!" umpat Hazig dalam hati. "Kamu cariin deh, Key! Kakak udah malas nyari mantu yang sesuai dengan keinginan Umma." "Cih! Katanya penakluk wanita, ternyata status masih single available! Kalau Kakak cari istri di bar atau diskotik mah gak bakalan ketemu. Yang ada Kakak malah ketemu sama cewek-cewek yang pake pakaian kurang bahan. Umma tuh mau Kakak cari wanita salehah di lingkungan baik-baik yang bisa dibawa ke KUA, bukan wanita yang cuma bisa diajak one night stand terus selesai!" gerutu Keyra. Baru kali ini Keyra berani bicara panjang lebar dengan kakak tampannya yang begitu keras kepala. "Lama-lama kamu mirip banget sama Umma, Dek. Sama persis cerewetnya!" ejek Hazig. "Huh, Kakak suka gitu deh kalau diajak ngomong. Pantas aja Umma sering jewer telinga Kakak." Hazig bergidik ngeri membayangkan betapa sakit daun telinganya bila dijewer Umma. "Pokoknya sekarang Kakak siap-siap!" "Lho, ngapain? Kakak mau tidur lagi ini!" "Kakak siap-siap sekarang atau aku telpon Umma biar Umma ke sini dan seret Kakak pulang ke rumah?" Hazig tak punya pilihan. Lebih baik ia menyenangkan hati ibunya daripada tidur seharian. Sebelum dikatai malin kundang oleh adiknya. "Okelah, adikku sayang! Kakak mandi dulu!" ujar Hazig seraya mencubit gemas pipi Keyra. "Kakak! Sakit tahu!" jerit Keyra. Hazig hanya tertawa sambil melangkah ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD