Chapter 2

2936 Words
Suara ketukan pintu terdengar dengan suara sang asistant, menyuruh Tachana untuk makan siang apalagi Tachana sedang memberikan asi exclusife untuk buah hatinya. Memakan beberapa sayuran serta makanan kategori empat sehat lima sempurna, anjuran sang dokter untuk Tachana. Tachana menghapus air matanya, hanya memikirkan putranya dan juga dirinya. "Iya sebentar lagi ya mbak, nanti saya keluar," ucap Tachana dengan menaruh buku tabungan miliknya. Tubuhnya bergerak seiring wajahnya yang melirik ke arah Sam, keputusan Tory untuk menceraikan Tachana tanpa menunggu waktu. Tachana pun harus siap dengan perlakuan suaminya, terlebih ada seorang wanita yang berani datang kepadanya. "Aku tak paham kenapa wanita itu berani datang, padahal istri sahnya baru saja usai melahirkan putranya," bisik Tachana dengan menghapus air mata. Melihat Sam masih tertidur pulas, Tachana pun keluar kamar dengan pintu terbuka, dirinya berjalan menuju ruang makan. Sudah ada beberapa menu makanan yang disajikan untuk ia makan, "sebanyak ini?" Tanya Tachana dengan melihat tiga sayuran dengan menu berbeda, ada s**u dan juga dua menu makanan. "Iya Nyonya Tachana, dimakan semua. Lagipula bayi laki-laki minum asinya banyak, Nyonya Tachana harus makan ssmuanya. Biar asinya tetap bagus kualitasnya, apalagi Nyonya Tachana asi exclusife." Ucapan sang asistant membuat Tachana menelan saliva, menatap kosong beberapa menu makanan yang tersedia, ini terlalu banyak untuk ia makan seorang diri, tak mungkin jika ia menghabiskan ssmuanya. Tangan kanan Tachana meraih sendok sayur dengan beberapa siup di mangkuknya. Dirinya memasukkan sendok demi sendok berisikan sayuran untuk ia makan. Tak lama suara mobil terdengar, suara mobil yang Tachana kenali. Siapa lagi jika bukan Tory, sayangnya Tachana enggan membuka pertanyaan untuk pria bernama Tory. Kupikir rumah tangga kita selama beberapa tahun ini akan selalu baik-baik saja, kupikir hal manis yang selalu menemani kisah kita selalu akan baik-baik saja, nyatanya kesuksesan yang kamu raih ketika bersamaku membuatmu lupa. Ada anak dan juga aku yang jauh lebih pantas kamu bahagiakan, aku tak pernah melarangmu menghubungi keluargamu, aku tak pernah melarangmu bekerja dengan bebas di luar sana, hingga kamu tak pernah pulang ke rumah pun istrimu ini selalu merindukanmu. Entah hal apa yang membuatmu berubah, suami yang kupercaya. Suami yang selalu kujadikan pemimpin di keluarga ini, suami yang selalu kubangga-banggakan. Rasanya semua nilai itu hilang hanya karena sikapmu, entah harus bagaimana lagi aku mempertahankan rumah tangga ini. Jika kamu ingin perceraian, yang kupikirkan hanya bayi kita. Kamu seorang suami yang tak memiliki hati, menceraikanku tanpa memikirkan keadaan dan kondisi bayi kita. Tachana masih memakan sayuran, tak menggubris kedatangan Tory dengan asistant yang memperhatikan Tachana dan juga Tory dari dapur utama. Tak ada sambutan hangat dari Tachana dengan Tory yang memasuki rumah. "Sam dimana mbak?" Tanya Tory dengan tak melihat Tachana, ia tak ingin berbicara sedikitpun dengan istrinya itu. "Di kamar Tuan Tory," jawab asistant dengan sesekali melihat ke arah Tachana. Pandangannya menunduk dengan dirinya masuk ke dapur utama. Hal yang tak diinginkan orang disekitar dari keluarga ini. Rumah yang berisikan canda tawa semuanya hilang, tak ada aura kebahagiaan antara Tachana dan juga Tory. Pokoknya ayah tidak merestui hubunganmu bersama Tachana, dari awal kami sudah menjodohkanmu dengan anak yang kami inginkan menjadi istrimu, tapi kamu nekat menikahi wanita itu. Selama ini istrimu itu selalu minta apa saja padamu, Tory. Tak mungkin jika dia tak pernah meminta apapun kepadamu. Dari wajah saja terlihat ia wanita matrealistis, mau jadi apa kamu menikah bersama wanita itu. Kamu pikir anakmu tak memerlukan biaya, bahkan kehamilannya saja memakai seorang dokter kandungan khusus. Mau berapa banyak lagi kamu menghabiskan biaya untuk wanita itu, bercerai saja jauh lebih baik. Iya, ibu mau kok merawat putramu itu. Jadi pria menurut sedikit sama orangtua, jadinya seperti ini. Lalu mau bagaimana nasib wanita yang di jodohkan olehmu. Sekarang dia hamil, pokoknya ibu tak mau tahu rumahmu itu jadi milik dia. Cepat ceraikan Tachana, dari awal kami tak merestui hubungan kalian. Pikiran Tory masih mengingat jelas ucapan demi ucapan kedua orangtuanya. Jika bukan karena keluarganya mungkin saat ini ia masih menjalani hubungan ini bersama Tachana. Ia tak peduli dengan keberadaan Tachana, bahkan jika istrinya tak menanyakan kabar dirinya sedikitpun. Yang ia inginkan adalah putranya jatuh ke tangannya, menjadi hak asuh atas Sam Josephyre Barcha. "Untuk apa menggendong dan menemuinya, bahkan putramu pulang ke rumah saja tak diberikan perayaan kecil, apa pantas seorang ayah pulang kerja langsung bertemu putranya. Bikinnya aja suka tapi tanggung jawab sebagai seorang ayah dipertanyakan," ketus Tachana dengan santai, dirinya tetap mengambil porsi makanan demi makanan untuk di taruh di piring miliknya. Sang asistant pergi meninggalkan dapur utama ketika Tachana membuka percakapan, yang ia inginkan adalah tak ingin ada pertengkaran di rumah ini. Apalagi ada seorang bayi di antara mereka. Tory tak mendengar ucapan Tachana, yang ia inginkan adalah menerima dokumen perceraian resmi sudah ditandatangani oleh istrinya, lagipula ia akan tetap bertanggung jawab dengan putranya selama bercerai. Ucapan Tachana sempurna membuat seorang Tory marah, emosinya ia tahan dengan dirinya yang berjalan ke kamar mandi, mendekati westafel dengan mencuci tangan. "Sam, ibumu sangat cerewet. Jangan di dengar, semoga bermimpi indah ya sayang," ucap Tory dengan menepuk-nepuk b****g Sam yang masih merah, wangi aroma bayi dari minyak penghangat dan juga parfum bayi tercium Tory dengan membuat Tory tersenyum. Tachana menyelesaikan makannya dengan cepat, ia tak ingin membahas akan wanita yang datang kepadanya karena melihat Tory yang baru saja pulang bekerja. Ia masih memiliki hati sebagai seorang wanita, tak seperti suaminya. Layaknya buaya darat dengan banyak alasan, ia pikir suaminya dapat di percaya. Nyatanya wanitanya sangat banyak, rasa kepercayaan yang di miliki Tachana untuk Tory lama-lama menghilang dengan sikap muaknya kepada sifat Tory. "Tachana, menikahlah bersamaku. Menjadi ibu dari anak-anakku, membangun rumah tangga dan membangun banyak kerajaan bisnis usaha yang kujalani. Aku harap kamu mau menjalaninya bersamaku," ucap Tory dengan mencium tangan kanan Tachana, dengan berhias banyak hiasan bunga di malam hari. Restaurant mewah yang ia pesan hanya untuk melamarnya menjadi pasangan. Bagi Tachana semuanya kepalsuan, apanya yang menjalani rumah tangga dan membangun kerajaan, yang ada membangun perselingkuhan Tory, suaminya. Wanita yang sukses datang kepadanya hari ini dengan membawa kabar kehamilan, mengakui rumah Tory sebagai rumahnya. Wanita macam apa yang datang kepadanya, meminta pertanggung jawaban tapi menyakiti hati sesama wanita. Tachana tak habis pikir bisa-bisanya ada wanita yang tak memiliki perasaan datang kepadanya, padahal status Tachana masih istri sah dari Tory. Tory menggendong Sam dengan mengeluarkan mimik lucu, membercandai putranya ketika baru saja terbangun, "Sam nanti cepat besar, biar seperti ayah. Jadi pengusaha," ucap Tory dengan nada bercanda, suara genitnya terdengar dengan Tachana yang membanting piring di westafel. "Jadi ayahmu apanya, jadi buaya darat. Perempuannya banyak, selingkuhannya banyak. Kamu pikir anakku itu doa mainan bagimu, doaku yang akan di kabul Tuhan. Menjadi pengusaha, setelah sukses saja ayahnya punya selingkuhan. Tak memiliki hati nurani menyakiti hati istri sah, apa kamu layak di sebut ayah yang baik untuk putraku?" Ucap Tachana terdengar oleh Tory. Baru saja ia pulang kerja dan mendengar suara Tachana yang terus saja mengomel. Tory menaruh Sam dengan menyematkan guling dan bantal di setiap sisinya, melihat putranya bermain boneka dan juga mainan bunyi di genggamannya. "Aku tak paham sama kamu, aku baru saja pulang kerja. Aku capek kalau harus bertengkar lagi," ucap Tory dengan menutup pintu sedikit, ia tahu bayinya pasti peka dengan suara orangtuanya yang bertengkar. "Kita bercerai saja," ucap Tachana dengan meninggalkan Tory, kedua matanya memperlihat rona kebencian untuk suaminya. Ada banyak kesedihan yang Tachana pendam dengan kehadiran Tory, tapi ia tak membohongi diri sendiri bahwa ia membutuhkan Tory. Apalagi jika harus menafkahi lahir dan batin dirinya dan juga putranya. Namun sayangnya rasa sakit hati Tachana tak mampu terelakkan. Suaminya sukses menyakiti Tachana dengan kehadiran wanita ketiga, keempat dan seterusnya. Tory melepaskan kemeja miliknya dengan membuka kancing kemeja beberapa kancing, tangan kirinya mengecak wajah dengan kesal, ia tak habis pikir bahwa Tachana berani berbuat seperti ini selama berumah tangga, Tachana yang ia tahu tak pernah berani membentak suami. Tak pernah melawan jika ada hal yang harus di jalani, Tachana yang ia kenal semuanya berbeda sekarang. Tachana mengambil dokumen berisikan surat-surat perceraian, ia mengambil pena dengan menandatangani beberapa kertas. Resmi bercerai bersama Tory, Tory Bernandez Zelandra Barcha. Nama lengkap yang Tachana pikir akan mampu membahagiakan dirinya dan anak-anaknya di masa depan. Nyatanya semuanya palsu, benar apa yang di katakan banyak orang. Pria jika di awal akan manis, tapi kalau berumah tangga semua keburukan sudah di ketahui, manisnya lama-lama hilang. Awalnya menginginkan seseorang yang ia suka, setelah di dapat dan tahu keburukannya kamu harus menerima segala perlakuan suami. Ternyata ucapan itu ada benar juga, Tachana melenguh dengan kesal, ia menandatangani seluruh dokumen dengan cepat tanpa ada kendala, Tory baginya sudah memiliki reputasi buruk. "Dokumennya sudah kutandatangani, wanitamu hari ini datang dengan membawa kabar kehamilan. Terimakasih karena sudah menyakiti putramu, anak di kehamilan wanitamu itu adalah anakku juga, semoga kamu tak memperlakukannya seperti kamu memperlakukanku dengan menyakitiku." Ucapan Tachana terdengar dengan Tory yang terhenyak sesaat. Dirinya hanya duduk dengan mengeluarkan batang rokok dengan menghisapnya, mengepulkan asap di langit-langit dengan bentuk o disana. Padahal ada Sam putranya yang masih bayi, Tachana membanting pintu kamar dengan suara pintu yang terdengar. "Sudah tahu bayinya masih kecil, merokok segala di ruang tamu. Ibu akan merapihkan barang-barang kita, mulai sekarang kita akan tinggal di rumah kakek dan nenekmu," ucap Tachana dengan meraih koper miliknya dan memasukkan pakaian demi pakaian miliknya dan juga perlengkapan lainnya. Air matanya tertumpah dengan Tachana yang menangis, sudah cukup baginya mempertahankan rumah tangga bersama seorang Tory, pria yang hanya meluapkan janji palsu baginya. Janji yang ia lontarkan dengan banyak kepalsuan. Janji manis yang hanya dari bibir seorang Tory Bernandez Zelandra Barcha. Tak memakai lama Tachana menggendong Sam putranya lengkap dengan topi dan juga selimut. Memesan gogograb dengan mobil yang menunggu di luar rumah, Tachana menggendong Sam dengan membawa sebuah koper, apalagi jika berisi peralatan miliknya dan juga putranya. Sam memperlihatkan suara tangisannya dengan merengek, Tachana menenangkan putranya dengan menepuk pelan tubuhnya, ia baru saja usai melahirkan tapi melihat suaminya seperti ini membuatnya sangat kecewa. "Kamu mau kemana, Tachana?" Tanya Tory dengan beranjak dari sofa, apalagi melihat Sam berada di pelukan Tachana. "Bukan urusan kamu. Aku pergi dari kehidupan kamu, kamu yang pengen dan sekarang kita selesai. Dengar ya Tory. Ada Tuhan yang akan selalu bersamaku dan bayiku, setelah kamu berhasil membuatku terluka bersama anakku. Aku akan di bersamakan dengan pria yang akan mencintaiku dan Sam, suatu hari aku dan Sam akan sukses. Ingat ini Tory, Sam Josephyre Barcha akan sukses," ucapan Tachana dengan menekan nada bicaranya. Suaranya terdengar sangat kecewa dengan perlakuan Tory dan juga penghinaan suaminya kepadanya. "Enggak gini Tachana, kamu enggak bisa pergi begini aja. Kamu enggak lihat dia masih bayi, jangan keras kepala," teriak Tory dengan mengejar Tachana. Diluar supir gogograb menunggu Tachana dengan melihat pertikaian. "Pak tolong bantu bawakan kopernya, cepat di jalanin mobilnya ya pak, jangan dihirau pria itu. Pria kurang ajar menyakiti istri dan anaknya yang baru lahir, entah apa yang berada di hati dan pikiran pria itu. Bawa-bawa selingkuhan wanita ketiga ke rumah, semoga bahagia saja sekarang," ucap Tachana dengan memasuki gogograb. Tak lama supir gogograb pun menjalankan mobilnya dengan Tory yang berlari mengetuk jendela mobil gogograb. "Tachana, jangan bawa bayi itu. Tachana! Sam milikku," teriak Tory dengan mengetuk jendela mobil gogograb, sayangnya mobil yang di kendarai Tachana jauh lebih dulu mempercepat kecepatannya sehingga Tory tak bisa menjangkau Tachana. "Mas Tory," panggil seorang wanita dengan memegang perutnya yang hamil, siapa lagi jika bukan Karina yang memanggil Tory. Tory tak menjawab ucapan Karina, yang ia inginkan adalah bayi yang selama ini ia inginkan dari rahim istrinya, Tachana. Putranya yang tak lain Sam Josephyre Barcha. "Kamu ngepain ngejar-ngejar mobil kaya gitu, kamu enggak lihat aku jalan ke sini sambil hamil anak kamu," ucap Karina dengan memegang perutnya yang hamil. Hamil dengan usia kandungan empat bulan, selama kehamilan Tachana Tory hampir tak pernah berada di samping Tachana, memanjakannya hanya sebulan sekali itupun jika Tory ingat untuk pulang ke rumah. Karina membawa tas sling bag dengan rambut kriting ikalnya yang tergerai, berjalan dengan mendekati Tory. Dress hamil berwarna merah muda dengan corak gambar kartun disana, "Mas Tory, bawain tas aku dong. Jangan diam aja disitu, aku lagi hamil harusnya dimanjain. Heran punya suami lihat istrinya hamil malah diam aja, ngejar-ngejar mobil enggak jelas. Ngejar siapa sih?" Tanya Karin dengan nada keras, tak seperti Tachana yang selalu berbicara pelan. Tapi hari ini yang Tory lihat adalah perbedaan dari sikap Tachana, istri pertama yang ia nikahi justru memperlakukannya dengan nada membentak dan membantah. "Kamu ngepain sih Karin pakai kesini segala? Kamu kan tahu ini rumah mas dengan istri mas, lagipula Tachana kan belum resmi mas ceraikan. Pakai kira-kira kenapa kalau mau cari mas," Tory mengambil tas Karin dengan membawakannya, Karin hanya tertohok disana serta bibir yang cemberut. Make up nya terlihat cantik dengan aura kehamilannya. "Kamu sebenarnya mau pilih siapa sih mas? Pilih aku atau Tachana, enggak bisa tegas dikit jadi pria. Kalau mau A ya A kalau mau B ya B, lagipula yang di restui keluargamu itu aku bukan dia. Kenapa? Istri kamu marah-marah? Aku juga istri kamu. Kata aku juga apa, punya istri satu aja bikin pusing apalagi punya istri banyak, heran!" Bantah Karin dengan menegas, dirinya berjalan dengan memasuki rumah. Rumah yang agak sepi dari sebelumnya, wajah Karin melihat ke sekitar rumah dengan memperhatikan Tory. "Kamu kenapa diam aja sih di pintu, lagi hamil jangan berdiri di pintu. Itu namanya menghalangi jalan, masuk kamunya. Ruang tamu ada, lengkap sama sofa dan perlengkapan lainnya. Ngomel terus, tahu gini aku pilih kerja aja enggak usah pulang ke rumah," ucap Tory dengan berjalan menuju dapur utama, memanggil asistantnya untuk menyiapkan air putih dan juga jus buah serta makanan untuk Karin, istri keduanya. "Kamu kapan resmi cerainya sama dia? Rumah ini jual saja, aku mau rumah yang baru. Tentang kenangan sama istri kamu itu lebih baik lepaskan aja, sekarang kamu itu sama aku. Paham enggak Mas Tory!" Ucap Karin dengan menahan pinggulnya, dirinya duduk di sofa dengan melepas bandana yang ia kenakan. Karin melihat wajah suaminya dari ruang tamu, ruangan dimana ia bertemu dengan Tachana tadi siang bersama sepupunya, "Kenapa enggak jawab sih Mas, aku ingin rumah baru." "Duh, kamu kalau lagi ngidam jangan aneh-aneh deh, sampai keinginan rumah segala. Kamu kan tahu perceraian mas sama Tachana belum selesai, ini lagi pakai segala minta rumah." Karin menyunggingkan bibirnya disana, jika bukan karena ayahnya enggak mungkin usaha Tory bisa menjadi besar dan sukses seperti sekarang, sebagai anak dari pengusaha terkaya. Hubungan Karin dan Tory di setujui dua belah pihak keluarga, ia jauh lebih dulu memiliki hubungan bersama Tory hingga tak lama kemudian kabar pernikahan datang dengan Tory bersama Tachana, "Aku enggak mau tahu ya mas, jual rumah ini dan beli rumah baru untuk aku. Aku hamil anak kamu, salah kamu juga enggak pakai pengaman." Tory memanjangkan tangannya dengan menaruh jari telunjuk miliknya menutupi bibir Karin, "Duh kamu kalau bicara jangan keras-keras bisa enggak sih, enggak enak sama mbak. Kalau di dengar gimana? Lagipula yang banyak orang tahu itu kan istri sah mas itu Tachana. "Salah kamu kenapa menikahi wanita lain di belakangku, yang salah itu kamu bukan aku. Enak banget ya jadi pria, udah dapet enaknya terus bicaranya asal nuduh. Kamu pikir aku enggak pingsan dan enggak shok liat kamu nikah sama wanita lain, kalau kamu sekarang balik sama aku itu namanya jodoh. Harusnya kamu sadar diri Mas Tory, kalau bukan karena papa ku enggak mungkin kamu sesukses ini, kenapa? Aku salah lagi? Aku bawel juga karena kamu mas, tingkah kamu itu semena-mena. Tuh kamu lihat hasilnya, kamu juga bohongi aku. Kamu bilang rumah tangga kamu lagi banyak masalah dan juga sudah pisah, tapi apa? Hubungan kamu sama Tachana masih, hebat ya kamu Mas Tory, kenapa enggak sekalian aja kamu jadi aktor main film. Aku enggak habis pikir, sekarang perut aku juga ada benih kamu. Kalau bukan karena hamil aku enggak akan melanjutkan pernikahan," Karin mengomel dengan rasa kecewanya, setelah ia bicara dengan Tachana kini ia pun bicara dengan Tory. Jika bukan karena kehamilannya, Karin enggan melanjutkan hubungannya bersama Tory. Suasana sore Wilayah Jakarta, awan teduh dengan sinar matahari memperlihatkan senjanya. Saat ini, disini. Perjalanan Tachana mengawali segalanya, bersama putranya. Bayi yang ia cintai dan sayangi dengan sepenuh hati. Sedari awal dua garis merah itu terlihat, dari semenjak itu juga aku mencintai anakku, jatuh cinta untuk pertama kalinya, dengan sepenuh rasaku dengan anakku. Aku mengandungnya dan aku juga yang melahirkannya, tak ada seorang ibu yang menginginkan anaknya tersakiti, Tachana Veryza Lylac. Air mata menjatuhi pelipis wajah wanita cantik yang kini memeluk putranya, ada seorang bayi dengan segala memori yang harus ia telan hidup-hidup. Tachana, enggan mengeluh untuk kesekian kalinya, apalagi itu menyangkut Tory. Tak ada dendam, tak ada rasa Tachana untuk balas dendam kepada Tory. Ikhlas, Kini Tachana rasakan untuk mengambil hikmah dari semuanya. Apa yang ia terima semoga menjadi jalan untuk anaknya di masa depan. Teruntuk putraku, Sam Josephyre Barcha. Ingin rasanya ibumu mengeluh, ingin rasanya ibu menangis didepanmu. Saat ini. Sekarang ini. Ibu ingin melihatmu tumbuh dengan anak-anak seperti lainnya, menerima kebahagiaan dengan sejuta cinta dan kasih sayang yang tulus. Jutaan hingga milyaran, cinta ibu tak menuntut balasan. Ada rasa cinta yang tak bisa ibu katakan. Dari awal kamu ada bersamaku, di rahimku. Semenjak itu juga ibu mencintaimu dan menyayangimu. Tachana menghapus air matanya berkali-kali, hingga kaca spion memperlihatkan rona kesedihan sang ibu muda dengan wajah cantiknya. Wajah anggun walaupun tanpa make up, ada air mata yang tulus yang mengalir di pelipis wajahnya. "Pemandangan Jakarta sore ini cukup indah loh mbak, bagaimana kalau saya stelkan musik indah juga. Adiknya juga ganteng, mirip ibunya. Ibunya juga cantik, sepertinya mbak ini menikah muda ya. Terlihat dari wajahnya, wajahnya masih ayu, kalau arti bahasa jawanya itu cantik." Ucapan sang supir gogograb terdengar di pendengaran Tachana. Tak lama ada sekotak tissue yang di berikan untuk Tachana saat ini, tak lama tangan kanan Tachana meraih sekotak tissue tersebut. "Makasi ya pak," jawab Tachana dengan suara hidungnya yang terlihat masih menangis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD