Pagi masuk pelan lewat jendela kamar; sinar tipis menerpa meja kerja. Aroma kopi dari dapur markas menyusup ke ruangan tempat tiga gadis itu berkumpul. Mereka duduk melingkar lagi — kopi, piring kecil berisi roti, dan layar tablet di tengah yang menampilkan potongan-potongan feed yang Rami kumpulkan semalam. Suasana tegang, tetapi ada ritual kecil: roti digigit, kopi dihirup, lalu bicara. Rora: (mengunyah, mata cekikikan) “Kau bawa roti lagi, Rami? Kau tahu aku selalu bungkus bagian tengahnya.” Rami: (membalas dengan senyum tipis) “Kau terlalu spesial buat roti. Ini buat cadangan juga.” Epi: (datar, meneguk kopi) “Kita bukan di situ untuk roti.” Rora mendesah, lalu menaruh piring. Rora: “Baik. Lalu apa kabar trio kita? Mega, Gonzales, Alex. Siapa yang mau kita perhatikan hari ini?”

