Bayangan yg belajar bernafas

2304 Words

Kantor Alvaro di lantai 40 gedung kaca itu sepi malam itu. Lampu kota memantul di dinding, menyoroti wajahnya yang penuh keriput dan garis kemarahan yang sudah seperti ukiran permanen. Di depan meja besar dari kayu mahoni, dua pria berdiri gemetar, kepala menunduk dalam. Salah satunya bahkan masih berlumur debu dan bekas asap dari pelabuhan. “Jadi…” suara Alvaro terdengar berat, tapi pelan — seperti ombak tenang sebelum badai. “…kau ingin bilang padaku, puluhan penjaga bersenjata, kehilangan barang berharga, karena petasan?” Tak ada yang berani menjawab. Largo menelan ludah, tangannya masih sedikit bergetar. “Bos… itu bukan cuma petasan. Mereka tahu apa yang mereka lakukan. Terlatih. Rapi banget. Kita nggak lihat wajah mereka, tapi…” “Tapi?” Alvaro menatapnya, matanya tajam sepert

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD