Suara napas berat memenuhi gudang. Bau besi berkarat bercampur darah menusuk hidung siapa pun yang masuk. Fandi dan Dargo berdiri saling berhadapan, tubuh mereka sama-sama penuh luka. Cahaya lampu gantung yang bergoyang membuat bayangan mereka tampak seperti dua siluet binatang buas yang siap menerkam. “Lo masih berdiri?” Fandi terengah, darah menetes dari pelipisnya. Dargo tersenyum miring, giginya berlumur merah. “Karena gue belum selesai sama lo.” Alpha 7 dan Trio hanya bisa menatap dari pinggir. Kei meremas perutnya yang robek, wajahnya pucat tapi tetap mencoba tegar. Zayn, dengan mulut masih berdarah, tak tahan untuk berkomentar, “Astaga… dua orang ini kalau nggak mati bareng, gue rasa gudang ini yang bakal roboh duluan.” Nathan menoleh tajam ke arahnya. “Diam, Zayn! Ini serius!”

